Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Wanita Karier Dibayangi Stigma soal Gender, Ini yang Harus Dilawan!

Erika Dyah Fitriani - wolipop
Jumat, 31 Mar 2023 18:06 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Webinar When Women are Empowered, Everyone Benefits.
Foto: dok. Screenshot/detikcom
Jakarta -

Masalah gender yang kerap menempatkan perempuan di posisi tidak setara bukanlah perkara baru di Indonesia. Hal tersebut masih terus diperjuangkan hingga hari ini, sebab banyak stigma melekat pada perempuan yang membuat mereka sulit mengoptimalisasi potensi dalam diri.

Dalam webinar bertajuk 'When Women are Empowered, Everyone Benefits' yang diselenggarakan oleh Unilever Indonesia x Wolipop, Psikolog sekaligus Founder Klinik ruangtumbuh.id, Irma Gustiana menjabarkan banyaknya stigma yang melekat pada perempuan hingga saat ini.

Terkait gender, perempuan selalu dikaitkan dengan stigma yang menganggap mereka tidak kompeten, lemah, dan hanya bertanggung jawab pada urusan di rumah, dapur, dan tempat tidur. Selain itu, ada juga stigma penampilan yang menuntut perempuan memiliki standar kecantikan tertentu, seperti kulit cantik harus putih. Padahal stigma penampilan ini tak dibebani kepada laki-laki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, ada juga stigma soal pendidikan yang membuat perempuan kerap dipermasalahkan jika ingin menempuh pendidikan hingga level tertinggi. Beberapa budaya juga disebut memiliki stigma yang menempatkan perempuan di posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan masih banyak laki stigma yang ada.

Irma menilai banyaknya stigma ini memberikan dampak yang sangat buruk. Pasalnya, perempuan jadi sering mengalami penurunan harga diri.

ADVERTISEMENT

"Bukan tidak mungkin mereka menjadi cemas dan memiliki gangguan anxiety karena melihat lingkungan sekitar memberikan stigma buruk. Akhirnya mereka tidak bisa mengoptimalisasi potensi yang sebetulnya sudah diberikan Tuhan. Jadi tidak bisa embrace (potensi) itu karena stigma yang ada di masyarakat," jelas Irma dalam webinar Unilever Indonesia x Wolipop, Jumat (31/3/2023).

Hal senada diungkapkan Head of Communication and Chair of Equity Diversity & Inclusion Board Unilever Indonesia, Kristy Nelwan. Ia mengatakan banyaknya stigma yang melekat, termasuk di dunia kerja, membuat perempuan membatasi dirinya sendiri. Salah satunya, stigma yang menyebut perempuan tidak bisa menjadi pemimpin/leader di dunia kerja

"Believe seperti ini membuat perempuan jadi self limiting, walau kesempatannya dikasih akan mempertanyakan diri sendiri. Ada riset yang mengatakan jika laki-laki diberi kesempatan walau tahu tidak mampu mereka akan berani. Namun, begitu perempuan yang diberi kesempatan dan mereka mampu, akan tetap ada self doubt. Ini karena mereka dibesarkan dan dikelilingi dengan kepercayaan bahwa yang bisa jadi leader itu bukan perempuan," terang Kristy.

Untuk itu, ia menegaskan pentingnya break the stigma atau melawan stigma yang ada agar perempuan lebih berdaya terutama di dunia kerja. Menurutnya, pembatasan diri oleh perempuan ini mesti dilawan dengan keyakinan bahwa perempuan juga mampu dan setara.

Lebih lanjut, Kristy menekankan pentingnya kesetaraan di dunia kerja yang memberikan kesempatan setara untuk bisa menjadi versi terbaik dirinya sesuai kemampuan.

"Ini tidak hanya untuk gender. Mudahnya kalau equality itu semua orang dapat baju, baik perempuan atau laki-laki. Tapi kalau equity ini semua orang dapat baju dengan ukuran dan model yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing," paparnya.

Menurutnya paling tidak ada dua alasan mengapa equity jadi perhatian serius dalam ekosistem Unilever di Indonesia maupun secara global. Pertama, konsumen Unilever yang didominasi oleh perempuan.

"Kalau sebagian besar konsumen adalah perempuan dan yang menjalankan bisnisnya tidak ada perempuan, bagaimana bisa menjawab kebutuhan," ungkap Kristy.

"Secara hak asasi juga buat kita penting. Strategi global kita itu ada komitmen untuk planet, kesejahteraan masyarakat, serta equity, diversity, dan inclusion. Kita ingin memastikan internally di ekosistem Unilever ini bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mengejar kesuksesan dengan fuel yang sama dengan laki-laki," paparnya.

Selain itu, Kristy juga mengutip data bahwa pentingnya kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dapat berdampak pada perekonomian. Dikatakan, jika pada tahun 2025 perempuan memiliki kesempatan setara di ekonomi dan bisnis dunia, GDP dunia bisa naik US$ 2,8 triliun.

Dalam webinar ini, Founder Stellarwomen dan Tinkerlust Samira Shihab turut mengungkapkan perjuangannya sebagai perempuan dalam mengembangkan usaha. Ia mengatakan tantangan yang harus dihadapi bersifat internal dan eksternal.

Menurutnya, secara internal banyak sekali suara-suara di dalam kepala yang menimbulkan kecemasan atau insecurity baginya.

"Be successful itu in my opinion, the more advance in my career my insecurity are increasing. Karena di samping saya itu banyak perempuan yang lebih hebat dan laki-laki yang lebih hebat juga. Kita berjuang, mungkin itu pengalaman saya paling susah untuk diatasi," tutur Samira.

Ia menambahkan secara eksternal ada juga stigma dan tekanan dari masyarakat Indonesia yang cenderung menganut budaya ketimuran. Misalnya, terkait dukungan keluarga dan ekspektasi masyarakat, seperti bagaimana peran dan tanggung jawab sebagai perempuan juga ibu dan istri.

"Dua-duanya itu saya rasakan setiap hari, walaupun sudah diketahui brand yang saya miliki," kata Samira.

"(Tapi) insecurity-nya ini jadi fuel for me to become better. It's about how do we use it (insecurity), rather than how we silence it," imbuhnya.

Samira juga menegaskan pentingnya network, resources, mentor, dan training untuk para perempuan agar lebih berdaya dan bisa mewujudkan equity. Adapun di bisnisnya sendiri, 95% pekerja di Stellarwomen merupakan perempuan. Begitupun dengan Tinkerlust.

"Kita (Tinkerlust) adalah product for women, jadi waktu merekrut kita mengutamakan tim yang mengerti masalah perempuan," sebutnya.

Selain melawan stigma dan insecurity, Samira juga menekankan pentingnya resiliensi dan tujuan dalam menjalankan bisnis bagi perempuan.

Sebagai informasi, webinar ini diselenggarakan Unilever Indonesia dan Wolipop untuk mendukung para perempuan agar memiliki kesempatan yang setara, tepat dan adil sehingga bisa terus tetap berdaya melalui potensi mereka. Tema 'When Women Are Empowered Everyone Benefits' diadaptasi dari event International Women's Day yang mengusung tema #EmbraceEquity.

(prf/ega)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads