Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Laporan dari Tokyo

Bukan Desainer Biasa, Ini Pilihan Uniqlo untuk Meluncurkan Koleksi Kolaborasi

Hestianingsih - wolipop
Senin, 21 Nov 2016 14:20 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Hestianingsih/Wolipop
Tokyo - Kolaborasi menjadi salah satu strategi brand fashion untuk mempertahankan eksistensinya, maupun menarik konsumen baru. Begitu pula dengan retailer asal Jepang, Uniqlo, yang menggandeng ikon fashion sekaligus desainer Ines De La Fressange dan mantan editor fashion Vogue, Carine Roitfeld.

Mengawinkan Ines dan Carine dengan Uniqlo yang memiliki konsep LifeWear, tentu dilakukan dengan banyak pertimbangan mengingat gaya busana mereka yang cukup berbeda. Bukan sekadar desainer, dua sosok ini juga cukup berpengaruh di dunia fashion dengan ciri khasnya masing-masing. Kolaborasi Ines x Uniqlo mampu bertahan hingga tujuh musim, sedangkan Carine sudah memasuki musim ketiga.
Bukan Desainer Biasa, Ini Pilihan Uniqlo untuk Meluncurkan Koleksi KolaborasiFoto: Hestianingsih/Wolipop

Keterlibatan Ines dan Carine memang membawa warna baru dalam koleksi Uniqlo di setiap musimnya. Koleksi Ines x Uniqlo misalnya, selalu diburu para penggemar dan tak jarang beberapa item yang dihadirkan habis terjual tak lama setelah peluncuran. Kepada sejumlah media saat Press Preview Spring/Summer 2017 di Shibuya, Tokyo, Jepang, Design Director Uniqlo CO., LTD. Naoki Takizawa menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Uniqlo haruslah seseorang yang bisa menggaungkan konsep brand sebagai LifeWear.

"Ines bukan sekadar desainer tapi dia punya kepribadian yang kuat. Dia juga pelanggan Uniqlo. Dengan kata lain, dia seseorang yang tahu banyak tentang pakaian, kualitas busana yang ia kenakan dan dia juga pengguna. Kami ingin mencari tahu apa yang dia harapkan untuk Uniqlo. Jika kami berkolaborasi dengan Ines kami akan tahu nilai-nilai apa yang konsumen utamakan dari Uniqlo. Ini merupakan pertamakalinya bagi Uniqlo berkolaborasi dengan desainer/konsumen," kata Takizawa di kantornya di Roppongi Office, Shibuya, Tokyo, Jepang, Jumat (18/11/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkolaborasi dengan Ines hingga tujuh musim, tak membuat Uniqlo khawatir akan ditinggalkan pelanggannya karena bosan. Justru ini menjadi tantangan bagi Takizawa dan tim desainernya untuk selalu menghadirkan 'rasa baru' dalam rancangan Ines tanpa harus mengubah total gaya khasnya yang simpel dan sangat Parisian chic.
Foto: Hestianingsih/Wolipop

"Apa yang Ines sukai tidak akan berubah tapi bagaimana kami menerjemahkannya dengan cara yang berbeda sehingga menciptakan sesuatu yang tampak baru. Sebagai contoh, Ines suka busana indigo tapi kami tidak pernah punya kategori busana dengan warna itu. Maka di koleksi SS2017 ini pertamakalinya kami meluncurkan koleksi indigo. Dan konsumen rata-rata loyal jadi mereka selalu beli (koleksi Ines x Uniqlo). Ini bukan sesuatu yang bisa dicapai setiap brand. Jadi kami tidak berusaha mengubah gaya personal Ines tapi menerjemahkan gaya dan filosofinya dalam cara berbeda," terang pria yang pernah bekerja untuk Issey Miyake selama 21 tahun ini.

Sementara Carine Roitfeld, dari segi profesi ia bukanlah seorang desainer fashion. Namun pengalamannya sebagai editor in chief Vogue Paris selama 10 tahun, membuat wanita 62 tahun ini tahu banyak tentang tren mode. Carine sendiri juga merupakan ikon fashion dan ia pun dikelilingi orang-orang yang berada di lingkaran high fashion. Dari kacamata seorang Carine, Uniqlo pun bisa mengetahui dan mencoba menangkap pangsa pasar yang diinginkan kalangan pencinta mode.
Bukan Desainer Biasa, Ini Pilihan Uniqlo untuk Meluncurkan Koleksi KolaborasiFoto: Hestianingsih/Wolipop

"Carine adalah ikon mode dan orang-orang di sekitarnya dari kalangan top pembaca majalah Vogue, Harper's Bazaar. Dia juga kenal desainer seperti Tom Ford. Filosofi sebuah mode adalah bukan buat semua tapi untuk audiens tertentu. Secara spesifik, pasar barang mewah. Orang seperti Carine memiliki selera estetika yang kuatmulai dari seni, musik, dan dia punya koneksi dengan orang-orang seni dan berkebudayaan. Jadi dengan berkolaborasi bersama seseorang seperti Carine, saya rasa dia bisa mengontribusikan kualitas itu pada Uniqlo. Sesuatu yang tidak dimiliki Uniqlo di masa lalu," kata Takizawa.

Menurutnya dalam berkolaborasi, ia memerlukan seseorang yang benar-benar memahami DNA dari brand Uniqlo. Bukan mengembangkan koleksi sesuai yang sang desainer inginkan, namun bekerja di bawah payung Uniqlo sebagai sebuah perusahaan yang memiliki ideologi yang cukup spesifik. Uniqlo merupakan brand yang mengutamakan kecepatan dan rasionalitas dalam desain. Sementara menemukan desainer yang bisa mengikuti fase serupa bukanlah hal mudah. (hst/hst)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads