Dianggap Terlalu Bagus, Tas Buatan Semarang Ini Ditahan Petugas Bandara Rusia
Marlinda Oktavia Erwanti - wolipop
Jumat, 09 Agu 2019 07:02 WIB
Jakarta
-
Kisah menarik datang dari seorang desainer tas lokal asal Semarang, Jawa Tengah. Tas buatannya yang akan dipamerkan ditahan petugas bandara Rusia karena dianggap setara dengan merek branded.
Tas yang menjadi polemik itu merupakan karya dari desainer lokal Syanaz Nadya Winanto Putri. Syanaz memproduksi tas hand made melalui label Roro Kenes.
Syanaz pun terbang ke Moskow untuk mengikuti pameran karya seniman Indonesia dalam acara Festival Indonesia Moskow. Polemik pada tas karyanya terjadi ketika dia tiba di Bandara Demodova, Rabu (1/8/2019).
"Saya ditahan. Saya dimasukkan di dalam ruangan tanpa ada yang boleh menemani. Saya overheard mereka beberapa kali bilang these are good stuff," ujarnya saat ditemui Detikcom di Moskow.
Saat tiba di bandara Rusia, Syanaz membawa 10 sample tas kulit untuk dipamerkan. Dia juga membawa 50 tas goni yang akan digunakan untuk tas souvenir atau goodie bag dari provinsi Jawa Tengah. Tas-tas tersebut dibawanya bersama dengannya tidak duluan bersama kargo peserta pameran Festival Indonesia Moskow lainnya karena pembuatannya yang hand made membutuhkan proses.
"Yang saya bawa adalah barang-barang baru, dengan harga kurang dari US$ 1.000, bahkan ada yang US$ 30," ucapnya seraya menambahkan bahwa tas buatannya terbuat dari kulit sapi dan kambing.
Selama berada diperiksa tanpa pendampingan dari siapapun, Syanaz melihat petugas bandara Rusia keluar masuk ruangan untuk memeriksa tas-tas yang dibawanya itu. "Ada 15 orang yang keluar masuk untuk mencek barang saya, motret, bertanya produk saya, sampai jahitan dan isi dalam tas diperiksa," tuturnya.
Syanaz mengaku heran kenapa tas-tas karyanya diperiksa begitu detail. Sementara ada peserta pameran lain dari Indonesia yang juga membawa produk tas lolos dari pemeriksaan. Bahkan pihak KBRI yang datang untuk membantunya pun tak bisa menolong dan diminta untuk keluar ruangan.
"Yang saya tangkap dari custom di sini adalah, mereka tidak percaya akan price list saya, di mana total harga tidak sampai US$ 1.200. Dan kemungkinan ini oleh mereka dimasukkan ke kategori premium products," kata Syanaz.
Selama diperiksa, Syanaz tentu ditanya berbagai hal. Salah satunya mengenai merek dari tasnya yaitu Roro Kenes. "Saya bilang saya yang membuat tas-tas itu, itu mereka juga setengah nggak percaya. Mereka tidak percaya saya yang membuat," imbuhnya.
Pada akhirnya Syanaz diizinkan keluar dari ruangan. Namun ada produknya yang ditahan. Petugas bandara Rusia mengaku membutuhkan waktu 24 hari untuk melakukan kurasi pada produk-produk karya Syanaz.
(eny/eny)
Tas yang menjadi polemik itu merupakan karya dari desainer lokal Syanaz Nadya Winanto Putri. Syanaz memproduksi tas hand made melalui label Roro Kenes.
Syanaz pun terbang ke Moskow untuk mengikuti pameran karya seniman Indonesia dalam acara Festival Indonesia Moskow. Polemik pada tas karyanya terjadi ketika dia tiba di Bandara Demodova, Rabu (1/8/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat tiba di bandara Rusia, Syanaz membawa 10 sample tas kulit untuk dipamerkan. Dia juga membawa 50 tas goni yang akan digunakan untuk tas souvenir atau goodie bag dari provinsi Jawa Tengah. Tas-tas tersebut dibawanya bersama dengannya tidak duluan bersama kargo peserta pameran Festival Indonesia Moskow lainnya karena pembuatannya yang hand made membutuhkan proses.
"Yang saya bawa adalah barang-barang baru, dengan harga kurang dari US$ 1.000, bahkan ada yang US$ 30," ucapnya seraya menambahkan bahwa tas buatannya terbuat dari kulit sapi dan kambing.
Foto: Dok. Roro Kenes |
Selama berada diperiksa tanpa pendampingan dari siapapun, Syanaz melihat petugas bandara Rusia keluar masuk ruangan untuk memeriksa tas-tas yang dibawanya itu. "Ada 15 orang yang keluar masuk untuk mencek barang saya, motret, bertanya produk saya, sampai jahitan dan isi dalam tas diperiksa," tuturnya.
Syanaz mengaku heran kenapa tas-tas karyanya diperiksa begitu detail. Sementara ada peserta pameran lain dari Indonesia yang juga membawa produk tas lolos dari pemeriksaan. Bahkan pihak KBRI yang datang untuk membantunya pun tak bisa menolong dan diminta untuk keluar ruangan.
"Yang saya tangkap dari custom di sini adalah, mereka tidak percaya akan price list saya, di mana total harga tidak sampai US$ 1.200. Dan kemungkinan ini oleh mereka dimasukkan ke kategori premium products," kata Syanaz.
Selama diperiksa, Syanaz tentu ditanya berbagai hal. Salah satunya mengenai merek dari tasnya yaitu Roro Kenes. "Saya bilang saya yang membuat tas-tas itu, itu mereka juga setengah nggak percaya. Mereka tidak percaya saya yang membuat," imbuhnya.
Pada akhirnya Syanaz diizinkan keluar dari ruangan. Namun ada produknya yang ditahan. Petugas bandara Rusia mengaku membutuhkan waktu 24 hari untuk melakukan kurasi pada produk-produk karya Syanaz.
(eny/eny)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Sentuhan Modern dan Mewah Grano Leather di Koleksi Musim Dingin Pedro
Kain Antik 100 Tahun Jadi Primadona di Koleksi 4 Dekade Adrian Gan Berkarya
Belum Setahun, Desainer Baru Versace Keluar Setelah Prada Resmi Akuisisi
Pantone Umumkan Tren Warna 2026: Cloud Dancer, Warna Putih Jernih
Prada Resmi Akuisisi Rivalnya, Versace, Senilai Rp22,2 Triliun
Most Popular
1
Potret Pasangan Ikonik Shah Rukh Khan & Kajol Resmikan Patung DLJJ di London
2
Heboh Rumor Pacaran Jungkook BTS dan Winter aespa, Ini Kata Agensinya
3
Penampilan Terbaru Dilraba Dilmurat Jadi Sorotan, Picu Rumor 'Kloning'
4
Potret Kimberly Ryder Perdana Tampil Bak Artis Dracin, Anggun Pakai Hanfu
5
Desainer Ungkap Sebab Pertengkaran Viral Jay-Z dan Adik Beyonce dalam Lift
MOST COMMENTED












































Foto: Dok. Roro Kenes