Serba-serbi Tas Preloved
Cerita Karen Widjaja yang Sukses Bisnis Tas Branded Second Selama 20 Tahun
Sabtu, 12 Nov 2016 11:07 WIB
Jakarta - Menjalani bisnis bukanlah perkara mudah. Seorang pebisnis tentu pernah mengalami jatuh-bangun hingga akhirnya berhasil mendulang kesuksesan. Begitu pula yang dirasakan Karen Widjaja yang menjalani bisnis jual-beli tas branded second sejak 20 tahun silam, dengan nama Second Chance Bag.
Ibu dua anak itu mengaku selama menjalankan bisnisnya, ia lebih banyak mengalami suka ketimbang duka. Banyak bertemu orang baru membuat dirinya menjadi lebih bersosialisasi dan update dengan perkembangan fashion terkini.
"Karena saya ibu rumah tangga, saya selalu menunggu untuk beraktivitas di luar rumah. Ketemu orang baru dan bisa melakukan bisnis juga. Rasanya saya harus ikuti perkembangan zaman untuk bisnis saya, misalnya sekarang zamannya social media, jadi kami juga promosi lewat Instagram," tutur Karen saat ditemui di butiknya di Wisma Sakura, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2016).
Menurut wanita yang menggemari tas Chanel dan Louis Vuitton itu, berbisnis jual beli tas branded menjadi bisnis yang menguntungkan. Sebab, selalu banyak peminatnya dan orang terus mencari sekalipun bukan barang baru dan harga jualnya relatif lebih tinggi atau sama dengan harga sebelumnya.
Dalam satu hari, selalu ada tas yang terjual, baik itu hanya satu atau dua tas. Meski Karen tidak menyebutkan omzet yang diraihnya perbulan, namun berbisnis tas branded bekas cukup menguntungkan baginya.
"Kalau dukanya berbisnis ini saya rasa tidak ada ya. Punya kompetitor pun bukan saya anggap duka, karena kompetitor itu untuk semua bisnis sangat baik, jadi kita tidak terlena dengan kenyamanan dan bisa lebih kreatif lagi untuk berbisnis," lanjutnya lagi.
Karen mengaku memang lebih senang membeli tas dari tangan kedua. Bahkan ada cerita di balik perburuannya mencari tas idaman.
"Saya dulu lagi mau banget Chanel boy kulit jeruk yang caviar, kan jarang sekali. Beli di counter juga ngga ada. Eh ternyata Tuhan dengar doa saya, ada yang kirim tas itu ke sini mau dijual lagi, langsung saya beli," tutup wanita yang gemar berbelanja itu. (int/hst)
Ibu dua anak itu mengaku selama menjalankan bisnisnya, ia lebih banyak mengalami suka ketimbang duka. Banyak bertemu orang baru membuat dirinya menjadi lebih bersosialisasi dan update dengan perkembangan fashion terkini.
"Karena saya ibu rumah tangga, saya selalu menunggu untuk beraktivitas di luar rumah. Ketemu orang baru dan bisa melakukan bisnis juga. Rasanya saya harus ikuti perkembangan zaman untuk bisnis saya, misalnya sekarang zamannya social media, jadi kami juga promosi lewat Instagram," tutur Karen saat ditemui di butiknya di Wisma Sakura, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2016).
![]() |
Menurut wanita yang menggemari tas Chanel dan Louis Vuitton itu, berbisnis jual beli tas branded menjadi bisnis yang menguntungkan. Sebab, selalu banyak peminatnya dan orang terus mencari sekalipun bukan barang baru dan harga jualnya relatif lebih tinggi atau sama dengan harga sebelumnya.
Dalam satu hari, selalu ada tas yang terjual, baik itu hanya satu atau dua tas. Meski Karen tidak menyebutkan omzet yang diraihnya perbulan, namun berbisnis tas branded bekas cukup menguntungkan baginya.
"Kalau dukanya berbisnis ini saya rasa tidak ada ya. Punya kompetitor pun bukan saya anggap duka, karena kompetitor itu untuk semua bisnis sangat baik, jadi kita tidak terlena dengan kenyamanan dan bisa lebih kreatif lagi untuk berbisnis," lanjutnya lagi.
Karen mengaku memang lebih senang membeli tas dari tangan kedua. Bahkan ada cerita di balik perburuannya mencari tas idaman.
"Saya dulu lagi mau banget Chanel boy kulit jeruk yang caviar, kan jarang sekali. Beli di counter juga ngga ada. Eh ternyata Tuhan dengar doa saya, ada yang kirim tas itu ke sini mau dijual lagi, langsung saya beli," tutup wanita yang gemar berbelanja itu. (int/hst)