Nicholas Saputra Bikin Dokumenter ke 7 Provinsi: Syuting Rasa Ekspedisi
'Semes7a' mengangkat isu lingkungan dengan pendekatan agama yang proses syutingnya dilakukan di tujuh provinsi yang mewakili masing-masing pulau di Indonesia. Antara lain Bali, Aceh sebagai perwakilan Pulau Sumatera, Sungai Utik di Kalimantan, Ruteng di Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Yogyakarta untuk Pulau Jawa dan Jakarta.
Aktor 35 tahun ini menceritakan bahwa proses syuting memakan waktu empat bulan dengan jumlah kru 10 orang. Menurut Nicholas Saputra, jumlah itu terbilang banyak untuk membuat sebuah film dokumenter agar produksinya bisa lebih cepat dan efisien.
Membawa 10 kru melintasi berbagai tempat dan beberapa di antarnya ke pedalaman menjadi tantangan tersendiri bagi Nicholas Saputra dan tim produksinya. Sebab perjalanan ke daerah pedalaman seperti di Papua Barat, memerlukan waktu hingga dua hari.
"Seperti di Papua kami perlu dua hari ke sana. Perjalanan dengan kapal besar lalu kapal kecil, dengan segala konsekuensi cuaca yang buruk dan lain-lainnya, mungkin tantangannya itu. Seperti melakukan ekspedisi di setiap perjalanan," kata Nicholas Saputra saat ditemui Wolipop usai acara nonton bareng 'Semes7a' yang diadakan The Body Shop di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (7/02/2020).
Bintang film 'Aruna dan Lidahnya' ini juga menjelaskan bahwa proses syuting tidak diselesaikan sekali jalan di tiap daerah. Namun selama empat bulan itu para kru termasuk dirinya, harus pulang-pergi, demi mendapatkan momen terbaik untuk didokumentasikan.
"Empat bulan itu bolak-balik. Dua minggu balik lagi, 10 hari balik lagi," ucapnya.
Syuting film dokumenter 'Semes7a' dilakukan mulai Februari - Juni 2018. Sebelum proses syuting, Nicholas, Mandy beserta sutradara Chairun Nissa melakukan survei terlebih dahulu pada 2017 untuk mendapatkan literatur tentang daerah mana saja di Indonesia yang melakukan aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim.
"Dan prakteknya ini berdasarkan agama dan kepercayaan. Setelah dapat list-nya kami berangkat langsung ke lokasi-lokasi itu untuk melihat langsung, memastikan, konfirmasi, bahwa memang ada. Sekaligus mencari tokoh-tokoh yang sekiranya pas membantu kami menceritakan soal praktek ini," jelas Mandy, ditemui di tempat yang sama.
Mandy mengatakan alasan proses syuting cukup lama hingga memakan waktu empat bulan karena para kru menunggu momen penting seperti perayaan atau kegiatan di setiap daerah. Sebab film dokumenter haruslah memperlihatkan kondisi yang apa adanya.
"Kami nggak mau ada satu pun yang direkayasa dalam film ini. Sehingga kami harus terus-menerus konfirmasi ke mereka kapan akan melakukan aktivitas. Jadi kami bolak-balik," pungkasnya. (dtg/dtg)
Home & Living
Bikin Natal Lebih Ceria, Lampu Hias Ini Cocok Jadi Dekorasi Natalmu!
Home & Living
Rekomendasi 3 Hampers Natal Eksklusif yang Siap Bikin Momen Kamu Makin Spesial!
Home & Living
Rekomendasi 3 Dekorasi Natal Simple tapi Bikin Rumah Auto Hangat!
Health & Beauty
Skincare Set Ini Layak Jadi Hadiah Natal untuk Orang Terdekatmu
Sinopsis Jiu Jitsu di Bioskop Trans TV, Dibintangi Nicolas Cage
Bocoran Drakor Romantis Kim Seon Ho & Go Yoon Jung, Tayang Januari 2026
Pengakuan Jennifer Lawrence yang Tak Pernah Nonton Film-filmnya Sendiri
Galang Dana dengan Jual Foto Menggoda, Aksi Model Ini Dinilai 'Murahan'
Siapa Pacar Jang Ki Yong? Ini Deretan Artis yang Dirumorkan Dekat Dengannya
Cucu Charlie Chaplin Jadi Varang, Villain Avatar: Fire and Ash, Ini Sosoknya
Foto: Gaya Teatrikal Tasya Farasya di Premiere Avatar 3, Terinspirasi Varang
Bocoran Drakor Romantis Kim Seon Ho & Go Yoon Jung, Tayang Januari 2026
Gaya Unik Tyas Mirasih-Tengku Tezi Main Padel, Tampil Santun Berbusana Syar'i











































