Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Bahaya Microplastic di Pakaian, Ini Bahan Outfit yang Lebih Aman untuk Bumi

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 18 Agu 2025 20:07 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto close-up dari samping mikroplastik yang menempel di tangan manusia. Konsep polusi air dan pemanasan global. Ide perubahan iklim.
Foto close-up dari samping mikroplastik yang menempel di tangan manusia. Foto: Getty Images/iStockphoto/pcess609
Jakarta -

Microplastic kini ada di mana-mana, mulai dari mainan, kosmetik, produk pembersih, hingga pakaian. Partikel plastik ini juga ada di udara yang kita hirup, makanan yang kita santap, bahkan di air yang kita minum atau gunakan untuk berenang.

Untuk yang masih awam, microplastic adalah partikel plastik berukuran sangat kecil-lebih kecil dari 5 milimeter-yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar atau sengaja dibuat dalam ukuran mikro untuk keperluan industri. Saking kecilnya, partikel ini sulit dilihat dengan mata telanjang.

Partikel ini diduga dapat berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, pencernaan, hingga pernapasan. Beberapa penelitian mengaitkannya dengan risiko infertilitas, kanker usus besar, hingga masalah paru-paru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski ukurannya mini, microplastic bisa ditemukan hampir di setiap aspek kehidupan. Mulai dari mainan, kosmetik, produk pembersih rumah tangga, hingga pakaian. Bahkan, microplastic sudah terdeteksi di udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, dan air yang kita minum atau gunakan untuk berenang.

Meski para ilmuwan masih terus meneliti dampak partikel yang ukurannya lebih kecil dari sebutir beras ini pada tubuh dan lingkungan, satu hal yang jelas, meminimalkan paparan microplastic adalah langkah penting yang bisa kita mulai dari sekarang.

ADVERTISEMENT
Ilustrasi wanita memegang tumpukan pakaian berbahan wol, kashmir dan katun.Ilustrasi wanita memegang tumpukan pakaian berbahan wol, kashmir dan katun. Foto: Getty Images/PeopleImages

Salah satu caranya adalah lewat pilihan bahan pakaian yang kita kenakan sehari-hari. Pakaian berbahan sintetis-seperti polyester, nilon, dan akrilik-menjadi salah satu sumber terbesar polusi microplastic. Serat-serat halusnya bisa terlepas saat proses produksi, ketika dipakai, dan terutama saat dicuci.

"Saya hanya membeli pakaian berbahan wol, linen, dan hemp (rami) untuk keluarga saya, karena bahan-bahan ini lebih baik dalam menyerap dan melepaskan keringat di cuaca panas dibandingkan serat sintetis," ujar Joshua Grolman, asisten profesor ilmu material dan teknik di Technion - Israel Institute of Technology, seperti dilansir New York Post.

Serat alami seperti katun, wol, linen, dan hemp berasal dari tumbuhan atau hewan, serta bersifat biodegradable. Artinya dapat terurai secara alami di akhir siklus hidupnya dan kembali ke Bumi tanpa meninggalkan jejak polusi.

"Bahan alami akan hancur secara organik, tidak meninggalkan partikel berbahaya bagi lingkungan," jelasnya.

Menurutnya, meski harganya sering kali lebih mahal dibandingkan bahan sintetis, kualitas lebih penting daripada kuantitas ketika kita memilih pakaian untuk digunakan sehari-hari.

Lebih penting lagi, apapun bahan pakaian yang kamu pilih, Joshua menyarankan untuk mengeringkannya dengan cara diangin-anginkan atau dijemur. Cara ini tidak hanya mengurangi kerusakan serat (dan mencegah lepasnya microplastic), tetapi juga membuat pakaian lebih awet.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads