Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Beyonce Curhat Soal 'Perselingkuhan' Sampai Bela Hak Wanita di 'Lemonade'

Daniel Ngantung - wolipop
Selasa, 26 Apr 2016 15:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: ist
Jakarta - "Orang yang paling hina di Amerika adalah wanita berkulit hitam. Orang yang tidak mendapat perlindungan adalah wanita kulit hitam. Mereka yang paling tersingkirkan adalah wanita kulit hitam." Potongan rekaman suara Malcolm X, seorang kulit hitam yang juga pemuka agama Islam di Amerika dan aktivis hak asasi manusia, itu muncul di film 'Lemonade', sebuah visualisasi dari album teranyar Beyonce.

Akhir pekan lalu, dunia dikejutkan oleh kabar wafatnya musisi legendaris Prince. Di tengah suasana berkabung, kejutan lain datang, kali ini dari Beyonce. Menyusul peluncuran singel 'Formation' secara mendadak bulan lalu, ia melepas album studio keenamnya, 'Lemonade', Sabtu (23/4/2016). Seperti album sebelumnya, 'Lemonade' juga dirilis dalam format film yang merupakan visualisasi dari 12 lagu dari album tersebut.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kehadiran film 'Lemonade' sempat menimbulkan kehebohan lantaran muncul sejumlah adegan dimana Beyonce meragukan kesetiaan pasangannya. "Apakah kamu berselingkuh?" tanya wanita 34 tahun itu di awal film yang ditayangkan di HBO itu. Ada pula pernyataan "Mereka tidak mencintaimu seperti aku mencintaimu", dan "Hey, kamu tidak menikah dengan wanita biasa".

Banyak yang menduga pelantun 'Formation' itu sedang 'curhat' tentang prahara dalam pernikahannya bersama Jay Z. Apakah betul Jay Z punya wanita idaman lain? Dugaan semakin kuat ketika di lagu 'Sorry', ibu satu anak itu melantunkan lirik yang berbunyi, "He only want me when I'm not there. He better call Becky with the good hair." Muncul spekulasi, seperti marak diberitakan, bahwa Becky merujuk pada selingkuhan Jay Z (beredar rumor, desainer Rachel Roy dan penyanyi Rita Ora adalah sang 'Becky').  

Tapi lebih dari itu, 'Lemonade' merupakan cara sang diva yang dikenal feminis itu merayakan kecantikan dan ketangguhan para wanita kulit hitam, sekaligus memperjuangkan hak mereka yang tersirat melalui pesan-pesan politis di adegan-adegannya.  



Kemunculan Quvenzhané Wallis, Serena Williams dan Chantelle Brown-Young di film berdurasi 65 menit itu adalah salah satu buktinya. Berusia 12 tahun, Quvenzhané adalah aktris termuda yang mengukir sejarah karena menjadi aktris termuda yang menerima nominasi Aktris Terbaik dalam sejarah Oscar. Walau begitu ia masih sering diejek karena rambut dan namanya yang aneh.

Begitu pula Serena, salah satu petenis terbaik dunia yang masih menghadapi kekerasan verbal lantaran fisiknya yang maskulin. Sementara Chantelle adalah salah seorang kontestan America's Next Top Model yang kerap mendapat perlakuan diskriminatif karena penyakit kulit vitiligo.

Tapi, adegan yang mungkin paling menyentuh adalah saat Sybrina Fulton, Lezley McSpadden dan Gwen Carr memegang foto anak mereka. Ketiganya ialah ibu dari Trayvon Martin, Michael Brown dan Eric Garner, tiga pemuda kulit hitam yang tewas di tangan polisi karena dilatarbelakangi motif rasisme. Mereka adalah potret diskriminasi ras yang ternyata masih membayangi Amerika Serikat.



Ijeoma Oluo, jurnalis Guardian dalam kolom opininya, sependapat dengan sosok wanita yang Beyonce gambarkan dalam film tersebut. Menurutnya, para wanita tersebut sebetulnya turut mewakili seluruh wanita di dunia yang telah berkorban banyak agar keluarganya bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

"Kita adalah wanita yang tersingkirkan. Kita adalah wanita yang bekerja di dua tempat sekaligus saat suami kita menganggur. Kita adalah wanita yang menjaga cucu karena anak kita masuk dalam bui. Kita adalah wanita yang membersihkan darah suami dan anak kita di jalanan," tulisnya.

Sayangnya meski sudah sampai merelakan nyawanya dan dituntut ini-itu, wanita justru tidak dihargai seutuhnya. (dng/dng)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads