Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Dianggap Mesum, Penari Perut Kenamaan Mesir Dipenjara Karena Video TikTok

Rahmi Anjani - wolipop
Minggu, 05 Jul 2020 07:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Sama El-Masry
Foto: Instagram @samaelmasrii
Jakarta -

Sama El-Masry dikenal sebagai penari perut kenamaan di Mesir. Beberapa waktu lalu video-videonya saat sedang menari pun tersebar di TikTok. Tak disangka hal ini malah merugikan Sama hingga bisa membuatnya dipenjara tiga tahun karena dianggap mesum di media sosial.

Dilaporkan koran Mesir Al-Ahram Sama El-Masry telah ditahan pada April lalu karena video TikTok. Ketika itu pemerintah memang sedang mencari para influencer di Instagram dan TikTok yang dianggap menampilkan seksualitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sama El-MasrySama El-Masry Foto: Instagram @samaelmasrii

Sebuah akun TikTok yang menampilkan video-video Sama pun ditemukan. Sama sendiri menolak tuduhan tersebut karena ia tidak merasa membuat akun. Wanita tersebut mengaku konten-konten dalam akun itu dibagikan sepengetahuannya dari handphone yang dicuri tahun lalu.

ADVERTISEMENT

Namun persidangan telah memutuskan bahwa Sama El-Masry melanggar prinsip dan nilai keluarga di Mesir dan menggunakan media sosial untuk melakukan tindakan yang dianggap tidak bermoral.

Sama El-MasrySama El-Masry Foto: Instagram @samaelmasrii

Bagi banyak orang, mengekspresikan diri di media sosial adalah sebuah kebebasan. Namun tampaknya hal ini tidak berlaku di Mesir. "Ada perbedaan besar antara kebebasan dan mesum," kata John Talaat, seorang anggota parlemen yang meminta para influencer wanita diberi hukuman dilansir Reuters.

Sama El-Masry sendiri dikatakan akan naik banding atas tuduhan ini. Selain Sama, beberapa influencer wanita di Mesir juga dituduh memberikan konten mesum sejak Mesir membuat peraturan mengenai kejahatan dunia maya pada 2018. Dengan hukum tersebut, pemerintah berhak menyensor postingan online dan memonitori komunikasi.

Hal ini juga menjadi perhatian pengacara hak-hak wanita, Entessar el-Saeed. Pemimpin Pusat Cairo untuk Pengembangan dan Hukum tersebut mengakui jika kecanggihan teknologi belakangan menjadi tantangan budaya Mesir yang konservatif. "Masyarakat kita yang konservatif tengah bergelut dengan perubahan teknologi yang menciptakan lingkungan dan pola pikir yang benar-benar berbeda," katanya.

(ami/sra)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads