Hilang Semangat Setelah Putus Cinta di Usia 30 Tahun, Harus Bagaimana?
Anna Surti Ariani - wolipop
Rabu, 31 Agu 2016 10:21 WIB
Jakarta
-
Dear Mbak Anna. Saya resmi jomblo pada awal tahun ini. Saat ini usia saya sudah genap 30 tahun. Rasanya saya juga hampir hilang semangat, makin lama hari-hari saya lalui hanya sebatas rutinitas.
Sebenarnya saya juga berusaha berkenalan dengan orang-orang baru, tapi entah rasanya seperti selalu tidak pas dengan saya. Yang terdahulu memang cuek dan lebih drama dari saya, juga gemar me-like foto-foto wanita di media sosial.
Keluarganya sebenarnya mendesak kami untuk segera berumah tangga tapi saya lebih memilih mengakhiri karena sikap-sikapnya yang saya rasa tidak selaras dengan diri saya. Saya juga melihat dia minim usaha untuk menyelaraskan diri selain hanya mengejar untuk kami segera menikah. Ke depannya saya tidak tahu harus apa dan bagaimana sebaiknya. Semoga Mbak bisa membantu. Terima kasih.
Rianda, 30 Tahun
Jawab:
Hai Rianda,
Memutuskan menikah memang bukan pertimbangan yang mudah. Anda perlu keyakinan yang tinggi untuk memilih dan memutuskan, dan ini seringkali butuh waktu yang panjang. Namun kalau Anda sudah memutuskan menikah, maka sulit untuk mundur. Jadi lebih baik mempertimbangkan dengan mantap dulu daripada asal memilih padahal merasa tak selaras.
Di sisi lain kalau Anda terus merasa hilang semangat, akan semakin sulit Anda menemukan orang-orang yang layak jadi pendamping Anda. Keraguan justru dapat membesar. Lebih perlu diwaspadai kalau Anda bahkan sudah mengalami kesulitan tidur, perubahan nafsu makan, bahkan merasa diri buruk. Apabila hal-hal yang perlu diwaspadai ini terjadi lebih dari 2 minggu berturut, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog / psikiater. Bukan karena menjadi gila, namun untuk membantu Anda supaya dapat kembali menemukan semangat hidup.
Apabila dalam saat-saat ini Anda memaksakan diri mencari pasangan hidup, Anda dapat merasa semakin tertekan sehingga semakin hilang semangatnya. Anda bahkan beresiko memilih secara asal.
Bagaimana kalau saat ini Anda gunakan saja sebagai 'waktu istirahat', sehingga Anda dapat lebih memikirkan diri sendiri. Gali lagi dari diri pribadi apa saja yang masih perlu diperbaiki, dan cobalah melakukan perbaikan diri. Anda juga dapat mencoba memikirkan target pribadi yang dapat dicapai di kemudian hari. Para psikolog biasanya cukup ahli untuk memandu Anda mencari hal-hal yang perlu diperbaiki dan dapat membantu menentukan langkah-langkah kongkrit untuk berubah, jika dibutuhkan. Kalaupun belum menemukan pasangan hidup, setidaknya hidup Anda berubah menjadi lebih baik kan.
(eny/eny)
Sebenarnya saya juga berusaha berkenalan dengan orang-orang baru, tapi entah rasanya seperti selalu tidak pas dengan saya. Yang terdahulu memang cuek dan lebih drama dari saya, juga gemar me-like foto-foto wanita di media sosial.
Keluarganya sebenarnya mendesak kami untuk segera berumah tangga tapi saya lebih memilih mengakhiri karena sikap-sikapnya yang saya rasa tidak selaras dengan diri saya. Saya juga melihat dia minim usaha untuk menyelaraskan diri selain hanya mengejar untuk kami segera menikah. Ke depannya saya tidak tahu harus apa dan bagaimana sebaiknya. Semoga Mbak bisa membantu. Terima kasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jawab:
Hai Rianda,
Memutuskan menikah memang bukan pertimbangan yang mudah. Anda perlu keyakinan yang tinggi untuk memilih dan memutuskan, dan ini seringkali butuh waktu yang panjang. Namun kalau Anda sudah memutuskan menikah, maka sulit untuk mundur. Jadi lebih baik mempertimbangkan dengan mantap dulu daripada asal memilih padahal merasa tak selaras.
Di sisi lain kalau Anda terus merasa hilang semangat, akan semakin sulit Anda menemukan orang-orang yang layak jadi pendamping Anda. Keraguan justru dapat membesar. Lebih perlu diwaspadai kalau Anda bahkan sudah mengalami kesulitan tidur, perubahan nafsu makan, bahkan merasa diri buruk. Apabila hal-hal yang perlu diwaspadai ini terjadi lebih dari 2 minggu berturut, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog / psikiater. Bukan karena menjadi gila, namun untuk membantu Anda supaya dapat kembali menemukan semangat hidup.
Apabila dalam saat-saat ini Anda memaksakan diri mencari pasangan hidup, Anda dapat merasa semakin tertekan sehingga semakin hilang semangatnya. Anda bahkan beresiko memilih secara asal.
Bagaimana kalau saat ini Anda gunakan saja sebagai 'waktu istirahat', sehingga Anda dapat lebih memikirkan diri sendiri. Gali lagi dari diri pribadi apa saja yang masih perlu diperbaiki, dan cobalah melakukan perbaikan diri. Anda juga dapat mencoba memikirkan target pribadi yang dapat dicapai di kemudian hari. Para psikolog biasanya cukup ahli untuk memandu Anda mencari hal-hal yang perlu diperbaiki dan dapat membantu menentukan langkah-langkah kongkrit untuk berubah, jika dibutuhkan. Kalaupun belum menemukan pasangan hidup, setidaknya hidup Anda berubah menjadi lebih baik kan.
(eny/eny)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Konsultasi Tarot
Apakah saya bisa balikan dengan mantan saya
Konsultasi Tarot
Kasih Sayang dan Perhatian yang Tak Berbalas, Bagaimana Harus Terima Keadaan?
Konsultasi Tarot
4 Tahun Menikah, Tiba-tiba Rindu Mantan Kekasih Sampai Menangis
Konsultasi Tarot
Mantan Terlalu Cepat Move On, Apakah Hubungan Mereka Serius?
Konsultasi Tarot
Pacaran Baru Seminggu, Kekasih Sudah Berani Pinjam Uang
Most Popular
1
8 Foto Pernikahan Mewah Putri Kamboja Gen Z dengan Putra Konglomerat
2
Potret Pasangan Ikonik Shah Rukh Khan & Kajol Resmikan Patung DLJJ di London
3
Heboh Rumor Pacaran Jungkook BTS dan Winter aespa, Ini Kata Agensinya
4
Penampilan Terbaru Dilraba Dilmurat Jadi Sorotan, Picu Rumor 'Kloning'
5
Potret Kimberly Ryder Perdana Tampil Bak Artis Dracin, Anggun Pakai Hanfu
MOST COMMENTED











































