Kisah Para Wanita di Arab yang Hidupnya Berubah Setelah Ikut Pelatihan Militer
Gresnia Arela Febriani - wolipop
Kamis, 12 Sep 2019 16:07 WIB
Jakarta
-
Uni Emirat Arab (UEA) baru saja menyelesaikan program pelatihan militer dan penjaga perdamaian khusus untuk wanita. Program ini berlangsung di Akademi Militer Khusus Wanita Khawla bint Al Azwar di Abu Dhabi sejak awal tahun ini.
Latihan tempur yang diadakan khusus untuk wanita ini dilakukan begitu cermat. Seperti dikutip Vogue Arabia, ketika melihat hasilnya, bagaimana para wanita itu beraksi saat menjadi tentara, sulit untuk dipercaya bahwa beberapa bulan yang lalu, mayoritas dari mereka tidak punya dasar latihan militer, tidak pernah menggunakan senjata api, dan banyak yang tidak pernah meninggalkan negara asal mereka.
"Ini sama sekali berbeda dari tugas dan tanggung jawab saya di tempat kerja," kata Elham Aloraini yang sebelum mengikuti pelatihan militer sehari-harinya bekerja sebagai koordinator sumber daya manusia di Arab Saudi.
"Awalnya, saya khawatir bahwa saya tidak akan dapat mentolerir latihan di padang pasir, tetapi berkat dukungan dari para wanita di tim saya, saya melakukannya dengan antusias," kata Aloraini yang berusia 26 tahun itu.
Aloraini termasuk salah satu wanita dari Arab Saudi yang terpilih untuk mengikuti pelatihan militer. Sebelumnya pihak pemerintah UEA meminta secara resmi pada enam negara Arab untuk mengajak para wanita baik dengan pengalaman militer ataupun tidak ikut ambil bagian dalam program pelatihan militer dan penjaga perdamaian yang mereka adakan.
"Pengalaman dengan senjata, termasuk membongkar, memasang, dan menembak, adalah salah satu hal yang sulit, tapi saya menyukainya. Mengenakan seragam militer juga merupakan pengalaman baru bagi saya. Saya merasa bangga, rasa memiliki, dan kuat," kata Aloraini.
Aloraini adalah salah satu dari 134 wanita dari UEA, Bahrain, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, yang menyelesaikan program yang diselenggarakan oleh PBB, Departemen Pertahanan UEA dan Perserikatan wanita umum, General Women's Union, organisasi wanita yang berada di bawah naungan yang mulia Sheikha Fatima binti Mubarak, dan banyak lagi organisasi lainnya.
Pelatihan ini memakan waktu sekitar tiga bulan dua minggu. Selama tiga bulan itu, para wanita menghabiskan waktu mereka untuk mengikuti pelatihan militer dasar. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan menjaga perdamaian selama dua minggu, yang merupakan bagian dari upaya PBB untuk melaksanakan agenda perdamaian dan keamanan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah wanita dalam operasi menjaga perdamaian PBB. Saat ini dari keseluruhan jumlah tentara penjaga perdamaian PBB, hanya 6% yang berjenis kelamin wanita.
"Dengan melatih para wanita ini untuk melayani di kedua sektor keamanan nasional dan dalam operasi menjaga perdamaian, kami secara langsung berkontribusi pada upaya global untuk menjamin pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional," ujar Dr Mouza Al Shehhi, Direktur kantor penghubung PBB wanita UEA untuk Gulf Cooperation Council (GCC), aliansi politik dan ekonomi enam negara di Jazirah Arab yang beranggotakan : Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Pelatihan militer yang diadakan UEA ini menjadi yang pertama dari yang pernah ada. Bahkan UEA menjadi negara pertama yang mengizinkan Departemen Pertahanannya untuk melatih warga negara asing, serta memberikan biaya transportasi, konsumsi hingga biaya jalan-jalan di akhir pekan untuk semua tentara wanita yang mengikuti pelatihan.
Bagi UEA, wanita memiliki peranan penting baik itu dalam militer ataupun pemerintahan. "Kami memiliki sembilan Menteri Kabinet wanita di pemerintahan saat ini dan wanita menduduki 66% dari tenaga kerja pemerintah," jelas HE Noura Al Suwaidi, Direktur Serikat wanita.
Inisiatif yang diadakan UEA ini dianggap ini telah sukses, meskipun awalnya ada keraguan dari para kadet. "Pada awalnya, saya melihat beberapa keraguan dari beberapa wanita untuk berinteraksi dengan wanita dari negara lain," kenang Dr Mouza. "Tapi dalam beberapa minggu, mereka menunjukkan kedewasaan," tambahnya.
Hal serupa juga diungkapkan Aloraini, salah satu tentara yang mengikuti pelatihan ini. "Saya merasa canggung di awal karena kami berbeda dalam hal karakter dan budaya, tetapi kemudian saya menyukainya dan saya masih berbicara kepada beberapa taruna setiap hari," katanya.
Tentara wanita lainnya Saeeda Thani Khamiss Aldoseri, dari Bahrain juga mengungkapkan hal sama. ,"Para wanita dari negara lain menyambut kami dengan hangat. Itu agak aneh karena kita tidak mengenal satu sama lain. Kami seperti layaknya keluarga dengan anggota dari berbagai negara. Dengan pengalaman militer saya sebelumnya, tidaklah mudah bagi saya untuk berurusan dengan para wanita, tetapi saya berhasil memperoleh kepercayaan dan simpati mereka," ucap Saeeda.
Meskipun pelatihan ini hasil akhirnya bukan menjadikan para wanita itu sebagai tentara sesungguhnya atau benar-benar menjadi bagian dalam operasi menjaga perdamaian, banyak yang menunjukkan ketertarikan untuk mengikutinya. Pihak UEA pun berharap ke depannya bisa memberikan kesempatan pada lebih banyak wanita untuk edisi kedua pelatihan yang akan berlangsung pada Januari 2020. Nantinya pelatihan militer ini juga akan terbuka untuk pelamar dari Afrika dan Asia.
Pelatihan milter ini dirasa sangat bermanfaat oleh mereka yang sudah merasakannya. "Pengalaman ini telah mengubah saya sepenuhnya dan perspektif saya tentang apa yang ingin saya lakukan. Itu membangun rasa percaya diri saya. Saya menyadari bahwa saya seorang wanita yang kuat. Keluarga saya bangga dan membuktikan kepada mereka bahwa saya telah berkembang," kata Aloraini.
(gaf/eny)
Latihan tempur yang diadakan khusus untuk wanita ini dilakukan begitu cermat. Seperti dikutip Vogue Arabia, ketika melihat hasilnya, bagaimana para wanita itu beraksi saat menjadi tentara, sulit untuk dipercaya bahwa beberapa bulan yang lalu, mayoritas dari mereka tidak punya dasar latihan militer, tidak pernah menggunakan senjata api, dan banyak yang tidak pernah meninggalkan negara asal mereka.
"Ini sama sekali berbeda dari tugas dan tanggung jawab saya di tempat kerja," kata Elham Aloraini yang sebelum mengikuti pelatihan militer sehari-harinya bekerja sebagai koordinator sumber daya manusia di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Dok. Vogue Arabia/Ali Sharaf, Sarah Nasser & Abdullah Al Musharraf |
Aloraini termasuk salah satu wanita dari Arab Saudi yang terpilih untuk mengikuti pelatihan militer. Sebelumnya pihak pemerintah UEA meminta secara resmi pada enam negara Arab untuk mengajak para wanita baik dengan pengalaman militer ataupun tidak ikut ambil bagian dalam program pelatihan militer dan penjaga perdamaian yang mereka adakan.
"Pengalaman dengan senjata, termasuk membongkar, memasang, dan menembak, adalah salah satu hal yang sulit, tapi saya menyukainya. Mengenakan seragam militer juga merupakan pengalaman baru bagi saya. Saya merasa bangga, rasa memiliki, dan kuat," kata Aloraini.
Aloraini adalah salah satu dari 134 wanita dari UEA, Bahrain, Mesir, Yordania, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, yang menyelesaikan program yang diselenggarakan oleh PBB, Departemen Pertahanan UEA dan Perserikatan wanita umum, General Women's Union, organisasi wanita yang berada di bawah naungan yang mulia Sheikha Fatima binti Mubarak, dan banyak lagi organisasi lainnya.
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham |
Pelatihan ini memakan waktu sekitar tiga bulan dua minggu. Selama tiga bulan itu, para wanita menghabiskan waktu mereka untuk mengikuti pelatihan militer dasar. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan menjaga perdamaian selama dua minggu, yang merupakan bagian dari upaya PBB untuk melaksanakan agenda perdamaian dan keamanan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah wanita dalam operasi menjaga perdamaian PBB. Saat ini dari keseluruhan jumlah tentara penjaga perdamaian PBB, hanya 6% yang berjenis kelamin wanita.
"Dengan melatih para wanita ini untuk melayani di kedua sektor keamanan nasional dan dalam operasi menjaga perdamaian, kami secara langsung berkontribusi pada upaya global untuk menjamin pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional," ujar Dr Mouza Al Shehhi, Direktur kantor penghubung PBB wanita UEA untuk Gulf Cooperation Council (GCC), aliansi politik dan ekonomi enam negara di Jazirah Arab yang beranggotakan : Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Pelatihan militer yang diadakan UEA ini menjadi yang pertama dari yang pernah ada. Bahkan UEA menjadi negara pertama yang mengizinkan Departemen Pertahanannya untuk melatih warga negara asing, serta memberikan biaya transportasi, konsumsi hingga biaya jalan-jalan di akhir pekan untuk semua tentara wanita yang mengikuti pelatihan.
Bagi UEA, wanita memiliki peranan penting baik itu dalam militer ataupun pemerintahan. "Kami memiliki sembilan Menteri Kabinet wanita di pemerintahan saat ini dan wanita menduduki 66% dari tenaga kerja pemerintah," jelas HE Noura Al Suwaidi, Direktur Serikat wanita.
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham |
Inisiatif yang diadakan UEA ini dianggap ini telah sukses, meskipun awalnya ada keraguan dari para kadet. "Pada awalnya, saya melihat beberapa keraguan dari beberapa wanita untuk berinteraksi dengan wanita dari negara lain," kenang Dr Mouza. "Tapi dalam beberapa minggu, mereka menunjukkan kedewasaan," tambahnya.
Hal serupa juga diungkapkan Aloraini, salah satu tentara yang mengikuti pelatihan ini. "Saya merasa canggung di awal karena kami berbeda dalam hal karakter dan budaya, tetapi kemudian saya menyukainya dan saya masih berbicara kepada beberapa taruna setiap hari," katanya.
Tentara wanita lainnya Saeeda Thani Khamiss Aldoseri, dari Bahrain juga mengungkapkan hal sama. ,"Para wanita dari negara lain menyambut kami dengan hangat. Itu agak aneh karena kita tidak mengenal satu sama lain. Kami seperti layaknya keluarga dengan anggota dari berbagai negara. Dengan pengalaman militer saya sebelumnya, tidaklah mudah bagi saya untuk berurusan dengan para wanita, tetapi saya berhasil memperoleh kepercayaan dan simpati mereka," ucap Saeeda.
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham |
Meskipun pelatihan ini hasil akhirnya bukan menjadikan para wanita itu sebagai tentara sesungguhnya atau benar-benar menjadi bagian dalam operasi menjaga perdamaian, banyak yang menunjukkan ketertarikan untuk mengikutinya. Pihak UEA pun berharap ke depannya bisa memberikan kesempatan pada lebih banyak wanita untuk edisi kedua pelatihan yang akan berlangsung pada Januari 2020. Nantinya pelatihan militer ini juga akan terbuka untuk pelamar dari Afrika dan Asia.
Pelatihan milter ini dirasa sangat bermanfaat oleh mereka yang sudah merasakannya. "Pengalaman ini telah mengubah saya sepenuhnya dan perspektif saya tentang apa yang ingin saya lakukan. Itu membangun rasa percaya diri saya. Saya menyadari bahwa saya seorang wanita yang kuat. Keluarga saya bangga dan membuktikan kepada mereka bahwa saya telah berkembang," kata Aloraini.
Home & Living
SANKEN HWN-K13: Dispenser Portable Ringan, Higienis & Hemat Listrik!
Health & Beauty
Auto Cantik! Styling Rambut Jadi Cepat & Mudah dengan NVMEE Taurus Hair Styler 2.0
Health & Beauty
Wajib Dicoba! 3 Body Lotion Wangi & Melembabkan Yang Bikin Mood Naik dan Kulit Makin Glowing
Health & Beauty
Yuk Kenalan Sama Blackmores Ultimate Radiance Skin, Suplemen Kulit dari Dalam Untuk Wajah Glowing dan Awet Muda!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Locapop: Bazar Outfit Gen Z di AEON Mall Tanjung Barat, Diskon Sampai 70%
50 Kata-kata Islami Menyentuh Hati tentang Kehidupan, Bikin Semangat Lagi
Curhat Zaskia Mecca Datangi Korban Banjir Aceh, Hati Tak Karuan, Dada Sesak
Ria Miranda Kolaborasi dengan Shop at Velvet Rilis Koleksi Modest Wear
100 Brand Modest Lokal Akan Hadir di Muslimah Creative Day 2025
Most Popular
1
Terbongkar! Modus Pegawai Pakai Foto Wajah Padahal Bolos Kerja
2
Gaya Atlet Indonesia di SEA Games 2025, Pakai Jersey Karya Didit Hediprasetyo
3
Ramalan Zodiak 11 Desember: Cancer Jangan Malas, Virgo Banyak Pikiran
4
Potret Influencer China yang Diblokir Pemerintah karena Gaya Hidup Hedon
5
Miss Universe 2025 Fatima Bosch Mendadak Walk Out Lagi, Ini Penyebabnya
MOST COMMENTED












































Foto: Dok. Vogue Arabia/Ali Sharaf, Sarah Nasser & Abdullah Al Musharraf
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham
Foto: Dok. Twitter Elham OR @or_elham