Kamu Bucin atau Bukan? Ini Kategori Budak Cinta Menurut Psikolog
Gresnia Arela Febriani - wolipop
Sabtu, 24 Agu 2019 11:16 WIB
Jakarta
-
Istilah budak cinta kini ramai dipakai netizen untuk menggambarkan seseorang yang rela melakukan segalanya demi cinta pada pasangannya. Apakah kamu termasuk bucin alias budak cinta? Ini kata psikolog.
Psikolog Tiara Puspita melihat fenomena budak cinta ini terjadi karena seorang wanita atau pria yang menjadi pelakunya terlalu takut kehilangan pasangannya. Sehingga pelaku bucin ini akan rela mengorbankan banyak hal dalam hidupnya.
"Ketika kita mengorbankan banyak hal, seperti harga diri, kepentingan, nilai-nilai kita yang anggap prinsipil, kita serahkan ke orang lain demi supaya orangnya bertahan sama kita atau menjaga hubungannya agar tetap baik-baik saja," ujar Tiara saat berbincang dengan Wolipop, Kamis (22/8/2019).
Para budak cinta ini seringkali tidak menyadari bahwa mereka berada dalam sebuah hubungan yang tidak sehat. Apalagi biasanya hubungan cinta yang dijalani para budak cinta diwarnai dengan adanya kekerasan dari pasangannya, baik itu psikis maupun fisik. Tiara menyebut pada umumnya pelaku bucin tidak mengetahui dirinya berada dalam vicious cycles.
"Vicious cycles in relationships, jadi itu semacam siklus di mana dia tidak menyadari bahwa dia itu ada di siklus kekerasan. Misalnya dalam hubungannya pacaran itu awalnya senang-senang kemudian nanti berantem. Mungkin awalnya bentak-bentak. Kemudian eskalasi pertikaian ketika berantem makin tinggi, terus ditolerir. Berpikir 'oh ya mungkin dia orangnya emosional' atau 'oh berarti aku gak boleh bikin dia marah'," jelas Tiara berpraktek di International Wellbeing Center, Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Mereka yang menjadi budak cinta ketika bertengkar dan dikasari oleh pasangannya akan memaklumi tindak kekerasan dan kemarahan tersebut. Mereka malah menjadikan dirinya sebagai obyek yang disalahkan atau menolerir kemarahan tersebut.
Para budak cinta ini menurut Tiara tidak menyadari bahwa pasangannya telah memanipulasi diri mereka dengan kemarahan atau kekerasan. Sehingga si bucin akan merasa dirinya lah yang bersalah. Padahal sebenarnya justru merekalah yang benar.
"Ketika kita sendiri yang ada di posisi orang tersebut, kita tidak sadar sama sekali. Hal itu terjadi karena ada kedekatan secara emosional, karena rasa sayang kita, karena rasa takut kehilangan kita. Yang akhirnya kita mentolerir itu tanpa kita sadari," jelas Tiara lagi. (eny/hst)
Psikolog Tiara Puspita melihat fenomena budak cinta ini terjadi karena seorang wanita atau pria yang menjadi pelakunya terlalu takut kehilangan pasangannya. Sehingga pelaku bucin ini akan rela mengorbankan banyak hal dalam hidupnya.
"Ketika kita mengorbankan banyak hal, seperti harga diri, kepentingan, nilai-nilai kita yang anggap prinsipil, kita serahkan ke orang lain demi supaya orangnya bertahan sama kita atau menjaga hubungannya agar tetap baik-baik saja," ujar Tiara saat berbincang dengan Wolipop, Kamis (22/8/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: iStock |
Para budak cinta ini seringkali tidak menyadari bahwa mereka berada dalam sebuah hubungan yang tidak sehat. Apalagi biasanya hubungan cinta yang dijalani para budak cinta diwarnai dengan adanya kekerasan dari pasangannya, baik itu psikis maupun fisik. Tiara menyebut pada umumnya pelaku bucin tidak mengetahui dirinya berada dalam vicious cycles.
"Vicious cycles in relationships, jadi itu semacam siklus di mana dia tidak menyadari bahwa dia itu ada di siklus kekerasan. Misalnya dalam hubungannya pacaran itu awalnya senang-senang kemudian nanti berantem. Mungkin awalnya bentak-bentak. Kemudian eskalasi pertikaian ketika berantem makin tinggi, terus ditolerir. Berpikir 'oh ya mungkin dia orangnya emosional' atau 'oh berarti aku gak boleh bikin dia marah'," jelas Tiara berpraktek di International Wellbeing Center, Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Mereka yang menjadi budak cinta ketika bertengkar dan dikasari oleh pasangannya akan memaklumi tindak kekerasan dan kemarahan tersebut. Mereka malah menjadikan dirinya sebagai obyek yang disalahkan atau menolerir kemarahan tersebut.
Foto: iStock |
Para budak cinta ini menurut Tiara tidak menyadari bahwa pasangannya telah memanipulasi diri mereka dengan kemarahan atau kekerasan. Sehingga si bucin akan merasa dirinya lah yang bersalah. Padahal sebenarnya justru merekalah yang benar.
"Ketika kita sendiri yang ada di posisi orang tersebut, kita tidak sadar sama sekali. Hal itu terjadi karena ada kedekatan secara emosional, karena rasa sayang kita, karena rasa takut kehilangan kita. Yang akhirnya kita mentolerir itu tanpa kita sadari," jelas Tiara lagi. (eny/hst)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Ramalan Zodiak Cinta 7 Desember: Gemini Diskusi Baik-baik, Pisces Jaga Ucapan
Ramalan Zodiak 7 Desember: Capricorn Jangan Boros, Aquarius Lebih Bijak
5 Zodiak yang Ternyata Introvert Banget, Lebih Bahagia Saat Menyendiri
Ramalan Zodiak 7 Desember: Libra Lebih Peka, Sagitarius Hati-hati Terjebak
Negara Ini Dikenal Punya Wanita Tercantik Tapi Kekurangan Pria untuk Dinikahi
Most Popular
1
Jessica Alba Kapok Pernah Beradegan Tanpa Busana di Film, 'Sangat Memalukan'
2
8 Foto Audi Marissa ke Seoul Tanpa Anak & Suami, Jalani Operasi Sedot Lemak
3
Siapa Bonnie Blue? Bintang OnlyFans Kontroversial yang Ditangkap di Bali
4
Influencer Viral Nikah Setelah 14 Hari Kenal, Ending-nya Bisa Ditebak
5
Idol Cocona XG Umumkan Identitas sebagai Transmaskulin Nonbiner, Apa Artinya?
MOST COMMENTED












































Foto: iStock
Foto: iStock