Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Wanita Takut COVID-19 Kurung Diri di Rumah Selama 3 Tahun, Begini Nasibnya

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Selasa, 28 Feb 2023 21:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Indoor image of a young woman covering her face with her both hands out of embracement and sadness. Striped Light and shadows are falling on her through blinds. One person, low key, horizontal composition with selective focus and copy space.
Ilustrasi wanita ketakutan. Foto: Getty Images/iStockphoto/gawrav
Gurugram -

Seorang ibu mengunci diri dan anaknya di rumah selama tiga tahun karena takut tertular COVID-19. Kini setelah aturan lockdown diangkat dan pembatasan aktivitas dilonggarkan, dia masih tidak mau keluar rumah.

Wanita asal Gurugram, India, tersebut mengalami kondisi yang dinamakan paranoid COVID-19 ekstrem. Saat awal pandemi merebak pada Maret 2020, dia langsung mengurung diri di rumah.

Pemberitaan tentang meninggalnya puluhan ribu warga India akibat COVID-19 membuat dirinya syok. Wanita berusia 36 tahun ini pun berpikir satu-satunya cara menyelamatkan diri dan anaknya yang kala itu berusia 7 tahun adalah mengisolasi diri dari dunia luar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi rumah Munmun yang mengurung diri selama tiga tahun karena COVID-19.Kondisi rumah Munmun yang mengurung diri selama tiga tahun karena COVID-19. Foto: Tangkapan Layar YouTube

Wanita bernama Munmun Majhi ini juga memaksa suaminya untuk berdiam diri di rumah. Tapi begitu sang suami akhirnya keluar rumah untuk bekerja setelah aturan lockdown berakhir, dia melarangnya untuk kembali ke rumah.

Tiga tahun lamanya, suaminya yang bernama Sujan Majhi terpisah dari keluarga karena ketakutan sang istri yang tak berdasar. Sampai akhirnya dia lelah dan jengah, dan memutuskan minta bantuan polisi.

ADVERTISEMENT

Sujan melapor ke polisi pada 13 Februari 2023 dan mengatakan bahwa istrinya sudah tiga tahun mengunci diri di apartemen mereka. Selama itu juga dia harus menyewa tempat sendiri untuk tinggal setelah dilarang pulang.

Selama hidup terpisah, Sujan tetap membayar sewa apartemen dan membelikan berbagai kebutuhan rumah tangga, yang ditinggalkannya di depan pintu. Sujan berharap keadaan bisa normal lagi dalam beberapa bulan, tapi kenyataannya lebih lama dari itu.

Saat mendengar cerita Sujan, awalnya polisi sulit percaya. Mereka pun menghubungi Munmun untuk mencari tahu keadaannya. Dia mengaku kondisinya dan anaknya -yang kini telah berusia 10 tahun- baik dan sehat.

[Gambas:Youtube]



Namun begitu polisi mengonfirmasi lewat video call, mereka melihat bagian dalam rumah dalam kondisi memprihatinkan. Rumahnya berantakan, sampah menggunung di mana-mana, dan anak laki-lakinya terlihat tidak terawat dengan rambut gondrong sebahu.

Polisi pun membujuk Munmun agar mau keluar dan mendapatkan perawatan medis. Awalnya dia menolak dengan alasan tidak ingin anaknya meninggal karena terpapar udara luar di mana virus Corona bertebaran.

Setelah tindakan persuasif terus-menerus, wanita tersebut akhirnya mau keluar dan datang ke kantor polisi. Namun anaknya masih dikurung di rumah.

Munmun bersedia dibawa ke rumah sakit setelah pihak polisi meyakinkannya. Dan saat itulah mereka bergegas ke apartemen untuk mengevakuasi anaknya.

"Sampah belum dibuang selama tiga tahun, jadi ada tumpukan sampah di mana-mana, lapisan tanah tebal menutupi setiap permukaan, dan dindingnya dipenuhi tulisan dan gambar, kemungkinan besar oleh anak laki-lakinya, yang tidak berinteraksi dengan siapa pun kecuali ibunya selama dikunci dalam waktu lama," jelas pihak kepolisian, seperti dikutip dari Oddity Central.

Kini baik Munmun dan putranya ke psikiater untuk mendapat konseling. Sementara Sujan berharap keluarganya bisa berkumpul lagi dan hidup normal seperti sedia kala.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads