Kaleidoskop 2019
9 Brand Fashion yang Bangkrut Sepanjang 2019
Selasa, 31 Des 2019 17:32 WIB
Jakarta - Bisnis fashion retail menghadapi tantangan berat dalam beberapa tahun terakhir ini, termasuk di 2019. Sepanjang tahun ini banyak brand fashion, retailer maupun department store yang terpaksa mengajukan bangkrut hingga benar-benar tutup.
Persaingan bisnis dan pergeseran gaya hidup disinyalir menjadi beberapa penyebab terjadinya senjakala retail fashion. Ini 9 brand dan bisnis fashion yang mengalami kebangkrutan sepanjang 2019.
1. Roberto Cavalli
Pada April 2019, Roberto Cavalli mengajukan kebangkrutan Chapter 7, sebagai usahanya melindungi bisnis dari lebih dari 200 kreditor, seperti dilaporkan Fashion Law. Brand asal Italia ini juga menutup semua toko yang berbasis di Amerika Serikat.
Label Roberto Cavalli akhirnya dibeli oleh Damac, pengembang real estate pada Juli 2019. Perusahaan berbasis di Dubai itu membeli 100 persen saham Roberto Cavalli.
2. Barneys New York
Barneys New York mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Agustus 2019. Seperti dikutip dari CNBC, department store yang berdiri pada 1923 ini menjual bisnisnya untuk pembiayaan kembali di tengah tingginya harga sewa dan penurunan penjualan.
Barneys New York juga akan menutup 15 tokonya yang tersebar di Chicago, Las Vegas dan Seattle pada 2020. Ini merupakan kali kedua Barneys New York mengajukan kebangkrutan, yang pertama pada 1996.
3. Sonia Rykiel
Pada Juli 2019, brand high end asal Prancis, Sonia Rykiel, mengajukan kebangkrutan setelah mengalami berbagai kendala untuk mendapatkan pembeli. Namun Jumat (20/12/2019) lalu, toko fashion online Showroomprive mengumumkan bahwa Ronia Rykiel akan kembali ke industri fashion pada 2020.
Aset Sonia Rykiel dijual kepada Eric dan Michael Dayan, dua kakak-beradik pendiri Showroomprive. Showroomprive sendiri merupakan perusahaan e-commerce asal Prancis yang berdiri sejak 2006.
4. Forever 21
Pada September 2019, Forever 21 mengumumkan kebangkrutan setelah berdiri selama 35 tahun dan akan menutup 178 dari 800 toko yang tersebar di berbagai wilayah Amerika Serikat. Forever 21 merupakan perusahaan ritel yang bermarkas di Los Angeles dan didirikan sejak 1984.
Pernah merajai pasar fast fashion dunia, Forever 21 sempat memiliki 800 toko di 57 negara. Namun saat ini, per 2019 - 2020, toko offline-nya tinggal 623 yang tersebar di 40 negara.
5. Payless
Pada Februari 2019, Payless menutup semua gerainya di Amerika Serikat dan Puerto Rico. Sebanyak 2.100 toko berhenti beroperasi mulai Maret 2019. Dilansir CNBC, kebangkrutan terjadi karena Payless memiliki utang sekitar USD 470 juta (Rp 6,6 triliun).
Payless pertama kali juga pernah mengajukan pailit pada April 2017, dan menutup hampir 700 toko. Kebangkrutan tersebut membuat 16 ribu pegawai dari ritel sepatu yang telah berbisnis selama 63 tahun itu kehilangan pekerjaan.
6. Diesel
Brand fashion Diesel yang terkenal dengan produk denim dan jeans menyatakan kebangkrutan Chapter 11 pada Maret 2019. Perwakilan Diesel Mark Samson mengatakan bahwa brand asal Amerika Serikat itu tidak akan tutup, namun mengurangi sejumlah tokonya.
"Diesel USA tidak ada rencana untuk tutup, tapi berencana menutup 28 tokonya," katanya seperti dikutip dari Reuters.
Diesel mengajukan kebangkrutan karena mengalami kerugian yang besar. Akibat dari penurunan penjualan, sewa yang mahal dan penipuan cyber.
7. Charlotte Russe
Retailer fashion asal Amerika Serikat yang berdiri sejak 1975 ini menyatakan bangkrut pada Februari 2019. Charlotte Russe pun menutup semua toko satu bulan setelahnya dan memecat semua karyawan.
Charlotte Russo merupakan retailer yang menjual pakaian, sepatu dan aksesori. Brand ini menargetkan wanita usia 20-an dan remaja wanita sebagai konsumennya.
8. Pretty Green
Retailer fashion Pretty Green mengajukan kebangkrutan pada Maret 2019. Berdasarkan laporan Guardian, perwakilan Pretty Green menyatakan mereka berharap bisa mendapatkan buyer dan investor agar bisnisnya masih bisa diselamatkan. Saat ini Pretty Green memiliki 12 gerai.
Pretty Green adalah retailer fashion yang didirikan mantan vokali band Oasis, Liam Gallagher. Brand ini berdiri pada 2009.
9. Zac Posen
Desainer langganan selebriti Zac Posen harus menutup bisnis yang telah dijalankannya selama hampir 20 tahun. Pihak Zac Posen menyatakan bahwa menghentikan bisnis fashion ini merupakan keputusan yang sangat berat bagi para direktur dan pemegang saham.
Berdasarkan tinjauan keuangan, perusahaan tidak juga mendapatkan profit yang memuaskan. Bahkan setelah dilakukan berbagai strategi pemasaran komprehensif.
"Dewan Komisaris kecewa dengan hasilnya namun tidak bisa lagi melanjutkan operasional dan percaya bahwa disposisi adalah hal terbaik yang bisa dilakukan, dalam kondisi saat ini," kata perwakilan Zac Posen dalam pernyataan tertulis, seperti dilansir WWD.
Simak Video "Tren Busana Muslim ala Timur Tengah di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(hst/hst)
Persaingan bisnis dan pergeseran gaya hidup disinyalir menjadi beberapa penyebab terjadinya senjakala retail fashion. Ini 9 brand dan bisnis fashion yang mengalami kebangkrutan sepanjang 2019.
1. Roberto Cavalli
![]() |
Pada April 2019, Roberto Cavalli mengajukan kebangkrutan Chapter 7, sebagai usahanya melindungi bisnis dari lebih dari 200 kreditor, seperti dilaporkan Fashion Law. Brand asal Italia ini juga menutup semua toko yang berbasis di Amerika Serikat.
Label Roberto Cavalli akhirnya dibeli oleh Damac, pengembang real estate pada Juli 2019. Perusahaan berbasis di Dubai itu membeli 100 persen saham Roberto Cavalli.
2. Barneys New York
![]() |
Barneys New York mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Agustus 2019. Seperti dikutip dari CNBC, department store yang berdiri pada 1923 ini menjual bisnisnya untuk pembiayaan kembali di tengah tingginya harga sewa dan penurunan penjualan.
Barneys New York juga akan menutup 15 tokonya yang tersebar di Chicago, Las Vegas dan Seattle pada 2020. Ini merupakan kali kedua Barneys New York mengajukan kebangkrutan, yang pertama pada 1996.
3. Sonia Rykiel
![]() |
Pada Juli 2019, brand high end asal Prancis, Sonia Rykiel, mengajukan kebangkrutan setelah mengalami berbagai kendala untuk mendapatkan pembeli. Namun Jumat (20/12/2019) lalu, toko fashion online Showroomprive mengumumkan bahwa Ronia Rykiel akan kembali ke industri fashion pada 2020.
Aset Sonia Rykiel dijual kepada Eric dan Michael Dayan, dua kakak-beradik pendiri Showroomprive. Showroomprive sendiri merupakan perusahaan e-commerce asal Prancis yang berdiri sejak 2006.
4. Forever 21
![]() |
Pada September 2019, Forever 21 mengumumkan kebangkrutan setelah berdiri selama 35 tahun dan akan menutup 178 dari 800 toko yang tersebar di berbagai wilayah Amerika Serikat. Forever 21 merupakan perusahaan ritel yang bermarkas di Los Angeles dan didirikan sejak 1984.
Pernah merajai pasar fast fashion dunia, Forever 21 sempat memiliki 800 toko di 57 negara. Namun saat ini, per 2019 - 2020, toko offline-nya tinggal 623 yang tersebar di 40 negara.
5. Payless
![]() |
Pada Februari 2019, Payless menutup semua gerainya di Amerika Serikat dan Puerto Rico. Sebanyak 2.100 toko berhenti beroperasi mulai Maret 2019. Dilansir CNBC, kebangkrutan terjadi karena Payless memiliki utang sekitar USD 470 juta (Rp 6,6 triliun).
Payless pertama kali juga pernah mengajukan pailit pada April 2017, dan menutup hampir 700 toko. Kebangkrutan tersebut membuat 16 ribu pegawai dari ritel sepatu yang telah berbisnis selama 63 tahun itu kehilangan pekerjaan.
6. Diesel
![]() |
Brand fashion Diesel yang terkenal dengan produk denim dan jeans menyatakan kebangkrutan Chapter 11 pada Maret 2019. Perwakilan Diesel Mark Samson mengatakan bahwa brand asal Amerika Serikat itu tidak akan tutup, namun mengurangi sejumlah tokonya.
"Diesel USA tidak ada rencana untuk tutup, tapi berencana menutup 28 tokonya," katanya seperti dikutip dari Reuters.
Diesel mengajukan kebangkrutan karena mengalami kerugian yang besar. Akibat dari penurunan penjualan, sewa yang mahal dan penipuan cyber.
7. Charlotte Russe
![]() |
Retailer fashion asal Amerika Serikat yang berdiri sejak 1975 ini menyatakan bangkrut pada Februari 2019. Charlotte Russe pun menutup semua toko satu bulan setelahnya dan memecat semua karyawan.
Charlotte Russo merupakan retailer yang menjual pakaian, sepatu dan aksesori. Brand ini menargetkan wanita usia 20-an dan remaja wanita sebagai konsumennya.
8. Pretty Green
![]() |
Retailer fashion Pretty Green mengajukan kebangkrutan pada Maret 2019. Berdasarkan laporan Guardian, perwakilan Pretty Green menyatakan mereka berharap bisa mendapatkan buyer dan investor agar bisnisnya masih bisa diselamatkan. Saat ini Pretty Green memiliki 12 gerai.
Pretty Green adalah retailer fashion yang didirikan mantan vokali band Oasis, Liam Gallagher. Brand ini berdiri pada 2009.
9. Zac Posen
![]() |
Desainer langganan selebriti Zac Posen harus menutup bisnis yang telah dijalankannya selama hampir 20 tahun. Pihak Zac Posen menyatakan bahwa menghentikan bisnis fashion ini merupakan keputusan yang sangat berat bagi para direktur dan pemegang saham.
Berdasarkan tinjauan keuangan, perusahaan tidak juga mendapatkan profit yang memuaskan. Bahkan setelah dilakukan berbagai strategi pemasaran komprehensif.
"Dewan Komisaris kecewa dengan hasilnya namun tidak bisa lagi melanjutkan operasional dan percaya bahwa disposisi adalah hal terbaik yang bisa dilakukan, dalam kondisi saat ini," kata perwakilan Zac Posen dalam pernyataan tertulis, seperti dilansir WWD.
Simak Video "Tren Busana Muslim ala Timur Tengah di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(hst/hst)