Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Atalia Kamil Ungkap Gaya Komunikasi yang Efektif untuk Gen Z

Gresnia Arela Febriani - wolipop
Jumat, 15 Des 2023 15:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto Atalia Kamil yang mengungkapkan tentang gaya komunikasi yang tepat untuk generasi Z.
Foto Atalia Kamil. Foto: Gresnia/Wolipop.
Jakarta -

Atalia Kamil mengungkapkan gaya komunikasi efektif untuk generasi Z yang lahir tahun 1996-2010. Generasi Z tumbuh dengan akses kecanggihan teknologi digital sejak lahir, sehingga sudah menjadi kebutuhan bagi mereka.

Generasi gen Z cenderung memiliki karakter yang fleksibilitas dan bebas. Mereka lebih berani speak up atau mengeluarkan pendapatnya yang mereka anggap benar.

Jadi gaya komunikasi apa yang cocok untuk generasi Z? Sebelum menjawabnya, Atalia menjelaskan ada tiga gaya komunikasi yang biasanya diterapkan orangtua kepada anaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita kan memahami gaya komunikasi itu kan ada tiga. Pertama itu adalah otoriter, jadi semua itu satu arah. Lebih bagaimana kepada guru kepada muridnya atau orang tua kepada anak. Dia hanya menggunakan kalimat perintah yang terputus-putus. Sehingga tidak memberikan ruang bagi anak untuk bertanya mengapa dan lainnya," ungkap Atalia Kamil ketika ditemui Wolipop usai mengisi acara Modest Summit 2024, Building Team: Embrance The Imperfection, di Ballroom The Djakarta Theater, Kamis (14/12/2023).

Gaya komunikasi yang kedua adalah permisif, yaitu gaya komunikasi yang memberikan ruang begitu terbuka semua bisa dilakukan tanpa batas, kontrol dan kendali.

ADVERTISEMENT

"Jadi, ini yang menyebabkan banyak juga generasi remaja saat ini kemudian mereka lepas kontrol. Akhirnya mereka melakukan hal-hal yang negatif. Karena ternyata apa yang diberikan oleh kedua orang tuanya, atau pendampingnya, walinya itu ternyata masih terlalu longgar. Sehingga mereka tidak punya kontrol diri," kata Atalia.

Wanita yang bernama lengkap Dr. Hj. Atalia Praratya, S.IP., M.I.Kom. ini menuturkan sebagai seorang remaja, kontrol diri itu dibangun perlahan-lahan. Bukan secara serta merta tapi berdasarkan pengalaman termasuk juga bagaimana orang tua memberikan kebiasaan yang baik untuk anaknya.

Dan gaya komunikasi ketiga adalah demokratis. Dalam mendidik anak, Atalia dan Ridwan Kamil menerapkan gaya komunikasi demokratis yang menurutnya cocok untuk generasi Z.

"Gaya komunikasi demokratis ini memberikan ruang untuk anak semaksimal mungkin tapi dengan memberikan batasan. Jadi, antara tarik dan ulur memberikan sebuah kalimat perintah misalkan. Anak diberikan ruang untuk mengatakan mengapa harus dilakukan? Ini yang sebetulnya penting sekali. Pola komunikasi ini yang saya terapkan," tutur wanita yang menjabat sebagai Komisaris PT Urbane Indonesia, dosen di UniversitasWidyatama, pendiri Jabar Bergerak dan Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat itu.

Menurut Atalia, pola komunikasi demokratis bisa membantu anak untuk menemukan jalannya sendiri. Dia sudah menerapkan gaya komunikasi tersebut pada kedua anaknya.

"Anak saya dua ini berbeda. Anak saya yang pertama (Emmeril Kahn Mumtadz) menemukan kecintaannya kepada dunia sosial dan kemanusiaan. Dan itu bukan sesuatu yang kemudian dipaksakan oleh kedua orang tua. Tapi dia menemukannya sendiri. Tugas kamu sebagai orang tua adalah memberikan ruang itu, kita ajak dulu mereka tanpa paksaan, awalnya satu atau dua kali maka dia akan menemukan sendiri apa yang sebenarnya yang mereka inginkan," lanjut Atalia.

Wanita kelahiran 20 November 1973 ini juga mengungkapkan kepribadian anak keduanya, Camillia Laetitia Azzahra. Anak perempuannya itu cenderung mengarah ke bidang seni.

"Dia menemukan bidang seni. Dia mencoba alat musik segala macam. Akhirnya dia menemukan cintanya kepada dunia arsitektur sama kaya bapaknya juga. Pada intinya, itu ruangnya kita buka," ujarnya.

Atalia berharap agar orang tua atau siapa pun yang menjadi guru atau tutor bisa memberikan ruang kepada anak-anak muda agar bisa berkiprah semaksimal yang mereka inginkan tapi dengan batasan.

"Orang tua, guru atau tutor dan lainnya memberikan pondasi yang bagus dulu terkait nilai-nilai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Kejujuran, termasuk intergritas dan sebagainya itu yang harus diberikan terlebih dahulu untuk penanaman dasar awal. Nanti kemudian mereka akan mampu untuk menjadi orang-orangnya yang tetap memberikan ruang terbaik untuk hidupnya tetapi punya dasar yang tepat," pungkasnya.

(gaf/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads