Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus

Pramugari Cantik Bangkit Pascakena Dampak Pandemi, Kini Jual Baju Batik Anak

Gresnia Arela Febriani - wolipop
Minggu, 27 Des 2020 18:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19
Risa. Foto: dok. pribadi
Jakarta -

Semenjak pandemi Corona melanda seluruh dunia, banyak orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Salah satunya Risa Kurniawati. Risa yang perusahaannya terkena dampak akibat pandemi Corona, kini terpaksa harus setop bekerja.

Wanita yang tinggal di Yogyakarta ini menceritakan kepada Wolipop suka dan duka sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan pada Februari 2014. Dia menjalani training selama empat bulan sebelum mendapatkan lisensi sebagai awak kabin.

"Seperti impian kebanyakan orang, pengalaman yang sangat tak terlupakan adalah dapat berpijak dan berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia. Berjumpa dengan tokoh dan petinggi negara, serta menjamu para artis ibukota. Namun tak semua pengalaman menyenangkan, banyak juga pengalaman yang tak sesuai keinginan. Tapi itu semua adalah risiko pekerjaan yang harus dihadapi. Mendapat komplain, tak sedikit yang mengeluarkan cacian dan makian, justru menjadikan mentalku semakin kuat di setiap harinya. Melatih kesabaran, membangun empati terhadap penumpang, memecahkan masalah adalah Bekal hidup yang ternyata terpakai hingga saat ini," kenang Risa saat berbincang dengan Wolipop, Kamis (24/12/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Risa sempat resign dari pekerjaannya sebagai pramugari pada 2016 karena menikah. Namun dia kembali lagi bekerja di awal 2017. Tak lagi sebagai pramugari namun masih berhubungan dengan pekerjaan lamanya yaitu menjadi instruktur pramugari.

Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19 Foto: dok. pribadi

Tidak berhenti di situ, karena kecintaannya terhadap dunia penerbangan, Risa membentuk Komunitas 'Dare to Be a Flight Attendant' untuk para calon pramugari. Komunitas itu sebagai langkah awal pengenalan seputar dunia penerbangan kepada mereka yang masih awam.

ADVERTISEMENT

Risa Terkena Dampak Pandemi

Kecintaan Risa pada dunia penerbangan kini tidak bisa lagi dilampiaskannya. Sejak April 2020, lembaga pendidikan pramugari tempat ia mengajar tidak mempunyai murid karena status lockdown diberlakukan oleh pemerintah. Hingga ia harus memutar otak agar bisa bertahan di tengah pandemi. Risa pun kini berjualan pakaian.

"Saya mungkin salah satu yang terdampak dari pandemi ini. Saya tidak mendapatkan jam mengajar (padahal bertepatan dengan tahun ajaran baru). Kami tidak memiliki siswa dikarenakan lockdown. Sistem online belum terpakai saat itu. Apalagi mata kuliah di kami adalah praktikum, seminar-seminar komunitas kami juga terpaksa berhenti karena pandemi," ujar anak bungsu dari dua bersaudara itu.

Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19 Foto: dok. pribadi

Tak hanya itu, bertepatan sekali dengan hari raya Idul Fitri, usaha suami Risa juga goyah karena sebagian besar klien menunda pembayaran. Apalagi suaminya berbisnis di bidang konstruksi dan properti, termasuk salah satu bisnis yang tersungkur dan terpuruk di masa pandemi Corona.

"Kami pun harus rela melepas aset kami. Mobil kami untuk membayar karyawan-karyawan yang kami miliki. Perasaannya? Saya sudah siap, karena memang pekerjaan suami adalah pekerjaan yang peluang gagalnya ada," tambahnya.

Bangkit dengan Mencoba Bisnis Selama Pandemi

Risa tak ingin menyerah pada kehidupan. Pada saat dia juga kehilangan pekerjaan sebagai instruktur pramugari dan suaminya bisnisnya terpuruk, Risa mencoba berjualan. Wanita yang lahir di Semarang ini mencari sampingan dengan menjual kain batik.

"Jenis batik printing yang hanya bekisar Rp 70.000 - Rp 150.000, saya kreasikan menjadi hampers lebaran. Alhamdulillaah mendapatkan keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kami," kenangnya penuh syukur.

Selain berbisnis batik printing, Risa mengikuti bisnis MLM skincare. Hal itu berawal dari dia mencoba sendiri produk skincare tersebut dan melihat peluang yang cukup menarik.

"Saya belajar dari pengalaman pandemi ini bahwa kita tidak boleh bergantung pada satu hal, untuk itu apapun yang bisa saya lakukan, ya saya lakukan," ujarnya.

Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19 Foto: dok. pribadi

Risa mengatakan keadaan lah yang membuatnya bangkit. Melihat suami yang sedang kesulitan membuat Risa ingin melakukan sesuatu yang dia bisa untuk keluarganya.

"Saya ingat kata ibu saya 'Perempuan itu tidak harus bekerja, tapi harus serba bisa.' Bisa di kala susah, bisa dikala senang, bisa bangkit, bisa melakukan hal-hal yang besar, bisa berkontribusi bagi keluarga. Tekad kuat saya dan melihat anak serta suami menjadi kekuatan untuk bangkit," tegasnya.

Nasib yang sama pun menimpa adik iparnya. Setelah sama-sama terbuka dan ternyata memiliki satu visi, keduanya memutuskan untuk membiat bisnis baju anak asli Yogyakarta.

"Kami ingin memiliki usaha yang tidak perlu menyita waktu dan tidak harus bermodal besar, kalau tidak laku minimal terpakai. Dari situ lah kami menentukan bisnis ini, baju anak lokal asli Yogyakarta," tambahnya.

Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19Risa Kurniawati yang dulunya pramugari dan jadi instruktur pramugari yang terkena dampak COVID-19 Foto: dok. pribadi

Memberdayakan Penjahit Batik yang Terdampak Corona

Dalam menjalankan usaha barunya yakni memproduksi baju batik untuk anak, Risa bekerjasama dengan para penjahit di Yogyakarta. Dia melihat banyak penjahit pabrik yang terkena dampak Corona dan kena PHK.

"Kami bekerjasama dengan penjahit batik yang terdampak, penjahit pabrik yang terpaksa di PHK. Sehingga kami memiliki tim yang terbukti mahir tanpa perlu kita modal besar untuk produksi dan itu juga menjadi jalan kami untuk sama-sama memutarkan roda perekonomian UMKM Yogyakarta," papar Risa.

Produk baju anak yang Risa dan adik iparnya jual, dipasarkan melalui Instagram @shai.kidswear. Sedangkan khusus hampers anak dia menjualnya melalui Instagram @shai.hampers.

"Kami menjual baju anak lokal dengan model Up to date. Baju usia 0-5 tahun dengan tone warna yang bisa digunakan untuk semua jenis warna kulit. Karena kami mengusung warna earth tone, tentunya dengan harga jauh lebih murah dibandingkan brand-brand yang sudah booming namun dengan kualitas yang sama," tutur Risa yang juga memasarkan baju batik anak buatannya melalui ecommerce.

(gaf/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads