Fenomena Zoom Dysmorphia yang Memicu Jadi Lebih Insecure dengan Penampilan
Terlalu sering melakukan meeting selama satu setengah tahun ke belakang ini ternyata memicu masalah mental. Fenomena itu disebut dengan istilah Zoom dysmorphia.
Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Women's Dermatology pada Agustus 2021 menyebutkan bahwa waktu yang dihabiskan selama online pada 2020 menimbulkan kecemasan untuk kembali ke aktivitas offline. Sebanyak 70% responden takut dengan aktivitas offline atau bertemu dengan orang secara langsung yang mengarah ke gangguan dismorfik.
Gangguan dismorfik tubuh adalah masalah mental dengan gejala yang terlalu fokus dan obsesi pada kekurangan penampilan. Ditambah lagi dengan pengaruh media sosial yang banyak menggunakan filter, nyatanya semakin menambah kecemasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah tersebut dibahas oleh Dr. Lanny Juniarti Dipl. AAAM sebagai pendiri dan direktur dari Miracle Aesthetic Clinic dalam acara hari jadi Miracle Clinic ke-25. Sebagai seorang ahli kecantikan yang sudah dua dekade lebih berada di bisnis estetika, hal tersebut rupanya mengganggu Dr. Lanny. Ia merasa miris dengan keadaan mental seseorang terkait fenomena Zoom dysmorphia.
"Semakin sering menggunakan filter, semakin tinggi kecemasannya. Dari penelitian, kecemasannya sampai 83% karena filter. Nyatanya filter membuat seseorang percaya diri secara virtual, namun cemas di kehidupan nyata," ungkap Dr. Lanny dalam acara daring bertema Be Brave To Be You yang diselenggarakan oleh Miracle Clinic, Selasa (25/9/2021).
"Zoom dysmorphia juga adanya kecemasan karena tidak siap WFO hal tersebut karena standar penampilan. Ada tiga alasan utama yang membuat mereka jadi takut. Pertama adalah naiknya berat badan, kedua warna kulit yang tidak merata, dan ketiga adalah jerawat," tambah Dr. Lanny.
Hal tersebut yang membuat Dr. Lanny ingin mengedukasi para wanita agar lebih percaya diri dengan penampilannya. Pun jika ingin melakukan prosedur kecantikan, tidak berdasarkan standar kecantikan yang telah dibuat oleh media sosial.
"Kita sebagai wanita Indonesia punya etnik beauty yang bisa ditonjolkan, kenapa harus menjadi orang lain, kenapa harus jauh-jauh ke Korea. Kita seharusnya bisa merayakan keunikan yang dimiliki," ucap Dr. Lanny.
Sejak di 2019, Miracle Clinic mengusung konsep Facial Architecture yang merupakan metodologi, di mana untuk mencegah filler dan botox yang berlebihan. Menurut Dr. Lanny, Miracle Clinic ingin menonjolkan karakteristik wajah seseorang tanpa mengubahnya.
(kik/kik)
Elektronik & Gadget
Bikin Sejuk Dimanapun Kamu! Intip 3 Rekomendasi Kipas Mini Portable Di Bawah 200 Ribu
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
Vivo iQOO 15: Flagship Baru Super Kencang dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 & Layar 144Hz
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Sungboon Editor Resmi Masuk Indonesia, Tawarkan Skincare Pori dari Tomat Hijau
Alis Natural Bak Tanpa Makeup Jadi Tren Kecantikan 2026, Ini Tekniknya
MCM Rilis Parfum dengan Kemasan Gemas Bentuk Beruang Hingga Gajah
7 Rekomendasi Moisturizer Water Based, Cocok untuk Semua Jenis Kulit
Mengenal Water Based Skincare dan Bedanya dengan Berbasis Minyak
Ivan Gunawan Gelar Garis Poetih 2026, 12 Desainer Rilis Koleksi Lebaran
Foto Sean Anak Olla Ramlan, Berwajah Blasteran dan Seumuran Tristan Molina
Ramalan Zodiak 16 Desember: Libra Introspeksi Diri, Scorpio Kerja Keras
9 Potret Thalia 'Rosalinda' Tak Menua Bak Vampir, Ini Rahasia Awet Mudanya











































