Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Melihat Perjalanan Karier Didi Budiardjo di Museum Tekstil

wolipop
Jumat, 16 Jan 2015 09:40 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Julius Salvatrone/Wolipop
Jakarta -

Desainer kenamaan Indonesia, Didi Budiarjo telah berkiprah di dunia kreatif fashion selama 25 tahun dengan membawa nama harum Indonesia hingga ke mancanegara. Untuk mempresentasikan kreasi kedua dari trilogi karyanya, yakni Pilgrimage, Didi mengambil langkah beda dengan membuat sebuah pameran busana lintas waktu dan zaman di Musem Tekstil. Dengan menampilkan semua hasil karyanya maupun koleksinya, Didi ingin setiap orang yang datang juga bisa mendapatkan inspirasi seperti dirinya.

Pada acara resmi pembukaan pameran ini, turut pula hadir istri dari Gubernur DKI Jakarta, Veronica Tan Basuki Tjahaja Purnama. β€œBanyak orang-orang kreatif seperti mas Didi Budiardjo di Jakarta ini, mari kita sama-sama bangkitkan kreativitas anak-anak muda mulai dari Jakarta ini," ujar Veronica saat membuka acara di Museum Tekstil, Jakarta Pusat, Kamis (15/01/15).

Didi Budiardjo mengganggap dirinya di dunia fashion ini seperti ibu yang melahirkan anak-anak. β€œSaya menggangap setiap hasil karya cipta saya layaknya puteri-puteri saya, dimana saya menamai saudara tertua untuk koleksi tertuanya pada tahun 1989 dan saudari termuda untuk setiap busana yang lahir hingga kini dan seterusnya di karya saya nanti,” tutur Didi Budiardjo saat membuka acara pamerannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilgrimage ini sendiri berceritakan mengenai perjalanan panjang seorang Didi Budiardjo, dari tahun 1989 hingga tahun 2015 saat ini. Dapat dikatakan Didi sebagai pelaku mode pertama yang mempersembahkan karyanya secara berbeda di Indonesia, pengunjung dapat menghampiri dan melihat setiap benda dan hasil busana dari jarak yang sangat dekat, bahkan dapat menyentuhnya.

Pameran pertama di museum itu mempertunjukkan 70 set busana yang terdiri dari 300 benda yang dipamerkan (termasuk aksesori dan kelengkapan lainnya). Selain dari hasil karyanya, Didi juga mengundang desainer lain seperti Sebastian Gunawan, Susan Budihardjo, Adrian Gan, dan Eddy Betty untuk berpartisipasi memamerkan benda dari hasil-hasil koleksi mereka. Tak ketinggalan juga, untuk memberi penghormatan kepada orang-orang yang berjasa di dunia mode Indonesia, Didi menghadirkan kenangan dari mereka yakni; Karya kolase almarhum Pieter Sie (1929-2011), koleksi batik almarhum Iwan Tirta (1935-2010) dan salah satu busana dari almarhum Muara Bagdja (1957-2012).

Keunikan yang dapat dirasakan pengunjung saat mendatangi pameran ini yakni seperti dibawa berkelana waktu dari satu ruangan ke ruangan lainnya yang sudah dikelompokan berdasarkan warna dan jenis busananya. Adapun nama-nama ruangan tersebut sebagai berikut:

The Atelier : Ruangan representasi dari sebuah ide yang digarap, dipenuhi sketsa, foto-foto, tumpukan buku-buku, moodboard dan langkah awal sebuah busana diciptakan.

The Reflection : ruangan yang menyajikan busana koleksi awal perjalanan sang perancang.

The White Forest : Berisi segala koleksi busana-busana berwarna putih.

The Moonless : baju serba hitam menjadi ilham ruangan ini.

The Gula Kelapa : inspirasi ruangan ini datang dari bendera kerajaan Majapahit (Merah Putih) sesuai dengan artinya dan didedikasikan untuk menampilkan kebaya dan batik, seluruhnya kebaya nyonya/kebaya renda putih dipadankan dengan ragam batik berwarna merah.

The Eastern : ruangan karya-karya dari Cina dan Jepang yang kental terasa di dua ruangan yang dijadikan satu.

The Gleaming Lights : ruangan yang berisikan tiga baju yang dibuat berputar yang penuh dengan bling-bling yang memantulkan cahaya-cahaya indah dari setiap sorotan lampu.

The Embroidery : ruangan kumpulan baju sulam embroidery dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Yayasan Sulam Indonesia (YSI) dan busana yang disponsori oleh Perusahaan Gas Negara (PGN).

The Birds : ruangan yang mengemukakan tiga gaun dengan detail bulu-bulu dan dua buah karya dari desainer aksesori Rinaldi A. Yunardi.

The Day Before : ruangan replika suasana belakang panggung dengan berbagai koleksi gaun warna merah.

The Gazing Room : ruangan yang memamerkan baju dan wastra koleksi Didi Budiardjo serta kain-kain Nusantara koleksi dari Museum Tekstil.

Didi menyiratkan pesan harapan agar melalui pameran dan karya-karya ciptanya dapat menjadi embrio dan penyemangat bagi peminat mode, terutama kaum muda, untuk semakin dapat mengenal dan ikut peduli pada pengarsipan sebuah karya dalam upaya melestarikan dunia mode Indonesia.

Pameran fashion yang memajang berbagai macam koleksi mode dari masa ke masa itu dapat kita nikmati di Museum Tekstil Jakarta dari tanggal 16 – 25 Januari 2015, dengan bebas tiket masuk atau gratis.

(als/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads