Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Survei Ungkap Banyak Gen Z Tolak Pekerjaan Bergaji Tinggi, Ini Alasannya

Rahmi Anjani - wolipop
Sabtu, 02 Sep 2023 13:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi wanita karier
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Punya profesi dengan penghasilannya tinggi menjadi impian banyak orang tapi tidak untuk sebagian generasi Z. Survei terbaru menyebutkan kini cukup banyak anak muda yang bahkan rela menolak tawaran pekerjaan berpenghasilan besar. Bukan karena merasa terbebani dengan tuntutannya, ada berbagai alasan lain yang membuat para profesional pemula itu tidak terlalu mementingkan uang.

Gen Z punya pertimbangan yang berbeda dalam memilih pekerjaan dibanding generasi sebelumnya. Dilansir survei yang dirilis Deloitte Global, mereka tidak hanya melihat gaji, fasilitas, atau jabatan tapi nilai perusahaan. Dikatakan jika anak-anak muda lebih ingin bekerja di tempat yang sejalan dengan prinsip mereka.

"Lebih dari sepertiga (partisipan gen Z) menolak perusahaan yang merasa rasa tidak banyak terlibat dalam masalah-masalah, seperti lingkungan, DEI (keberagaman, kesetaraan, dan inklusifitas) atau kesehatan mental," kata Elizabeth Faber selaku Global Chief People and Purpose Officer Deloitte dilansir NYPost.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain testimoni dari pada partisipan, data LinkedIn pada April 2023 juga menunjukkan perbedaan gen z dalam memilih pekerjaan. Survei yang dilakukan lebih dari 7.000 pekerja menunjukkan 64% gen Z di Inggris, Prancis, Jerman, dan Irlandia mengungkap hal serupa. Menurut mereka penting untuk bekerja di perusahaan yang punya nilai sama dengan mereka.

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya dalam industri kerja memang bisa jadi bergeser. Tapi menurut pakar, perubahan dalam gen Z dipengaruhi karena pandemi Corona.

ADVERTISEMENT

"Setelah pandemi, pekerja dari semua generasi lebih melihat nilai dari perusahaan mereka atau calon perusahaan mereka. Kami melihat laporan dari pekerja muda mereka yang memulai tren ini," kata Sarah McCann-Bartlett selaku chief executive officer dari HR Institute Australia.

Menurut Sarah, gen Z lebih mempertimbangkan nilai perusahaan daripada gaji setelah merasakan sulitnya mencari kerja. Ketika lowongan dan kesempatan karier sedikit, anak-anak muda jadi kekurangan pengalaman dan pengetahuan akan budaya atau industri profesional. Hal tersebut mengharuskan mereka melihat sisi lain dari tempat kerja.

"Hasilnya mereka lebih cerdas dalam menentukan di mana mereka ingin memfokuskan waktu dan usaha. Pekerja gen Z juga merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan jam kerja 24 jam dan lebih sadar dengan masalah sosial serta lingkungan daripada generasi lain di awal karier mereka,"

"Kebutuhan untuk terlibat dalam pekerjaan yang bermakna bisa jadi respon dari masalah dan perilaku tidak adil yang mereka lihat selama ini, seperti krisis iklim, pelecehan seksual dari atasan, dan ketidakseteraan dalam bekerja," kata Sarah.

(ami/ami)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads