Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

TikTok Viral Verificator

Viral Anak Penjual Nasi Goreng di Pandeglang Lolos S-2 Universitas Harvard

Gresnia Arela Febriani - wolipop
Minggu, 20 Apr 2025 07:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Anak penjual nasi goreng yang berhasil lolos seleksi masuk S2 di Universitas Harvard.
Anak penjual nasi goreng yang berhasil lolos seleksi masuk S2 di Universitas Harvard.Foto: Dok. Instagram @muhamadyani070901. Menginspirasi generasi muda.
Amerika Serikat -

Kisah tentang anak penjual nasi goreng yang berhasil lolos seleksi pendidikan S-2 di Universitas Harvard viral di media sosial. Ialah Muhamad Yani yang mengunggah kisah inspiratifnya di akun Instagram @muhamadyani070901.

Ia membagikan pengalamannya pernah mendaftarkan diri di beberapa universitas ternama hingga akhirnya diterima di Harvard. Yani juga mendapatkan lebih dari 10 LoA atau Letter of Acceptance) dari kampus ternama dunia seperti Oxford dan Imperial College London.

Yani mengaku pernah mendaftarkan diri di Universitas Colombia, namun ditolak. Ia pun pantang menyerah dan terus mencoba lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ditolak UnCol, ini waktu aku semester 7 belum S-1. Tema: Yang penting coba dulu biar tahu rasanya daftar dan prosesnya kaya gimana," tulis Yani pada keterangan unggahannya di Instagramnya, @muhamadyani070901.

Yani kemudian mendaftar di Universitas Manchester dan dinyatakan lolos masuk. Namun dia memutuskan tak kuliah di kampus di Inggris tersebut.

ADVERTISEMENT

"Coba-coba ternyata accepted dengan conditional LOA di MU, karena IELTS belum cukup dan final transcirpt belum ada, jadi ga dilanjut dilengkapi. Di UK bisa daftar dulu tanpa IELTS stelah lolos nanti diminta. Jurusan ini aku pilih karena cuma nyoba dan mau tahu esay dan CV aku apa kah cukup promising atau tidak," tulisnya lagi.

Yani juga mencoba daftar ke Imperial College London dan berhasil lolos. Ia menguji dirinya untuk daftar di kampus lainnya.

"Sangat amat tidak expect kalau bakal dapat acceptance offer dari Imperial College London. Temanya: Menguji aplikasi apakah bisa diterima di jajaran top 10 Uni in the world... Sehingga dari sini aku mulai naikin standard untuk apply dan persiapkan untuk top 5," jelasnya.

Gagal lolos Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) batch pertama, Yani pun gigih dan terus mencoba peluang LPDP. Ia merasa bersyukur bisa lolos LPDP tahap kedua.

"Unfortunatelly, LPDP batch 12024 belum lolos di tahap substansi. Akhirnya aku kuatkan lagi niat untuk LPDP batch 2 2024. Alhamdulillah, batch 2 2024, LPDP bisa lolos dengan pilihan Harvard, Oxford, dan Columbia ... Jalur Prasejahtera non-LOA," ucap Yani.

Ketika menempuh perjalanan panjang, ia pun berhasil lolos di Universitas Harvard yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Duarrrr!!!! Terimakasih Allah Setelah berdarah-darah IELTS yg diminta 7.5 per section, 4 Essays, 1 SOP, dan lainnya, Allah izinkan untuk aku bisa diterima di IVY League, Harvard University
Human Development and Education, HGSE," kata Yani haru.

Pri yang berasal dari Desa Cibaliung, Pandeglang, Banten, ini diterima untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Harvard School of Education, program Human Development and Education. Sebelumnya Yani menjalani studi S-1 di Universitas Udayana.

Postingan Yani tersebut sudah mendapatkan 5.399 Likes dan banjir komentar dari warganet. Rata-rata warganet memberikan apresiasi kepada Yani dan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda.

"Ingat zaman kuliah dibali liat kamu jualan tahu isi di kelas yan, ikut bangga bisa sampe ke havard, semangat menempuh mimpi mu kawan," ucap pengguna Instagram @harrishdhn.

"Kerreeenn fa ++ congrats kaaa.. Allahumma sholli'alaaa Sayyidinaa Muhammad🀲🏻," ujar akun @winia_azzaheer1.

"Masyaallah Keren banget kak yani. Sukses Selalu!" timpal

Konfirmasi Wolipop

Wolipop sudah mewawancarai Muhamad Yani yang berhasil melanjutkan studi S-2 di Universitas Harvard. Yani menceritakan latar belakang keluarganya.

"Saat itu ayah dan ibu bekerja sebagai buruh tani di sebuah kampung kecil bernama Citarum. Sampai tiba saya menginjak masuk sekolah TK dan berpindah ke Sukajadi dan bekerja sebagai pedagang nasi goreng sejak 2007 hingga sekarang," kata Yani kepada Wolipop.

Pria kelahiran 7 September 2001 ini mengatakan pada saat usianya sekitar usia 7-10 tahun keluarganya sempat merasakan jatuh bangun masalah ekonomi. Yani dan keluarga pernah tidur di jalanan selama 10 hari.

"Saya sekeluarga sempat diusir dari kontrakan karena tidak bisa bayar. Kami tidur di jalan 10 hari karena belum mendapatkan tempat tinggal," kenang Yani.

Yani menjelaskan mulai masuk sekolah pada tahun 2026 dan hampir putus sekolah pada tahun 2018. Ia menuturkan orang tuanya berjualan nasi goreng di pangkalan perempatan Sukajadi Timur, Cibaliung, Pandeglang, Banten.

"Saya hampir putus sekolah di tahun 2018, di semester akhir kelas 2 karena merasa ingin kerja dan bantu keluarga. Saya mulai jadi memulung rongsokan, bantu bapak jualan, hingga tutoring siswa hanya untuk mendapatkan uang jajan," ucap Yani.

Yani pun terus bangkit di tengah keterbatasan ekonomi, tak menghalangi dirinya untuk meraih cita-cita. "Namun Alhamdulillah banyak orang yang bantu khususnya guru-guru di SMAN 5 Pandeglang yang support selalu pendidikan sampai saya bisa lolos di Udayana tahun 2019," sebutnya.

Semenjak kuliah, Yani mencari uang tambahan untuk biaya pendidikannya sekaligus sekolah adiknya. Yani menuturkan kakaknya terpaksa berhenti kuliah.

"Sejak kuliah saya kuliah sembari jualan tahu dan freelance jadi event organizer untuk menambah uang dan membantu membiayai sekolah adik saya dan membantu perekonomian keluarga bersama kakak saya. Kakak saya terpaksa berhenti kuliah di semester empat karena ingin membantu saya kuliah di Bali," kenangnya lagi.

Yani pun bertekad untuk meraih impiannya. Salah satunya dengan mendaftarkan diri untuk mengambil studi S-2 di luar negeri.

"Saya tidak menyangka ternyata hidup sederhana dan tidak memiliki apa-apa ternyata bisa diterima di. Harvard kampus paling bergengsi di dunia," tutur Yani haru.

Kegiatan sehari-hari, Yani menjadi pelatih bahasa Inggris, mengurus yayasan Leuweung Hub Foundation, dan bekerja separuh waktu sebagai project manager di beberapa acara.

Kisah perjalanan hidupnya viral di media sosial, Yani mengaku tak menduga dan terharu karena banyak warganet yang mendukung langkahnya.

"Saya sangat bersyukur karena banyak orang yang mendukung dan mendoakan dan terimakasih kepada media yang turut membantu sharing pengalaman saya. Semoga Allah membalas doa-doa baik dengan hal baik kepada mereka," lanjut Yani.

Saat dihubungi oleh Wolipop, Yani sudah sampai di Flagstaff, Arizona, Amerika Serikat untuk kegiatan program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellowship. Dia tiba di Amerika Serikat setelah dua hari perjalanan dari Indonesia dan transit di Jepang dan Chicago.

"Mimpi itu gratis, hanya perlu keberanian dan tekad yang kuat untuk mewujudkannya apapun kendala dan masalahnya. Perjuangan beasiswa dan harvard nggak semudah yang orang lihat di Instagram atau TikTok, saya sempet sakit dan dioperasi karena tumor saat wawancara LPDP sampai gagal di batch pertama 2024. Tapi Alhamdulillah rezekinya di Harvard dengan LPDP di tahap 2," lanjutnya lagi.

Kedua orang tuanya pun terharu dan memberikan restu atas langkah Yani yang bisa membuat bangga keluarga.

"Mama dan bapak tidak banyak berkata tapi pelukan dan air mata yang aku terima adalah tanda betapa bangganya mereka," pungkas Yani.

(gaf/eny)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads