Jakarta - Peragaan busana di butik
Alleira Batik Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019) sore, berbeda dari biasanya. Bukan model profesional yang berlenggang, melainkan anak-anak dengan
Down Syndrome yang unjuk kebolehan.
Salah satunya Davina. Berbalut gaun pendek merah bercorak batik, bocah 13 tahun ini berjalan sembari diiringi tepuk tangan para tamu. Meski terlihat tersipu malu, Davina melangkah dengan pasti.
 Aksi Davina, anak dengan Down Syndrome, berjalan bak model di fashion show Alleira Batik. (Foto: Moh. Abduh/Wolipop) |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Davina semangat pas tahu dapat kesempatan untuk tampil. Latihannya cuma sekali tadi sebelum acara dimulai. Baru kali ini ia jadi model," ucap Berandini Herayanti, ibu dari Davina, saat ditemui usai acara.
Ketika ditanya perasaannya bisa tampil di acara tersebut, Davina terlihat malu untuk menjawab. Namun, ketika Berandini mengatakan putrinya senang, Davina lalu menganggukkan kepala seraya setuju.
Selain Davina, ada sembilan anak dengan Down Syndrome yang ikut memeragakan busana keluaran Alleira di acara bertajuk 'Valentine for Kids with Down Syndrome' itu. Mereka adalah anak-anak dari orangtua yang tergabung dalam Yayasan POTADS (Perkumpulan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome).
 Davina bersama ibunya, Berandini. (Foto: Daniel Ngantung/Wolipop) |
Selain fashion show, acara amal yang didukung oleh Rotary Club of Jakarta Menteng ini juga diisi dengan kegiatan melukis bersama dengan Kartika Affandi, putri dari maestro pelukis Affandi. Lukisan tersebut lalu akan dilelang dan keuntungannya didonasikan untuk POTADS.
CEO Alleira Lisa Mihardja mengungkapkan, ini bukan kali pertamanya Alleira mengadakan acara yang melibatkan penyandang Down Syndrome. Namun, kali ini terasa spesial, bukan hanya berbarengan dengan Valentine's Day atau Hari Kasih Sayang, tapi juga untuk menyambut Hari Down Syndrome Internasional yang jatuh 21 Maret mendatang.
"Di hari itu, kami akan menggelar acara lagi yang menghadirkan Madeline Stuart, model profesional pertama di dunia dengan Down Syndrome. Jadi acara kali ini semacam teaser-nya," kata Lisa.
 Foto: Moh. Abduh/Wolipop |
Harapannya, lanjut Lisa, acara seperti ini dapat membuka mata masyarakat bahwa Down Syndrome bukanlah penyakit menular ataupun aib keluarga. Meski berkebutuhan khusus, anak-anak yang mengalami kondisi ini juga bisa berprestasi seperti mereka yang 'normal'.
Ketua Umum POTADS Sri Handayani tak memungkiri bahwa stigma-stigma tersebut masih sering terdengar di era modern ini. Meski teknologi informasi semakin canggih, belum banyak masyarakat yang teredukasi dengan benar soal Down Syndrome. "Berbeda dari negara-negara maju seperti Belanda atau Singapura. Indonesia masih tertinggal, khususnya di daerah-daerah," kata Sri yang telah menjadi ketua POTADS sejak 2016.
Didirikan pada 2003, POTADS hadir karena masih sangat minimnya informasi tentang Down Syndrome kala itu. Saat ini, POTADS memiliki 2.000 anggota yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
 Kartika Affandi melukis bersama anak dengan Down Syndrome. (Foto: Daniel Ngantung/Wolipop) |
Sri menjelaskan, Down Syndrome terjadi karena adanya kelainan kromosom di tubuh. Normalnya, manusia memiliki 46 kromosom. Berbeda dari mereka yang mengalami Down Syndrome karena tubuhnya mengandung 47 kromosom.
"Bertepatan dengan Hari Valentine ini, kami ingin menyampaikan bahwa anak-anak Down Syndrome ini layak untuk disayangi dan berilah kesempatan karena mereka mampu berprestasi," kata ibu dari anak dengan Down Syndrome berusia 15 tahun yang sukses menjadi atlet renang.
(dtg/dtg)