Strategi Dian Pelangi Hadapi Brand Fashion Dunia yang Mulai Jual Hijab
Silmia Putri - wolipop
Kamis, 15 Mar 2018 19:01 WIB
Jakarta
-
Tahun 2018 diawali dengan perhelatan ajang fesyen besar di dunia, seperti Milan Fashion Week, New York Fashion Week, hingga Paris Fashion Week. Di antara pertunjukan akbar tersebut, ada satu poin yang jadi perhatian besar.
Merek fesyen ternama seperti Gucci, Lanvin, Max Mara, hingga Marc Jacobs menampilkan model dengan busana tertutup lengkap dengan hijabnya. Hal ini seakan membisikkan fakta bahwa fesyen hijab telah diterima secara global.
Secara umum, ini merupakan prestasi bagi umat muslim. Satu dekade lalu, wanita berhijab bisa terlihat seperti alien di perhelatan fashion week. Ia tampak beda, tampak aneh. Namun sekarang, jangankan menjadi tamu, wanita berhijab bisa ikut melenggang di panggung tersebut sebagai model.
Di luar perasaan syukur tersebut, ada sisi kelam bagi industri fashion muslim di Indonesia. Bagaimanapun, industri hijab ini bukan tentang penutup kepala semata tapi juga ada pesan dakwah. Indonesia tentu tak mau 'ditikung' dalam perniagaan ini. Apalagi sudah ada tekad bahwa Indonesia ingin menjadi kiblat fashion hijab dunia.
Merespons fakta tersebut, Dian Pelangi berbagi strategi untuk menghadapi persaingan yang mulai ketat. Melawan brand besar selevel Gucci dan Dior tentu tak mudah, tapi Dian dengan yakin menyebutkan tiga strateginya.
"Pertama, sustainability. Indonesia sudah mulai membangun industri fesyen hijab sejak tahun 1980-an. Kita harus terus konsisten serta berinovasi menghasilkan karya terbaik," ungkap Dian Pelangi kepada Wolipop pada media gathering Wardah hari Kamis (15/03/2018).
"Kedua, community. Kita punya komunitas hijab yang besar. Kita harus selalu merangkul para muslimah," terangnya.
Baginya, Indonesia sebagai negara yang memiliki warga muslim terbanyak memiliki modal yang kuat. Sebuah produk yang dihasilkan berdasarkan pengalaman pribadi tentu akan lebih baik hasilnya. Hijab yang dibuat oleh wanita berhijab, akan beda sensasinya dengan hijab yang dibuat oleh orang yang tidak berhijab.
"Terakhir, yaitu kolaborasi. Maju sendiri akan sulit, akan lebih mudah jika bersama-sama. We are stronger when we are together," papar Dian Pelangi.
Pelaku fesyen tentu tak bisa berdiri sendiri. Perlu kolaborasi dengan pihak lain, mulai dari media hingga pemerintah. Jika semua memiliki tekad yang sama, meraih tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen hijab dunia, tak mustahil bisa terlaksana. (sil/sil)
Merek fesyen ternama seperti Gucci, Lanvin, Max Mara, hingga Marc Jacobs menampilkan model dengan busana tertutup lengkap dengan hijabnya. Hal ini seakan membisikkan fakta bahwa fesyen hijab telah diterima secara global.
Foto: REUTERS/Tony Gentile |
Secara umum, ini merupakan prestasi bagi umat muslim. Satu dekade lalu, wanita berhijab bisa terlihat seperti alien di perhelatan fashion week. Ia tampak beda, tampak aneh. Namun sekarang, jangankan menjadi tamu, wanita berhijab bisa ikut melenggang di panggung tersebut sebagai model.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merespons fakta tersebut, Dian Pelangi berbagi strategi untuk menghadapi persaingan yang mulai ketat. Melawan brand besar selevel Gucci dan Dior tentu tak mudah, tapi Dian dengan yakin menyebutkan tiga strateginya.
Foto: Silmia Putri |
"Pertama, sustainability. Indonesia sudah mulai membangun industri fesyen hijab sejak tahun 1980-an. Kita harus terus konsisten serta berinovasi menghasilkan karya terbaik," ungkap Dian Pelangi kepada Wolipop pada media gathering Wardah hari Kamis (15/03/2018).
"Kedua, community. Kita punya komunitas hijab yang besar. Kita harus selalu merangkul para muslimah," terangnya.
Baginya, Indonesia sebagai negara yang memiliki warga muslim terbanyak memiliki modal yang kuat. Sebuah produk yang dihasilkan berdasarkan pengalaman pribadi tentu akan lebih baik hasilnya. Hijab yang dibuat oleh wanita berhijab, akan beda sensasinya dengan hijab yang dibuat oleh orang yang tidak berhijab.
"Terakhir, yaitu kolaborasi. Maju sendiri akan sulit, akan lebih mudah jika bersama-sama. We are stronger when we are together," papar Dian Pelangi.
Pelaku fesyen tentu tak bisa berdiri sendiri. Perlu kolaborasi dengan pihak lain, mulai dari media hingga pemerintah. Jika semua memiliki tekad yang sama, meraih tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen hijab dunia, tak mustahil bisa terlaksana. (sil/sil)
Elektronik & Gadget
Bikin Sejuk Dimanapun Kamu! Intip 3 Rekomendasi Kipas Mini Portable Di Bawah 200 Ribu
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
Vivo iQOO 15: Flagship Baru Super Kencang dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 & Layar 144Hz
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Ivan Gunawan Gelar Garis Poetih 2026, 12 Desainer Rilis Koleksi Lebaran
Modest Fashion & Art Trade Show, 9 Negara Satukan Estetika Modest di Turki
Jakarta Modest Summit 2025
Ini Rahasia Brand Modest Damakara & Khaanan Indonesia Tembus Eropa & Amerika
Desainer Vivi Zubedi Kirimkan 300 Busananya untuk Korban Bencana Sumatera
Jakarta Modest Summit 2025
Ini Rahasia di Balik Melonjaknya Penjualan Brand: Afiliator, Bukan Influencer
Most Popular
1
Potret Masniari Wolf, Ratu Gaya Punggung Indonesia Dapat Emas di SEA GAMES 2025
2
Ramalan Zodiak 18 Desember: Cancer Ada Kejutan, Leo Lebih Pengertian
3
Hearts2Hearts Umumkan Fan Meeting di Jakarta, Bertepatan Ultah Carmen!
4
Momen Langka! Gwyneth Paltrow Tampil Bersama Apple & Moses di Karpet Merah
5
Foto Kejutan Ultah ke-27 Natasha Wilona, Masih Pakai Piyama & Tanpa Makeup
MOST COMMENTED












































Foto: REUTERS/Tony Gentile
Foto: Silmia Putri