Tantangan Desainer Naoki Takizawa Rancang Busana untuk Uniqlo: Tak Terikat Tren
Hestianingsih - wolipop
Rabu, 23 Nov 2016 13:06 WIB
Jakarta
-
Mencipta koleksi busana baru tanpa selalu terikat tren fashion menjadi tantangan tersendiri bagi Naoki Takizawa, design director Uniqlo CO., LTD. Bekerja dengan Issey Miyake selama lebih kurang 20 tahun, Takizawa terbiasa dengan rancangan yang mengutamakan estetika dan perputaran tren.
Hal berbeda ditemuinya ketika bergabung dengan Uniqlo, 2011 silam. Konsep LifeWear menjadi sesuatu yang baru, dan Takizawa mengaku perlu waktu lama untuk memahami tentang konsep LifeWear dari Tadashi Yanai, pendiri dan presiden Fast Retailing, yang menaungi Uniqlo.
"Pak Yanai menjelaskan bahwa Uniqlo bukanlah milik satu kategori busana. Tapi Uniqlo mengatur dan menciptakan kategori busana baru. Ketika saya menyebut kategori baru dalam sejarah fashion, bukanlah sesuatu yang orang lain akan terpikirkan akan membuatnya. Di dunia fashion ada yang namanya kategori sportswear, casualwear dan karya desainer. Tapi di Uniqlo, jika Anda tanya apakah kami brand casualwear, tidak juga karena kami punya lini sportswear. Kategori kami terbagi mulai dari busana olahraga hingga yang memiliki sentuhan seni," jelas Takizawa, saat temu media di Roppongi Office, Roppongi Hills, Shibuya, Tokyo, Jepang, belum lama ini.
Tak mengikuti tren fashion dunia, bukan berarti Uniqlo juga tidak sadar fashion. Produk yang dikembangkan Takizawa bersama tim desainernya juga memikirkan koleksi dari sisi fashionable. Itulah sebabnya retailer asal Jepang yang sudah berdiri sejak 67 tahun lalu ini juga berkolaborasi dengan sejumlah desainer dan ikon fashion. Sebut saja Ines De La Fressange, Carine Roitfeld dan Jil Sanders yang memiliki gaya khas masing-masing. Lagi, kolaborasi bukan untuk mengejar tren. Melainkan menciptakan sebuah kategori busana baru.
Baca Juga: Rilis Koleksi Spring/Summer 2017, Uniqlo Kembangkan Lini Denim dan Sportswear
"Fashion adalah informasi. Jadi kalau Anda memulai sesuatu hanya dari sebuah informasi maka Anda hanya akan menjadi pengikut fashion. Konsep LifeWear ini sangat mirip dengan iPhone. Kami meng-update apa yang sudah ada. Mungkin kalau pakai iPhone sebenarnya Anda tidak mau update (iOS) tapi Anda harus update, kalau tidak, Anda tidak bisa menggunakan fitur-fitur baru. Begitupun dengan konsep LifeWear," kata pria lulusan Kuwazawa Design School in Dress Design ini.
Menciptakan koleksi baru untuk dua musim tiap tahunnya, apa yang menjadi landasan Takizawa dan tim desainnya agar produk-produk baru yang diluncurkan tak membuat konsumen bosan? Selain tetap memerhatikan elemen fashion, hal terpenting yang jadi kunci dalam pengembangan koleksi adalah suara konsumen itu sendiri. Takizawa mengungkapkan bahwa ia selalu mengumpulkan masukan dan para konsumen Uniqlo. Apa yang mereka butuhkan, dan siluet busana seperti apa yang paling diinginkan saat itu.
"Kita ambil contoh celana chino yang bisa dipakai untuk segala kesempatan baik untuk acara casual maupun kerja. Lalu muncul siluet celana yang sedang trendi yaitu celana yang slim. Hanya karena celana slim fit sedang tren lalu kita buat chino menjadi slim, maka bukan lagi disebut chino. Jadi yang paling penting itu adalah suara konsumen," terang Takizawa.
Sementara untuk penentuan warna, tren warna tahun ini juga tetap diusung Uniqlo dalam koleksi terbarunya namun dalam porsi yang tidak terlalu besar. Takizawa mengatakan bahwa Uniqlo selalu menghadirkan warna-warna basic seperti hitam, putih, beige atau navy. Namun warna yang menjadi tren seperti bordeaux atau wine juga tak ketinggalan masuk dalam koleksinya.
Baca Juga: Demokrasi Busana, Cara Uniqlo Jual Baju Berkualitas dengan Harga Terjangkau
"Kami akan memasukkan warna-warna yang tren untuk tetap mengikuti era sekarang. Tapi apakah warna itu cocok diterapkan pada busana atasan dan bawahan? Karena kadang warna tertentu hanya cocok diaplikasikan pada atasan dan tidak akan sesuai ketika dipaksakan untuk bawahan. Artinya kita kami harus memilih warna untuk busana bawahan yang bisa dipadukan dengan warna atasan," tutur Takizawa.
Filosofi Uniqlo dalam mencipta busana ataupun koleksi, bisa dibilang perlu melalui proses yang cukup panjang. Kebutuhan konsumen menjadi elemen utama ketimbang selalu mengikuti tren fashion yang berputar sangat cepat. (hst/hst)
Hal berbeda ditemuinya ketika bergabung dengan Uniqlo, 2011 silam. Konsep LifeWear menjadi sesuatu yang baru, dan Takizawa mengaku perlu waktu lama untuk memahami tentang konsep LifeWear dari Tadashi Yanai, pendiri dan presiden Fast Retailing, yang menaungi Uniqlo.
"Pak Yanai menjelaskan bahwa Uniqlo bukanlah milik satu kategori busana. Tapi Uniqlo mengatur dan menciptakan kategori busana baru. Ketika saya menyebut kategori baru dalam sejarah fashion, bukanlah sesuatu yang orang lain akan terpikirkan akan membuatnya. Di dunia fashion ada yang namanya kategori sportswear, casualwear dan karya desainer. Tapi di Uniqlo, jika Anda tanya apakah kami brand casualwear, tidak juga karena kami punya lini sportswear. Kategori kami terbagi mulai dari busana olahraga hingga yang memiliki sentuhan seni," jelas Takizawa, saat temu media di Roppongi Office, Roppongi Hills, Shibuya, Tokyo, Jepang, belum lama ini.
Foto: Hestianingsih |
Tak mengikuti tren fashion dunia, bukan berarti Uniqlo juga tidak sadar fashion. Produk yang dikembangkan Takizawa bersama tim desainernya juga memikirkan koleksi dari sisi fashionable. Itulah sebabnya retailer asal Jepang yang sudah berdiri sejak 67 tahun lalu ini juga berkolaborasi dengan sejumlah desainer dan ikon fashion. Sebut saja Ines De La Fressange, Carine Roitfeld dan Jil Sanders yang memiliki gaya khas masing-masing. Lagi, kolaborasi bukan untuk mengejar tren. Melainkan menciptakan sebuah kategori busana baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fashion adalah informasi. Jadi kalau Anda memulai sesuatu hanya dari sebuah informasi maka Anda hanya akan menjadi pengikut fashion. Konsep LifeWear ini sangat mirip dengan iPhone. Kami meng-update apa yang sudah ada. Mungkin kalau pakai iPhone sebenarnya Anda tidak mau update (iOS) tapi Anda harus update, kalau tidak, Anda tidak bisa menggunakan fitur-fitur baru. Begitupun dengan konsep LifeWear," kata pria lulusan Kuwazawa Design School in Dress Design ini.
Menciptakan koleksi baru untuk dua musim tiap tahunnya, apa yang menjadi landasan Takizawa dan tim desainnya agar produk-produk baru yang diluncurkan tak membuat konsumen bosan? Selain tetap memerhatikan elemen fashion, hal terpenting yang jadi kunci dalam pengembangan koleksi adalah suara konsumen itu sendiri. Takizawa mengungkapkan bahwa ia selalu mengumpulkan masukan dan para konsumen Uniqlo. Apa yang mereka butuhkan, dan siluet busana seperti apa yang paling diinginkan saat itu.
"Kita ambil contoh celana chino yang bisa dipakai untuk segala kesempatan baik untuk acara casual maupun kerja. Lalu muncul siluet celana yang sedang trendi yaitu celana yang slim. Hanya karena celana slim fit sedang tren lalu kita buat chino menjadi slim, maka bukan lagi disebut chino. Jadi yang paling penting itu adalah suara konsumen," terang Takizawa.
Foto: Hestianingsih/Wolipop |
Sementara untuk penentuan warna, tren warna tahun ini juga tetap diusung Uniqlo dalam koleksi terbarunya namun dalam porsi yang tidak terlalu besar. Takizawa mengatakan bahwa Uniqlo selalu menghadirkan warna-warna basic seperti hitam, putih, beige atau navy. Namun warna yang menjadi tren seperti bordeaux atau wine juga tak ketinggalan masuk dalam koleksinya.
Baca Juga: Demokrasi Busana, Cara Uniqlo Jual Baju Berkualitas dengan Harga Terjangkau
"Kami akan memasukkan warna-warna yang tren untuk tetap mengikuti era sekarang. Tapi apakah warna itu cocok diterapkan pada busana atasan dan bawahan? Karena kadang warna tertentu hanya cocok diaplikasikan pada atasan dan tidak akan sesuai ketika dipaksakan untuk bawahan. Artinya kita kami harus memilih warna untuk busana bawahan yang bisa dipadukan dengan warna atasan," tutur Takizawa.
Filosofi Uniqlo dalam mencipta busana ataupun koleksi, bisa dibilang perlu melalui proses yang cukup panjang. Kebutuhan konsumen menjadi elemen utama ketimbang selalu mengikuti tren fashion yang berputar sangat cepat. (hst/hst)
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Home & Living
Tidak Perlu Repot Bawa Setrika Besar! Setrika Ini Harus Kamu Bawa saat Traveling
Health & Beauty
Bulu Mata Lentik Instan Tanpa Ribet! Cek 3 Produk Ini, Praktis untuk Pemula
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Justin Bieber Rilis Sneakers Cetak 3D, Harga Dibanderol Rp 22 Jutaan
Brand Fashion AS 'Serbu' Indonesia: Ekonomi Melambat, Minat Belanja Tak Surut
Beyonce Hingga Nicole Kidman Ditunjuk Sebagai Co-Chair MET Gala 2026
Outfit Lewis Hamilton Serba Dior di F1 Abu Dhabi 2025, Disebut Fashion Victim
Makna Busana Serasi Oranye Timothee Chalamet & Kylie Jenner yang Jadi Sorotan
Most Popular
1
Foto: Miss Universe Thailand Pimpin Tim RI di SEA Games, Anggun Bersongket
2
Reuni Reply 1988 Penuh Haru, Go Kyung Pyo Mewek Lihat Si Adik Jinjoo Jadi ABG
3
10 Artis Drama China Pendek Terpopuler di 2025, Pesonanya Bikin Jatuh Cinta
4
Visual Kelewat Imut, Lee Je Hoon Bikin Netizen Gemas, Tak Disangka Ahjussi
5
Viral Verificator
Viral Pernikahan 'Satset' ala Gen Z, Cuma Akad di Masjid Tanpa Resepsi
MOST COMMENTED












































Foto: Hestianingsih
Foto: Hestianingsih/Wolipop