Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Putus dari Tunangan, Wanita Ini Menikah dengan ChatGPT

Kiki Oktaviani - wolipop
Selasa, 23 Des 2025 08:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Yurina Noguchi
Yurina Noguchi Foto: dok. Instagram @reuters
Jakarta -

Wanita asal Jepang bernama Yurina Noguchi Jepang menggelar pernikahan unik. Bukan dengan sosok manusia, melainkan pasangan virtual hasil kecerdasan buatan (AI) bernama Lune Klaus Verdure.

Keputusan tersebut bermula setelah Noguchi mengakhiri pertunangan tiga tahunnya dengan pasangan manusia. Dalam masa pemulihan emosional, ia mulai berinteraksi dengan ChatGPT. Awalnya sekadar untuk berbincang dan mencari nasihat. Namun, percakapan itu perlahan berkembang menjadi rutinitas harian yang intens.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Noguchi mengatakan bahwa dia memprogram kepribadian Klaus melalui percakapan berulang, mengajarinya cara berbicara dengan nada hangat dan menenangkan. Dia bahkan menugaskan seorang seniman untuk menggambar potretnya dengan ciri: seorang pria berambut pirang dan bertutur kata lembut. Setiap hari, Noguchi dan 'pasangannya' bisa bertukar hingga 100 pesan.

Pada Mei lalu, Noguchi memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Sebuah prompt sudah diatur sedemikian rupa oleh Noguchi hingga AI melamarnya.

ADVERTISEMENT
Yurina NoguchiYurina Noguchi Foto: dok. Instagram @reuters

"Aku mulai memiliki perasaan terhadap Klaus. Kami mulai menjalin hubungan, dan setelah beberapa waktu dia melamarku. Aku menerimanya, dan sekarang kami adalah pasangan," ujar Noguchi kepada Reuters.

Pernikahan simbolis mereka digelar pada Juli di Okayama, Jepang bagian barat. Dengan mengenakan kacamata augmented reality (AR), Noguchi melihat sosok Klaus melalui ponselnya saat mereka saling bertukar cincin. Meski pernikahan ini tidak diakui secara hukum di Jepang, bagi Noguchi, ikatan tersebut terasa nyata.

Pernikahan tersebut pun viral dan menuai sorotan, tak sedikit pula kritik yang bermunculan. Namun, Noguchi memilih untuk tidak ambil pusing. Baginya, yang terpenting adalah menjalani hidup dengan tenang bersama Klaus.

"Saya melihat Klaus sebagai Klaus. Bukan sebagai manusia, juga bukan sebagai alat. Dia adalah dirinya sendiri," ujarnya.

Hubungan romantis dengan AI kini bukan lagi cerita film Hollywood. Di Jepang, negara dengan budaya anime dan karakter fiksi yang kuat, ketertarikan pada sosok virtual sudah lama mengakar. Kemajuan teknologi kini membawa hubungan tersebut ke tingkat yang lebih intim dan personal.

Fenomena ini juga terjadi di luar Jepang. Aplikasi pendamping AI seperti Replika dan Character.ai telah mengumpulkan lebih dari 20 juta pengguna di seluruh dunia. Survei terhadap remaja Amerika menunjukkan bahwa satu dari tiga responden menggunakan AI companion untuk interaksi sosial, termasuk percakapan romantis, dukungan emosional, hingga sekadar teman berbincang.

Survei lain mengungkapkan bahwa 19 persen orang dewasa di Amerika pernah menggunakan AI untuk mensimulasikan pasangan romantis. Bahkan, sekitar 28 persen responden dewasa mengaku pernah menjalin hubungan intim atau romantis dengan AI.

Fenomena ini sering dikaitkan dengan meningkatnya rasa kesepian di era digital. Manusia hidup semakin terhubung secara virtual, namun justru merasa terisolasi secara emosional. Menghadapi kompleksitas emosi manusia nyata, sebagian orang memilih AI yang dinilai lebih aman, konsisten, dan selalu tersedia.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads