Pakar Kecantikan Ungkap Kriteria Kecantikan di Era Digital
Senin, 04 Mar 2019 10:00 WIB
Jakarta - Industri kecantikan terus berubah seiring perkembangan zaman. Di era revolusi industri 4.0 atau era digital ini, ternyata juga berdampak bagi kriteria kecantikan.
Dalam acara 'The Turn Around Paradigm of Beauty 4.0', dr. Lanny Juniarti, Dpl. AAAM, pendiri dan direktur dari Miracle Asthetic Clinic, mengungkap bahwa dunia digital mengintergrasi fisik dengan virtual melalui koneksi internet yang menghubungan media sosial. Jaringan sosial seperti Twitter atau Instagram membentuk society beauty.
Society beauty bisa disebut sebagai standar cantik di dunia media sosial. Dari seminar kecantikan dan menengok dari fenomana yang ada, dr. Lanny melihat bahwa kini kecantikan tak hanya milik pribadi, namun juga khalayak luas.
"Tuntutan saat ini adalah lebih dari sekadar cantik. Cantik tidak lagi menjadi istimewa, namun beyond beauty. Kriteria cantiknya kini lebih tinggi. Kecantikannya semakin lebih yang bikin atraktif untuk orang lain yang melihatnya," ungkap dr. Lanny.
Dr. Lanny menambahkan bahwa kecantikan di era digital ini lebih komplikasi. Seseorang kini ingin eksis di media sosial dengan terlihat cantik yang menonjolkan versi terbaik dari diri mereka. Kecantikan mereka pun ingin diakui masyarakat, termasuk netizen.
Saat ini, khalayak bisa menjadi juri untuk penampilan seseorang, bahkan mereka yang tak kenal pun merasa berhak untuk berkomentar. Paradigma tersebut disebut dr. Lanny sebagai Beauty 4.0 yang sedikit banyak dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0.
Melihat fenomena ini, dr. Lanny sebagai praktisi kecantikan merasa tertantang. Wanita pada khususnya ingin lebih cantik, namun tidak ingin menghilangkan ciri khas dari wajahnya.
"Sebagai seorang praktisi kecantikan, tentunya kami akan menyarankan perawatan yang tepat untuk memenuhi keinginan klien. Dengan tidak menghilangkan ciri khas wajah dan mengoreksi yang dianggap kurang sehingga mereka semakin tambah percaya diri," ungkap dr. Lanny. (kik/kik)
Dalam acara 'The Turn Around Paradigm of Beauty 4.0', dr. Lanny Juniarti, Dpl. AAAM, pendiri dan direktur dari Miracle Asthetic Clinic, mengungkap bahwa dunia digital mengintergrasi fisik dengan virtual melalui koneksi internet yang menghubungan media sosial. Jaringan sosial seperti Twitter atau Instagram membentuk society beauty.
![]() |
Society beauty bisa disebut sebagai standar cantik di dunia media sosial. Dari seminar kecantikan dan menengok dari fenomana yang ada, dr. Lanny melihat bahwa kini kecantikan tak hanya milik pribadi, namun juga khalayak luas.
"Tuntutan saat ini adalah lebih dari sekadar cantik. Cantik tidak lagi menjadi istimewa, namun beyond beauty. Kriteria cantiknya kini lebih tinggi. Kecantikannya semakin lebih yang bikin atraktif untuk orang lain yang melihatnya," ungkap dr. Lanny.
Dr. Lanny menambahkan bahwa kecantikan di era digital ini lebih komplikasi. Seseorang kini ingin eksis di media sosial dengan terlihat cantik yang menonjolkan versi terbaik dari diri mereka. Kecantikan mereka pun ingin diakui masyarakat, termasuk netizen.
Saat ini, khalayak bisa menjadi juri untuk penampilan seseorang, bahkan mereka yang tak kenal pun merasa berhak untuk berkomentar. Paradigma tersebut disebut dr. Lanny sebagai Beauty 4.0 yang sedikit banyak dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0.
Melihat fenomena ini, dr. Lanny sebagai praktisi kecantikan merasa tertantang. Wanita pada khususnya ingin lebih cantik, namun tidak ingin menghilangkan ciri khas dari wajahnya.
"Sebagai seorang praktisi kecantikan, tentunya kami akan menyarankan perawatan yang tepat untuk memenuhi keinginan klien. Dengan tidak menghilangkan ciri khas wajah dan mengoreksi yang dianggap kurang sehingga mereka semakin tambah percaya diri," ungkap dr. Lanny. (kik/kik)