Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kisah Ranya, Hijabers yang Raih Gelar Guru Berbusana Terbaik di Sekolah AS

Arina Yulistara - wolipop
Kamis, 01 Sep 2016 17:36 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Haute Hijab
Jakarta - Masih ingat dengan Abrar Shahin yang menjadi populer setelah terpilih sebagai siswi berbusana terbaik di sekolah ketika ia lulus dari Clifton High School, Clifton, New Jersey, Amerika? Abrar menjadi sorotan karena ia berhijab tapi stylish. Kini tidak hanya Abrar, Ranya Samara yang merupakan seorang guru berhijab juga meraih gelar guru berbusana terbaik di sekolah.

Ya, Ranya merupakan salah satu guru Matematika di SMA yang selalu mengenakan jilbab setiap hari. Gaya hijabnya tidak monoton dan selalu tampak playful dengan menggunakan scarf bermotif. Penampilan Ranya yang atraktif membuat wanita berdarah Kuwait tersebut terpilih sebagai 'Best Dressed Teacher' di buku tahunan sekolah.

Ranya mengaku tak menyangka bisa terpilih sebagai guru berbusana terbaik. Ia hanya mengatakan hanya suka mengenakan busana yang nyaman ketika mengajar di sekolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku tak mengerti mengapa aku yang dipilih. Aku hanya suka memakai kemeja longgar dengan warna yang solid atau bermotif. Aku juga suka memakai kalung untuk menyempurnakan penampilan, hijab membuatku tampak berbeda dari lainnya," ujar Ranya seperti dilansir dari Haute Hijab.

Wanita yang berdomisili di kawasan North Carolina itu merupakan guru Matematika di Knightdale High School selama beberapa tahun dan sekarang menjadi guru di Panther Creek High School, Carolina, Amerika Serikat.

Ranya juga bercerita bahwa dirinya sudah memutuskan berjilbab sejak berusia 11 tahun. Sejak saat itu menurutnya hijab memberikan pengaruh yang positif terhadap hidupnya seperti sekarang bisa terpilih sebagai guru berbusana terbaik. Wanita yang menyelesaikan pendidikan Matematika di NC State University itu juga menuturkan kalau jilbab selalu melindunginya dalam berbagai kondisi.

Ranya pun membahas soal Islamophobia yang berada di sekitarnya. Meski belum punya pengalaman yang mendalam dengan para Islamophobia, ia mengatakan tidak takut mengalami serangan Islamophobia. Selama tidak salah ia tak takut untuk tetap berhijab di sekolah.

Ranya kemudian berpesan kepada para hijabers di luar sana bahwa hijab adalah identitas sebagai muslimah. Tidak ada hubungannya hijab dengan teroris. Justru menggunakan jilbab merupakan salah satu bentuk pengabdian Anda kepada Allah.

"Jika seseorang di luar sana sedang berjuang dengan jilbabnya, aku ingin memberitahu mereka bahwa berjuang untuk jilbab Anda benar-benar normal terutama tinggal di lingkungan masyarakat seperti ini tidak selalu mudah. Perlu diingat jilbab kita pakai demi Allah bukan orang lain. Allah selalu ada dan memberkati kita semua," sarannya.


(ays/ays)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads