Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Cerita di Balik Kisah Viral Anak Petani Bisa Wujudkan Impian Tinggal di Jepang

Gresnia Arela Febriani - wolipop
Minggu, 19 Des 2021 18:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Kisah viral wanita yang berhasil mewujudkan impian ke Jepang.
Foto: Dok. Tangkapan layar akun TikTok @thyii.chan.
Jepang -

Kisah wanita ini mendadak jadi atensi publik. Pasalnya ia membagikan cerita jika kedua orangtuanya adalah tamatan SD dan tidak bisa mencarikan informasi pekerjaan. Namun wanita ini buktikan ia bisa sukses dan membuat kedua orangtuanya bangga.

Video tersebut dibagikan oleh akun TikTok @thyii.chan. Ia membagikan foto saat sedang wisuda diploma III di AKBID Andi Makkasau, Parepare, pada November 2017. Video juga memperlihatkan bahwa orangtua dari pemilik akun TikTok itu merupakan seorang petani tamatan SD.

"BismillahπŸ˜‡ tidak ada yang tidak mungkinπŸ₯Ί #fyp. Maafkan mama tidak bisa mencarimu pekerjaan karena mama dan bapak cuma petani tamatan SD. Aku: berikan aku restu untuk mencari pekerjaan walaupun menyebrang laut," tulis akun TikTok @thyii.chan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian video tersebut memperlihatkan ketika pemilik akun TikTok @thyii.chan sudah berada di bandara menuju negara impiannya. Dan dia berhasil sampai dan bekerja di Jepang.

"Sampai di Jepang. Pertama kali lihat salju, lihat bunga sakura langsung. Bisa beli handphone Iphone 12 promax. Bisa beli apa saja yang diinginkan. Ngerasain tinggal di negara maju. Bisa lihat pemandangan yang begitu indah. Menikmati momiji sepuasnya. Lebih mandiri. Musim gugur yang cantik," lanjutnya.

ADVERTISEMENT
@thyii.chan

BismillahπŸ˜‡ tidak ada yg tdk mungkinπŸ₯Ί ##fyp

♬ Infinity - Jaymes Young

Konfirmasi Wolipop

Wolipop kemudian menghubungi Sartika yang mengunggah video viral di TikTok itu. Melalui email, Tika panggilan akrabnya menceritakan awal mula perjalanannya bisa menuju Jepang. Ia kini menetap di Prefektur Tochigi, Jepang dan bekerja sebagai perawat lansia di Jepang.

"Tahun 2014 -2017 saya kuliah di salah akademi kebidanan yang ada di kota Parepare, Sulawesi selatan. Wisuda bulan November 2017. Setelah wisuda berharap bisa bekerja di rumah sakit atau puskesmas, tapi lowongan pekerjaan bidan sangat sedikit sedangkan lulusan bidan dan perawat di Indonesia banyak banget yang masih menganggur," ungkap Tika kepada Wolipop.

Tika sempat menganggur sekitar enam bulan setelah lulus. Dan dia merasa malu karena menjadi beban orangtua. Ia lalu memutuskan untuk merantau ke Tarakan, Kalimantan Utara pada Juni 2018.

"Kebetulan ada kakak juga merantau di sana buka usaha. Jadi saya diizinkan orangtua merantau dengan harapan bisa bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di sana tapi alhasil sangat sulit," kecewanya.

Tika pun tak mau pulang tanpa mendapatkan pekerjaan. Ia kemudian mencari lowongan kerja di Facebook. Setelah berusaha keras mencari informasi, Tika akhirnya mendapatkan pekerjaan meski bukan sesuai dengan ilmunya sebagai perawat.

"Alhamdulillah diterima kerja di toko pakaian distro. Walaupun gaji tidak seberapa di bawah Rp2 juta. Saya hanya bertahan kurang lebih delapan bulan dengan gaji pas-pasan. Jangankan punya tabungan gajinya cuma cukup untuk kebutuhan sehari-sehari, bayar kos, listrik dan lainnya," jelasnya.

Kedua orangtuanya kemudian menyuruh agar Tika kembali saja ke kampung halaman karena tidak bisa juga menabung dengan gaji yang ia dapatkan. Pada Maret 2019, Tika kembali ke kampung halaman bertepatan kakaknya mau menikah waktu itu.

"Saya menganggur lagi sekitar dua bulan tinggal di kampung. Keseharianku bantu orangtua di kebun. Saya menikmati itu setidaknya bisa merasakan pekerjaan orangtua sebagai petani walaupun waktu sekolah sampai kuliah setiap libur pasti pulkam bantuin orangtua. Lama kelamaan saya merasa bosan seperti tidak ada masa depan tinggal di kampung terus," tuturnya panjang lebar.

Lantas seperti apa kisah Tika akhirnya bisa tinggal dan bekerja di Jepang? Klik halaman selanjutnya.

Saat sudah terlalu lama berada di rumah, Tika meminta izin kepada kedua orangtuanya agar bisa ke kota tempat ia kuliah. Dia ingin membuka usaha kuliner.

"Waktu itu menjelang bulan puasa Mei 2019 jadi saya berpikir yang beli pasti banyak. Waktu itu tren banget puding regal, saya coba buat dan berhasil," kenangnya.

"Mulai saya coba jual di online tapi nggak banyak beli akhirnya saya jual keliling bareng teman naik motor ke tempat yang ramai seperti pelabuhan, pinggir pantai," ungkapnya panjang lebar.

Bisnis kulinernya tersebut hanya bertahan selama tiga bulan. Karena hasil pernjualannya tak sebanding dengan rasa letih, hingga berat badannya menurun drastis.

Kisah viral wanita yang berhasil mewujudkan impian ke Jepang.Kisah viral wanita yang berhasil mewujudkan impian ke Jepang. Foto: Dok. Tangkapan layar akun TikTok @thyii.chan.

Awal Mula Tika Ingin Berangkat ke Jepang

Pada akhir Juli 2019 setelah berhenti usaha kuliner, Tika kembali menganggur. Pada saat itu, kakaknya sedang sakit dan dioperasi. Tika dan adiknya bergantian menjaga.

"Posisi saya lagi di rumah sakit tiba-tiba ada teman kuliah chat di Whatsapp kirim screnshoot lowongan kerja ke Jepang, terus mengajak ikut tes. Awalnya sih tidak ada minat, malahan saya berpikir 'tidak mungkin deh bisa ke Jepang pasti susah dan tidak mungkin diizinkan orangtua apalagi sudah beda negara,' pikirku gitu sambil baca-baca lowongan kerja yang dikirim teman," lanjutnya.

Setelah berpikir lama dan diskusi dengan saudaranya, dia memutuskan mencoba ikut dan tes bekerja di Jepang tersebut yang diadakan di Makassar sekitar tiga jam dari kota Parepare.

"Saya masih ingat waktu itu langsung bicara tentang tes ke Jepang ini, kaget banget, sekali ngomong langsung diizinkan asalkan bukan penipuan," lanjutnya lagi.

Tika ingin membuktikan jika informasi lowongan pekerjaan ke Jepang tersebut benar bukan penipuan. Mulai saat itu, dia pun langsung membulatkan tekad untuk bekerja di Jepang.

"Alhamdulillah waktu itu saya ada simpanan dari jualan puding buat ongkos ke Makassar. Pada 8 Agustus 2019 saya dan teman kuliah ikut tes tahap pertama ada tes tulis, psikotes, dan terakhir tes wawancara dengan pihak LPKnya," ucap Tika.

Kisah viral wanita yang berhasil mewujudkan impian ke Jepang.Kisah viral wanita yang berhasil mewujudkan impian ke Jepang. Foto: Dok. Tangkapan layar akun TikTok @thyii.chan.

Hambatan Tika Berangkat ke Jepang

Ketika pengumuman dirinya diterima bekerja di Jepang, Tika sedang berada di kampung karena mudik Lebaran Idul Adha. Dia pun sempat susah dihubungi karena tidak ada jaringan.

Dua hari setelah pengumuman ia baru ke kota, pesan di grup WhatsApp dan teman menumpuk tentang informasi ke Jepang. Tika dinyatakan lulus. Namun dia merasa sedih karena harus ke Cikarang untuk menjalani pendidikan sebelum ke Jepang.

"Saya belum ada persiapan sedangkan teman-teman yang dinyatakan lulus sudah siap semua di Makassar dan berangkat ke Jakarta besok. Biaya yang harus disiapkan Rp 5 juta sudah masuk tiket pesawat dan biaya MCU pertama. Saya bingung orangtua saya nggak ada uang, terus saya coba bicara ke kakak perempuan juga lagi tidak ada uang segitu. Terakhir bicara ke kakak laki-laki mau pinjam uang," kalutnya

Tika sudah pasrah karena tidak mendapatkan uang untuk membeli tiket pesawat. Pada saat itu, kakaknya meminjamkan uang.

"Setelah beres masalah uang, saya mempersiapkan barang-barang dan berkas yang mau saya bawa ke tempat pendidikan. Ternyata ijazah asli tidak ketemu, sudah bongkar lemari tidak ada juga. Terus saya chat di Whatsapp pihak LPKnya kalau fotocopy apakah bisa masuk pendidikan. Katanya susah karena berkas asli akan diapakai untuk pengurusan dokumen pasport dan visa nanti," kenang Tika yang sudah pusing saat itu.

"Saya menangis dan mau menyerah saja, tapi temanku bilang coba cari lagi, tengah malam akhirnya ketemu di bawah kasur, bahagia banget pas ketemu.
Tanggal 20 Agustus 2019 saya berangkat ke Jakarta sendirian menyusul karena teman-teman sudah berangkat duluan," terangnya lega.

Walaupun banyak menemui kendala, ia tetap berangkat karena tekadnya untuk bekerja di Jepang sudah bulat dari awal.

"Tiba di Jakarta jam 10 pagi terus naik taksi online ke Cikarang ongkos Rp350 ribu Sedangkan yang ditanggung cuma Rp 240 ribu jadi nambah dengan uang saya bawa pas-pasan banget. Ada rasa khawatir juga karena sendirian. Untung sopir taksinya baik banget," leganya.

Setelah sampai di tempat pendidikan, dia langsung diantar ke asrama. Pada satu minggu pertama dia harus menjalani tes fisik dan medical checkup sebelum menjalani pendidikan.

"Selama satu minggu ini belum ditanggung makan sih jadi masih beli sendiri di luar pakai sisa uang yang tidak cukup lagi Rp100 ribu. 26 Agustus 2019 masuklah waktu pendidikan, belajar bahasa Jepang dari nol tidaklah mudah," imbuhnya.

Bahkan ia tidak tahu sama sekali huruf Jepang itu seperti apa. Ketika minggu pertama dia harus bisa hafal huruf Jepang Hiragana dan Katakana karena ini dasar untuk mulai belajar bahasa Jepang.

"Waktu itu aku sering dihukum karena belum bisa hafal semua dalam waktu satu minggu. Dari situ aku motivasi diriku bahwa harus bisa, saya belajar setiap hari, pulang kelas lanjut malam lagi," ujarnya.

Perjuangan Tika untuk bisa ke Jepang tidaklah mudah, apalagi dia dinyatakan positif COVID-19. Bagaimana nasibnya? KLIK HALAMAN SELANJUTNYA.


Pada Oktober 2019, Tika dan teman-teman sekelasnya sekitar 10 orang dijadwalkan ikut wawancara pertama kalinya dengan perusahaan Jepang di Cikarang. Dari hasil wawancara itu dia dan dua orang temannya diterima di perushaan yang sama.

"Senang banget sih karena pertama kali ikut wawancara langsung keterima. Kami bertiga ngobrol langsung sama direktur perusahaan, dijelasin sedikit tentang perusahaan dan lokasinya. Kami dijanjikan setelah lulus N4 langsung diurusin berkasnya," tuturnya.

Pada awal Maret 2020, Tika lanjut belajar untuk level N3. Tapi saat baru satu bulan belajar di kelas tiba-tiba semua yang menempuh pendidikan harus kembali ke rumah masing-masing karena pandemi Corona.

Pada Agustus 2020, Tika kembali ke Jakarta untuk mengikuti tes N3. Dan pada November 2020, Tika menjalani karantina karena Jepang sudah mulai membuka akses untuk warga asing datang.

"Kami mau masuk karantina tanggal 6 November 2020, sebelum itu mau tes MCU kedua (ini persyaratan wajib untuk bisa ke Jepang). Semua rapid test dulu ternyata saya dan temanku yang sering bareng hasilnya positif. Kaget dong dan hari itu batal ikut MCU. Langsung di PCR, karena hasilnya nunggu 24 jam jadi dipisah dulu di ruangan berbeda. Keesokan harinya, teman aku ini hasil PCR negatif," tuturnya.

"Tapi aku belum ditanya hasilnya. Siangnya ada yang telepon dari penangggungjawab di LPK, katanya hasil PCR positif. Langsung down, nggak menyangka soalnya nggak ada gejala sama sekali," sedihnya.

Tika sudah pasrah dan menduga dia tidak bisa brangkat ke Jepang berangkat bersama teman-temannya. Keluarganya pun tidak ada yang tahu karena ia tidak mau membuat mereka khawatir.

"Persyaratan ke Jepang memang harus negatif COVID-19. Tanggal keberkatan belum ditentukan jadi masih ada waktu untuk sembuh. Saya dikarantina selama dua minggu di tempat yang pisah, selama karantina teman dan guru-guru selalu memberikan support," ujarnya.

Pada saat menjalani karantina itu, Tika dinyatakan lulus ujian tes. Dan pada 19 Desember 2020 akhirnya dia bisa berangkat ke Jepang bersama teman-teman yang menjalani pendidikan di LPK.

Pada 20 Desember 2020, Tika tiba di Bandara Haneda, Tokyo. Dia pun merasakan dinginnya udara Jepang karena sudah masuk musim dingin.

"Kami dijemput dan dibawa ke pusat tempat pendidkan di prefektur Nagano. Kami menjalani pendidikan selama dua bulan, belajar bahasa Jepang dan perawat lansia atau disebut Kaigo di sini," tutur Tika senang.

Setelah dua bulan Tika dan teman-temannya lulus pendidikan. Pada 16 Februari 2021 mereka harus berpisah dan menuju tempat kerja masing-masing dengan dijemput oleh pihak perusahaan.

"Kesokkan harinya langsung ke tempat kerja, deg-degan banget karena ketemu orang baru, kenalan sama pasien-pasien juga. Syukurnya orang Jepang menerima kami dengan baik, semua ramah dan baik baget," terangnya penuh haru.

"Pokoknya sampe di sini semua sudah disiapin, fasilitas di apartemen juga lengkap. Bersyukur banget bisa kerja di Jepang sebagai perawat lansia karena menurutku ini profesi yang sangat mulia," tutupnya.

Hingga kini, Tika tinggal di Prefektur Tochigi, Jepang. Ia bekerja sebagai perawat lansia di Jepang.

(gaf/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads