Perbedaan Genderless Vs Androgynous Fashion Buat Kamu yang Percaya Diri

Istilah genderless fashion atau androgynous (androgini) fashion mungkin sudah tak asing lagi di telinga. Apalagi dengan hadirnya ikon dunia masa kini, seperti Harry Styles yang terkenal kerap mengekspresikan gaya fashionnya yang unik ini dengan percaya diri.

Terkadang ekspresi busana yang satu ini kerap menjadi kontroversi tersendiri karena tampak janggal di bagi Masyarakat umum. Namun, tak sedikit pula yang berani mengekspresikan genderless fashion ataupun androgynous fashion dengan percaya diri.

Meski mirip, sebenarnya genderless fashion dan androgynous fashion memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Yuk kenali perbedaannya berikut ini:

- Genderless Fashion

Istilah yang satu ini menggambarkan ekspresi atau cara berpakaian seseorang yang tidak dibatasi gender tertentu. Artinya, kamu bebas berekspresi maupun memilih gaya fashion tanpa dibatasi aturan gender tertentu. Misalnya, laki-laki dapat dengan percaya diri menggunakan item busana yang biasanya digunakan wanita seperti rok, gaun, juga heels. Begitu pun sebaliknya.

Gaya berpakaian yang satu ini ternyata sudah ada sejak periode sebelum Masehi lho! Baik di masa Mesir, Yunani, maupun Romawi Kuno, pakaian dikenal tidak mengenal gender. Lukisan Mesir Kuno menunjukkan, laki-laki kala itu menggunakan kain persegi panjang yang biasa disebut schenti, lalu diikatkan ke pinggang layaknya wrap skirt.

Sementara itu, kalangan elit Yunani di abad ke-5 sebelum masehi juga dikenal kerap menggunakan Chiton, sejenis tunik dari satu atau dua kain yang dililitkan ke tubuh. Laki-laki Romawi Kuno pun pada zaman dulu menggunakan gaun dari kain 3-6 mete yang dililit membentuk drape.

Vogue

- Androgynous Fashion

Berbeda dari genderless fashion, androgynous fashion merupakan gaya berpakaian yang menggabungkan karakter maskulin dan feminin sekaligus. Gaya busana ini disebut mengarah pada inklusivitas gender, sebab tidak mengkotak-kotakan gender tertentu tapi justru menggabungkannya dalam satu look.

Kamu bisa menekankan sisi maskulin pada top outfit dengan menggunakan kemeja pria yang dipadukan dengan bawahan mini skirt untuk menekankan sisi feminin dalam satu waktu, atau lebih sederhana lagi dengan memadankan atasan yang sesuai dengan boyfriend jeans. Selain itu, gaya fashion ini juga bisa diwujudkan dengan memilih warna netral yang khas dari tampilan androgini klasik, seperti hitam, putih, dan nuansa abu-abu.

Dengan mengenali kedua perbedaan dari genderless fashion dan androgynous fashion di atas, kamu bisa lebih percaya diri mengekspresikan gaya busanamu ke depannya. Baru-baru ini, ekspresi dari androgynous fashion juga ditampilkan dalam Yamaha Fashion on The Edge Pop Up Runway persembahan Yamaha yang bekerja sama dengan detikcom.

Didukung pakaian-pakaian dari Catha Official, Mader Official, dan juga Rideinc serta model dari Kimmy Jayanti School, Pop Up Runway ini menunjukkan style fashion bertema edgy, sexy, dan androgyny neutral.

Classy Street Fashion Foto: detikcom

Tampilan edgy ini pun dipercantik dengan sentuhan make up futuristik bernuansa gold dan silver. Adapun beberapa look yang ditampilkan para model bisa menjadi inspirasi tampil stylish saat berkendara, termasuk saat mengendarai motor Yamaha.

Meski keseruan Pop Up Runway sudah berakhir, kamu tetap bisa ikut memeriahkan rangkaian acara Yamaha Fashion on The Edge melalui hadirnya D'Illustration Competition. Kompetisi ini menantang kamu untuk mengekspresikan gaya busana para model Pop Up Runway ke dalam ilustrasi. Nantinya, ada hadiah bernilai jutaan rupiah untuk 3 orang pemenang serta hadiah untuk juara favorit. Jangan lewatkan kesempatan menarik ini ya!