Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Perlukah Tetap Berteman dengan Sahabat yang Sudah Merebut Kekasih?

wolipop
Kamis, 07 Mei 2015 09:27 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

dok. Thinkstock
Jakarta -

Perasaan dikhianiti pasti menjadi berlipat ganda setelah mengetahui bahwa kekasih direbut sahabat sendiri. Perasaan marah, benci dan sedih pastinya berkumpul menjadi satu ketika tahu orang yang Anda percaya selama ini menikam dari belakang. Kalau sudah seperti ini, pantaskah masih menjalin pertemanan dengan sahabat?

1. Merenungkan
Untuk mengetahui jawaban apakah dia masih layak untuk dijadikan sahabat, jawabannya hanya Anda sendiri yang tahu. Psikolog sekaligus konsultan cinta Wolipop menyarankan Anda untuk merenungkan bagaimana persahabatan Anda selama ini.

"Kamu dapat merenungkan apakah sahabatmu memang merupakan sahabat yang terbaik untukmu. Apa saja yang dilakukannya selama kamu bertengkar dengan mantan pasanganmu, apa yang diucapkannya kepadamu ketika ia memutuskan untuk berpacaran dengan mantan pasanganmu, serta perilaku dan perkataannya terhadapmu. Keputusan kembali pada kamu, untuk memilih dan menentukan kelanjutan hubungan persahabatanmu," ujar Ratih dalam surat konsultasi cintanya di Wolipop.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Melepaskan Amarah
Dijelaskan oleh psikolog Efnie Indrianie, M.Psi, emosi negatif harus dikeluarkan dan tidak boleh ditahan-tahan. "Marah tidak bisa ditahan. Itu bisa menjadi tension yang akan berpengaruh buruk pada psikologis tubuh," ujar psikolog lulusan Universitas Maranatha, Bandung, saat ditemui Wolipop baru-baru ini.

Marah tidak harus selalu dengan melabrak teman Anda. Anda bisa melakukan dengan banyak cara, misalnya dengan berteriak atau melampiaskannya dengan aggression therapy. Efnie menjelaskan Anda bisa membuat orang-orangan atau menggunakan guling. Benda tersebut bisa menjadi simbol dari sahabat Anda. Anda bisa melemparkannya dengan barang atau memaki benda tersebut.

3. Apakah Boleh Melabraknya?
Sebenarnya, melabrak tidak menjamin perasaan bisa lebih lega. Namun, memang ada tipe orang yang harus membuat konfrontasi dulu baru bisa merasakan sedikit lebih lega. Psikolog klinis tersebut menegaskan bahwa Anda boleh melakukan konfrontasi tapi hanya dilakukan sekali saja dan harus ada yang mendampingi, entah dari psikolog atau sahabat lain.

"Boleh bertemu dengan dia, tapi hanya sekali. Enough setelah itu. Mungkin ada orang yang harus lihat orangnya dan menumpahkan kekesalan dan mengekspresikan, 'dia harus melihat marahku dan dia harus tahu sakit hatinya aku', ada kan orang yang seperti itu. Boleh saja dilakukan, tapi cukup sekali dan didampingi," jelas Efnie.

 

4. Stop Berpikiran Negatif
Bila Anda mengibaratkan peristiwa yang sedang dialami sebagai mimpi buruk, bencana mengerikan, atau hal yang menakutkan. Tanpa sadar Anda hanya menghabiskan waktu untuk memikirkan hal-hal yang negatif saja. Sebaiknya fokus pada hal-hal positif yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian, misalnya menjadi relawan ditempat pengungsian, atau mengajarkan anak-anak yang kurang mampu agar bisa belajar.

Hal positif tersebut juga bisa dilakukan untuk diri sendiri, mulai dari mempercantik diri dengan pergi ke salon, atau memasak untuk orang di rumah. Apa saja bisa dilakukan untuk menyenangkan hati orang lain.

(kik/fer)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads