Remaja Meninggal di Usia 15 Ini Jadi Santo Katolik Milenial Pertama
Carlo Acutis, seorang remaja asal Italia, akan segera diakui sebagai santo Katolik pertama dari generasi milenial setelah Paus Fransiskus mengatributkan mukjizat kedua padanya. Carlo, yang dijuluki sebagai 'santo pelindung internet,' meninggal pada usia 15 tahun akibat leukemia pada tahun 2006.
Pria kelahiran London pada 3 Mei 1991 dari orang tua yang berasa dari Italia dan ketika ia masih kecil keluarganya pindah ke Milan, Italia.
Sejak usia muda, Carlo menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap agama Katolik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada usia tujuh, dia mulai menghadiri misa harian, suatu kebiasaan yang jarang dilakukan anak seusianya. Ibunya, Antonia, mengakui bahwa kesalehan Carlo menginspirasinya untuk kembali aktif di gereja.
Dia juga dikenal sering membantu orang-orang yang kurang beruntung dan menyumbangkan sebagian dari apa yang dimilikinya kepada mereka yang membutuhkan. Dengan keahliannya dalam teknologi, Carlo membuat sebuah situs web yang mengarsipkan mukjizat-mukjizat Ekaristi di seluruh dunia, menunjukkan bagaimana internet bisa digunakan untuk tujuan menyebarkan agama.
"Carlo adalah jawaban terang atas sisi gelap internet. Beberapa pengagumnya bahkan menyebutnya sebagai 'influencer Tuhan," ungkap ibunya.
Proses beatifikasi (pengakuan yang diberikan gereja kepada orang yang sudah meninggal bahwa orang tersebut berbahagia) Carlo dimulai pada tahun 2020 ketika Keuskupan Assisi mengajukan permohonan ke Vatikan. Paus Fransiskus mengakui mukjizat pertama yang dikaitkan dengan Carlo pada bulan Februari 2020, yang melibatkan penyembuhan seorang anak dengan pankreas cacat setelah menyentuh kemeja Carlo. Ini membuat Carlo mendapat gelar 'beato' (orang yang mendapat beatifikasi).
Mukjizat kedua yang diakui Vatikan terjadi di Kosta Rika, di mana seorang mahasiswi universitas mengalami cedera kepala serius setelah jatuh dari sepeda. Ibu dari mahasiswi tersebut pergi ke Assisi untuk berdoa di makam Carlo di Sanctuary of the Renunciation, meminta intervensinya. Dalam waktu singkat, mahasiswi tersebut menunjukkan pemulihan yang luar biasa, dan sepuluh hari setelah kunjungan itu, hasil CT scan menunjukkan pendarahan di otaknya hilang.
Menurut Kathleen Sprows Cummings, seorang profesor sejarah di Universitas Notre Dame dan penulis buku "A Saint of Our Own: How the Quest for a Holy Hero Helped Catholics Become American," kanonisasi Carlo adalah momen penting. Carlo menunjukkan bagaimana internet dan keterampilan komputer bisa digunakan untuk menyebarkan iman, memberikan gereja kesempatan untuk menunjukkan sisi positif melalui media sosial.
"Ini adalah contoh seorang individu seperti mereka, yang diharapkan bisa menarik mereka kembali ke gereja," kata Cummings.
(kik/kik)
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Home & Living
Tidak Perlu Repot Bawa Setrika Besar! Setrika Ini Harus Kamu Bawa saat Traveling
Health & Beauty
Bulu Mata Lentik Instan Tanpa Ribet! Cek 3 Produk Ini, Praktis untuk Pemula
Home & Living
SANKEN HWN-K13: Dispenser Portable Ringan, Higienis & Hemat Listrik!
Transformasi Park Shin Hye Jalani Kehidupan Ganda di Undercover Miss Hong
Sinopsis 211, Film Nicolas Cage di Bioskop Trans TV Hari Ini
Viral Foto Pangeran Mateen Ikut SEA Games, Ditemani Istri yang Sedang Hamil
Curhat Kelly Osbourne di Balik Perubahan Drastisnya, Dikritik Terlalu Kurus
Kate Winslet Ungkap Permintaan Aneh Eminem, Dirahasiakan Selama 20 Tahun
Potret Terbaru Tasya Farasya Naik BB 8 Kg, Curhat Ingin Lompat Dari Genteng
Foto: Eksperimen Gaya Bintang 'K-Pop: Demon Hunters', Girlie hingga Nyentrik
Transformasi Park Shin Hye Jalani Kehidupan Ganda di Undercover Miss Hong
Brand Fashion AS 'Serbu' Indonesia: Ekonomi Melambat, Minat Belanja Tak Surut











































