Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Metamorfosa Kain Tradisional ke Modern, dari Batik Kuno Hingga Sulam Usus

wolipop
Senin, 19 Mei 2014 13:01 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Hestianingsih/Wolipop
Jakarta - Enam desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) ikut meramaikan gelaran fashion Jakarta Fashion and Food Festival 2014 (JF3), dengan mengeksplorasi berbagai kain tradisional menjadi busana ready to wear yang modern. Bertempat di grand ballroom Harris Hotel & Conventions Kelapa Gading, Jakarta Utara, masing-masing menampilkan delapan set busana dengan garis rancang yang variatif.

Koleksi cukup menarik datang dari karya Yongki Budisutisna, yang mengolah batik tulis dengan motif Kawung dalam desain lebih modern dan muda. Kesan etnik tak nampak dalam rancangan Yongki yang bertema 'Resurrection' ini, namun secara sepintas lebih terlihat seperti motif geometris bernuansa urban. Motif Kawung hadir dalam ukuran besar dan garis yang lebih tegas. Shift dress, atasan minim detail, short pants serta rok pensil dalam warna monokrom semakin memperkuat kesan urban khas anak muda yang memang menyukai kesederhanaan dan gaya minimalis dalam berbusana.

Jika Yongki menonjolkan modernitas, maka Era Soekamto memilih 'kembali' ke masa lalu. Menggunakan kain Iwan Tirta Private Collection bermotif batik kuno Sawunggaling, Era menciptakan busana dengan perpaduan garis tegas dan lembut. Lewat koleksi bertema Asmaradhana, desainer yang juga pemilik agensi model ini mencoba menampilkan sosok wanita yang anggun namun tangguh. Material tebal dan kaku dikombinasikan dengan bahan halus serta tipis yang terlihat harmonis dalam satu kesatuan busana. Hadir dengan coat bervolume, rok dan gaun drapery juga cape sebagai alternatif kebaya yang unik.

Koleksi lain yang cukup menarik perhatian datang dari Mel Ahyar. Anggota baru IPMI ini mengangkat teknik sulam usus dari Sumatra, yang dituangkan di atas gaun malam berpotongan slim. Mel sukses menonjolkan keseksian wanita tanpa terlihat berlebihan dengan permainan sulam usus di beberapa bagian busana. Material menerawang dengan detail sulam diaplikasikan pada area depan bagian atas, belakang serta samping gaun. Sebuah karya adi busana yang sayang untuk dilewatkan keindahannya.

Sementara itu Carmanita mengusung batik dengan nuansa tropis dalam garis rancang yang menjadi ciri khasnya, yaitu siluet longgar dengan pola dekonstruktif. Yogie Pratama dengan tema 'Ligne', mengangkat kain tenun Jepara bermotif garis. Didominasi warna merah, Yogie mencoba menampilkan busana bergaya 60-an yang terdiri dari gaun pas badan, setelan blouse dan rok pensil ketat, busana berpotongan A-line yang melebar ke bawah serta blouse dengan lengan bervolume.

Parade busana bertema 'Kain Negeri' ini ditutup oleh Barli Asmara dengan koleksinya yang bertema 'Culture Mix.' Menggunakan tenun Garut, Barli menyuguhkan koleksi busana cocktail dalam warna-warna cerah yang dipermanis dengan detail kristal, payet serta manik-manik.

"Semua kain Indonesia awalnya hanya digunakan untuk acara adat. Misi kami sejak dulu adalah konsisten membawa kain Indonesia agar lebih dicintai bangsanya sendiri. Mari bersama-sama angkat kerajinan bangsa kita sendiri, berpartisipasi dalam meningkatkan industri kreatif berbasis budaya," ujar Ketua IPMI Sjamsidar Isa, sebelum peragaan berlangsung, Minggu (18/05/2014).


(hst/fer)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads