Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Career Catfishing, Tren Karier Gen Z yang Disebut Merugikan Perusahaan

Kiki Oktaviani - wolipop
Minggu, 16 Mar 2025 09:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi wanita karier
Ilustrasi Foto: Getty Images/LaylaBird
Jakarta -

Di tengah berkembangnya dunia kerja yang semakin dinamis, muncul sebuah tren baru yang cukup mengejutkan, yakni Career Catfishing. Istilah tersebut kini menjadi perbincangan hangat, terutama di kalangan Gen Z. Tren ini bisa merugikan, baik dari sisi karyawan maupun perusahaan.

Menurut Dr. Astik Joshi, seorang Psikiater Anak dan Remaja dari New Delhi, career catfishing adalah praktik di mana pencari kerja menerima tawaran pekerjaan, namun sengaja tidak hadir pada hari pertama bekerja tanpa memberi kabar apa pun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tren 'career catfishing' merujuk pada pencari kerja yang menerima tawaran, namun dengan sengaja tidak muncul pada hari pertama tanpa informasi apapun ke perusahaan," ujar Dr. Joshi, seperti dikutip dari NDTV.

Namun, career catfishing tidak hanya sebatas tidak muncul kerja, tapi juga termasuk membesar-besarkan kualifikasi, memalsukan pengalaman, hingga menggunakan identitas palsu demi mendapatkan pekerjaan. Fenomena ini menjadi lebih marak di kalangan Gen Z dan Milenial, yang sedang menghadapi pasar kerja kompetitif, proses perekrutan panjang, dan sistem penyaringan otomatis yang lebih mengutamakan kredensial daripada potensi.

ADVERTISEMENT

Fenomena ini ternyata berakar pada berbagai tekanan psikologis. Dr. Gorav Gupta, seorang psikiater dari New Delhi, mengungkapkan bahwa imposter syndrome, ketidakamanan kerja, hingga ketakutan akan penolakan menjadi penyebab utama seseorang melakukan career catfishing.

"Banyak kandidat merasa tertekan untuk memperindah resume mereka atau melebih-lebihkan kemampuan agar sesuai dengan harapan perusahaan. Ditambah lagi, frustrasi terhadap proses rekrutmen yang lambat dan deskripsi pekerjaan yang tidak jelas mendorong sebagian pencari kerja membenarkan taktik penipuan ini sebagai bentuk perlawanan," jelas Dr. Gupta.

Selain itu, adanya ketidakpuasan terhadap budaya kerja yang dianggap tidak sehat, serta nilai-nilai Gen Z yang lebih mengutamakan kesejahteraan mental daripada sekedar loyalitas kepada perusahaan, ikut mendorong munculnya perilaku ini.

Meskipun mungkin memberi keuntungan jangka pendek bagi pelaku, para ahli mengingatkan bahwa career catfishing membawa konsekuensi serius baik bagi individu maupun perusahaan. Bagi individu, dampak psikologis seperti kecemasan, stres, hingga kerusakan reputasi bisa muncul bila penipuan terbongkar.

"Efek jangka panjang bisa berupa ketidakpercayaan diri, perasaan bersalah, bahkan isolasi profesional," tambah Dr. Joshi.

Bagi perusahaan, career catfishing menyebabkan kerugian besar, seperti hilangnya produktivitas, kekosongan posisi yang berkepanjangan, hingga gangguan pada jadwal rekrutmen.

"Perusahaan kehilangan waktu dan sumber daya, sementara tim lain harus menanggung beban tambahan," kata Dr. Gupta.

(kik/kik)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads