Koleksi Titik Koma, Upaya Desainer Wilsen Willim Tunjukkan Wanita Versinya

Kesibukan desainer Wilsen Willim semakin menjadi dua bulan terakhir. Presentasi koleksi 'Titik Koma' yang persiapannya memakan waktu kurang dari sebulan menjadi puncak.

Koleksi tersebut membuka The Langham Fashion Soiree, sebuah perhelatan mode pertama buah kolaborasi Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) dan hotel The Langham Jakarta, pada Rabu (1/11/2023) sore. Tahun ini, Wilsen resmi bergabung dengan organisasi mode yang eksis sejak 1985 itu.

Baru sekitar akhir September lalu, ia mempresentasikan karya di Fashion Nation 2023 sebelum akhirnya pamer koleksi bertema batik di Solo, Jawa Tengah. Di tengah keriwehan itu, ia juga harus menggarap proyek kolaborasi dengan sebuah perusahaan teknologi asal China.

Lalu datang tawaran untuk ambil bagian di Fashion Soiree yang berlangsung selama dua hari itu. "Waktuku cuma dua minggu untuk mempersiapkannya. Agak kewalahan juga karena masih banyak baju pesanan klien yang harus segera diselesaikan," ungkap Wilsen kepada Wolipop beberapa hari jelang peragaan.

Meski hanya berbekal waktu yang terbilang singkat itu, pemenang Harper's Bazaar Asia NewGen Fashion Awards 2016 ini tetap berupaya maksimal. Peragaan ini, katanya, merupakan momen penting untuk menunjukkan siapa wanita Wilsen Willim sesungguhnya.

Foto: Mohammad Abduh/detikcom

Ia kemudian menghadirkan berbagai variasi blazer modern yang dieksekusi dengan rekonstruksi lewat potongan yang membelah bagian samping dari pinggang hingga bawah dada.

Sesekali blazer hadir tanpa lengan atau dipermanis dengan detail embellishment yang menciptakan sentuhan edgy tanpa terkesan berlebihan.

Tentu, dekorasi kincir origami yang telah menjadi identitas gaya Wilsen ikut menghiasi, entah itu di bagian belakang bawah leher, atau bodice seperti terlihat di beberapa kaus.

Wilsen juga bermain dengan tekstur yang hadir lewat eksplorasi dan kombinasi beragam material seperti jacquard, poplin, katun, tulle, renda, dan denim katun. Potongan busana yang sederhana pun terhindar dari kesan monoton. Di antara koleksi yang terdiri 30 set busana itu, terselip pula beberapa busana pria.

Foto: Mohammad Abduh/detikcom

Dalam keterangan tertulisnya, Wilsen menjelaskan karakter perempuan yang mengilhaminya untuk koleksi ini. "Mereka adalah figur perempuan yang tak hanya berkarakter tapi juga memiliki kepribadian kuat, berharga, dan berpengaruh dalam hidup saya," lanjutnya.

Sumber inspirasi Wilsen memang selalu datang dari wanita, terutama dari sang ibu. Dalam sebuah wawancara dengan Wolipop pada September lalu, ia sempat bercerita tentang wejangan sang kakak yang mencerahkan pikirannya dalam mendesain.

"Dia bilang, 'kamu baru bisa sukses sebagai desainer kalau bisa mendandani perempuan-perempuan seperti kami, yang bukan model-size'," kenang Wilsen meniru ujaran kakaknya.

Sayang, gagasan tersebut belum tersampaikan lewat presentasi ini. Hampir semua model yang tampil bertubuh ramping, sebagaimana standar kecantikan selama ini.

Foto: Mohammad Abduh/detikcom

Sebagai penutup, hadir deretan kreasi yang digarap Wilsen dengan menggunakan batik tulis. Mendirikan labelnya sejak 2017, baru setahun terakhir ini ia tergerak untuk menyertakan kain-kain tradisional dalam koleksinya.

Maudy Ayunda sempat memakai karya Wilsen yang terbuat dari batik Cirebon di salah satu agenda KTT ASEAN 2023. Di JF3 Fashion Festival 2023, Wilsen melansir busana yang benangnya hasil daur ulang dari denim bekas, kemudian diolah dengan teknik tenun khas Garut.

Foto: Mohammad Abduh/detikcom

Berbekal ilmu fine art dari bangku kuliah di Singapura, Wilsen mulai menaruh perhatian pada upaya restorasi kain tradisional lawas.

Pembuktian Wilsen tentu tak akan berhenti di sini. Sebagai desainer muda yang lahir pada era 1990-an, jalannya masih sangat panjang untuk mematangkan diri dalam berkarya.