ADVERTISEMENT

Liputan Khusus Keajaiban Jadi Nyata

Kisah Inspiratif Wanita Sukses Raih Gelar Cumlaude dan Wisudawan Termuda

Gresnia Arela Febriani - wolipop Rabu, 26 Mei 2021 07:00 WIB
Kisah Dita Juwita yang berhasil cumlaude dan menjadi wisudawan termuda. Foto: Dok. pribadi Dita Juwita.
Jakarta -

Lulus kuliah tepat waktu dengan nilai yang memuaskan merupakan idaman bagi para mahasiswa tingkat akhir. Tak heran banyak mahasiswa berusaha untuk mengejarnya.

Seperti kisah yang dibagikan oleh Dita Juwita lewat akun Twitternya @sangjuwita. Ia tak menyangka jika keajaiban terjadi pada dirinya.

Ia membagikan kisahnya berhasil mendapatkan nilai sempurna atau cumlaude. Tak hanya itu saja, ia juga menyadang gelar sebagai wisudawan termuda dan tercepat.

"Coba ceritain pengalaman yang kamu anggep itu keajaiban atau ada peran Tuhan di situ. Aku: Pernah doa pengen jadi wisudawan termuda. Aku sudah usaha lulus tepat waktu, tapi ternyata dosen pembimbing ke luar pulai jadi aku lulus telat. Padahal tinggal nunnggu acc tinggal sidang aja," tulis akun Twitter @sangjuwita (15/5/2021).

Pada akhirnya Dita tak menyangka bisa lulus tepat waktu dan mendapat gelar wisudawan termuda. "Ternyata, kalau aku lulus tepat waktu, ada yang lebih muda dari aku di periode wisuda waktu itu. Aku nggak bakal jadi wisudawan termuda saat itu. Dan pas aku wisuda di periode selanjutnya, ternyata aku jadi wisudawan termuda," lanjutnya.

Wolipop mewawancarai Dita untuk mengungkap lebih jauh kisahnya tersebut. Dia merupakan lulusan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, prodi Bimbingan dan Konseling.

"Pas waktu aku kulaih S-1 aku nggak menemukan kendala, palingan hanya mengatur waktu antara kuliah dan organisasi. Pas waktu skripsi seperti pada umumnya mahasiswa ada gagal di judul mencari subyeknya. Nggak ada kendala yang berat," kata Dita kepada Wolipop baru-baru ini.

Wanita berhijab ini mengaku sudah pernah berpikir ingin menjadi wisudawan termuda. Karena semenjak SMP, ia menjalani akselerasi di sekolahnya.

"Jadi sepertinya memungkinkan untuk menjadi wisudawan termuda. Karena seangkatan aku paling muda. Nah, pas waktu skripsi aku kan skripsinya kualitatif. Perlu proses yang lebih lama dibandingkan skripsi yang menggunakan metode kuantitatif. Karena harus studi kasus gitu," ungkapnya.

Kisah Dita Juwita yang berhasil cumlaude dan menjadi wisudawan termuda.Kisah Dita Juwita yang berhasil cumlaude dan menjadi wisudawan termuda. Foto: Dok. pribadi Dita Juwita.

Wanita berusia 26 tahun itu pun sudah mempersiapkan diri agar lulus tepat waktu. Akan tetapi malah ada keterlambatan saat meminta tanda tangan dari dosen pembimbingnya.

"Aku sudah berusaha buat minta tanda tangan untung di-accept buat sidang, itu dosen pembimbing aku di hari itu juga mau pergi ke NTB. Dan itu lama lalu pulang ke Yogyakarta. Belum lagi kepotong setelah libur Lebaran," ujarnya.

Wanita yang kini tinggal di Depok, Jawa Barat itu sudah berputus asa karena kelulusannya akan tertunda. "Nah padahal sudah empat tahun pas, jadi kayaknya aku harus menunggu untuk wisuda berikutnya. Terus di situ aku menerima saja karena tidak ada yang bisa aku lakukan lagi," tuturnya.

Dita lalu ditelepon oleh rektorat menjelang yudisium atau penentuan nilai (lulus) suatu ujian sarjana lengkap di perguruan tinggi. "Waktu itu lagi booming penipuan lewat rektorat. Terus intinya meminta sejumlah uang, aku sudah waspada. Tapi ternyata itu bukan penipuan," ucapnya seraya tertawa.

Ia merasa lega ternyata telepon tersebut berasal dari kampusnya. Dita diberi tahu oleh pihak kampus jika ia terpilih menjadi wisudawan termuda.

"Aku kebetulan cumlaude bulan 25 November 2015, aku wisudanya hampir barengan sama ulang tahunku. Itu kayak jadi kado ulang tahun aku, beda dua hari sama ulang tahunku," terangnya.

Kisah Dita Juwita yang berhasil cumlaude dan menjadi wisudawan termuda.Kisah Dita Juwita yang berhasil cumlaude dan menjadi wisudawan termuda. Foto: Dok. pribadi Dita Juwita.

Cumlaude dan Jadi Wisudawan Termuda

Dita mengatakan tak ada trik khusus untuk mendapatkan predikat cumlaude dan wisudawan termuda. Seperti mahasiswa pada umumnya, ia mengerjakan tugas tepat waktu.

"Apapun sesuai dengan prosedur saja, waktu itu aku sering ambil SKS di atas semester aku. Jadi kalau yang lain belum ambil mata kuliah itu, aku sudah ambil," lanjutnya.

Salah satu tantangan terbesar mahasiswa adalah mengerjakan skripsi. Agar lulus tepat waktu dan skripsinya berjalan dengan lancar, Dita berusaha sering bertemu dengan dosen pembimbingnya.

"Jangan takut dimarahin oleh dosen pembimbing, karena walaupun marah dia tetap ingin kita (anak didiknya) untuk lulus cepet kok. Paling itu saja, nggak ada tips lainnya," tuturnya dengan ramah.

Dita menambahkan tips lainnya adalah jangan menganggap skripsi itu sebagai beban. Dan kamu harus mencoba hadapi dan kerjakan skripsi tersebut dengan sungguh-sungguh. Agar skripsi tersebut tidak menjadi beban, dia menyarankan pilih tema skripsi atau sidang akhir sesuai dengan minat.

Reaksi Kedua Orangtua

Dita menuturkan kedua orangtuanya merasa senang ketika mendapat predikat sebagai wisudawan termuda. Ditambah lagi dia lulus dengan nilai cumlaude.

"Kalau aku memang senang banget karena nggak menyangka jika sampai masuk koran. Karena aku ditelepon oleh rektorat dan minta wawancara. Aku juga masuk media online," jelasnya.

Kedua orangtua Dita juga tak mengira saat anaknya diwisuda mendapat gelar tersebut. Pada hari wisuda, seperti wisuda pada umumnya, ruangan wisuda penuh membuat ruangan terasa panas.

"Ketika diberikan koran yang ada kisah aku, mama malah memakai koran itu untuk kipas-kipas saat berada di dalam ruangan. Aku kan kesal dan aku lihatin yang ada di koran itu. Kedua orangtua aku kaget, tidak menyangka dan senang melihat prestasiku," lanjutnya.

Dita saat ini sudah menyelesaikan studi S-2 dan aktif sebagai konselor sekolah atau guru bimbingan konseling (BK).

(gaf/eny)