Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Pengakuan Bos Hermes: Penjualan Birkin Meningkat Bikin Bad Mood

Kiki Oktaviani - wolipop
Selasa, 05 Agu 2025 18:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Tas Hermes Birkin Pertama Milik Jane Birkin Dilelang
Tas Hermes Birkin Pertama Milik Jane Birkin Dilelang Foto: Dok. Sotheby's
Jakarta -

CEO Hermes Axel Dumas mengungkapkan bahwa penjualan tas Birkin meningkat di pasaran. Namun hal tersebut tidak membuatnya senang, justru Axel mengungkapkan kekesalannya.

Hal tersebut karena maraknya praktik jual beli tas Birkin di pasar sekunder dan barang bekas. Menurutnya, fenomena ini justru mengurangi eksklusifitas merek asal Prancis tersebut.

"Terkadang kami kedatangan pelanggan "palsu" ke toko kami. Mereka membeli tas hanya untuk dijual kembali. Itu menghalangi kami melayani pelanggan yang sebenarnya, dan hal itu sangat mengkhawatirkan," ujar Dumas dalam pertemuan dengan investor pada laporan pendapatan kuartal kedua 2025, seperti dikutip dari Fortune.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tas Birkin, yang harganya bisa mencapai lebih dari Rp 1,9 miliar, telah lama menjadi simbol status karena kelangkaannya dan proses pembeliannya yang sangat selektif. Namun kini, daya tarik itulah yang mendorong aktivitas di pasar resale, di mana tas tersebut sering dijual dua kali lipat atau lebih dari harga aslinya.

Bos Hermes itu tidak menutupi perasaannya soal fenomena tersebut. Dumas mengaku bad mood dengan Hermes yang dijual kembali oleh reseller.

ADVERTISEMENT
ROME, ITALY - OCTOBER 07:  (L-R) Ambassador of France to Italy Catherine Colonna, CEO of Hermes Axel Dumas and AD of Hermes Italie Francesca di Carrobbio attend the Hermes boutique opening on October 7, 2016 in Rome, Italy.  (Photo by Elisabetta A. Villa/Getty Images)CEO Hermes Axel Dumas (Photo by Elisabetta A. Villa/Getty Images) Foto: Getty Images/Elisabetta A. Villa

"Saya tidak senang melihat perkembangan pasar jual ulang atau pasar secondhand. Saya cemberut, saya tidak senang, dan itu merusak suasana hati saya," tegasnya.

Meskipun pasar resale turut mendorong penjualan Hermes, terutama tas Birkin, Kelly, dan Constance yang masih menjadi primadona, Dumas menilai perilaku membeli hanya untuk menjual kembali sebagai bentuk eksploitasi oportunis terhadap identitas dan nilai seni merek. Menurut analis ekuitas Marie Driscoll, Dumas memandang Birkin bukan sekadar produk biasa.

"Baginya, produk Hermes bukan sekadar komoditas. Dia menilai ini adalah karya seni, hasil dari imajinasi, kerja keras, dan kualitas terbaik yang bisa diberikan Hermes," ungkap Driscoll kepada Fortune.

Fenomena Hermes di pasar resale memperkuat nilai investasi. Dalam beberapa kasus, nilai jual kembali tas ini bahkan mengalahkan investasi saham dan emas. Belum lama ini, tas Birkin milik mendiang Jane Birkin terjual senilai Rp 161 miliar di pelelangan Sotheby's Paris.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads