Ngobrol dengan Jerome Polin, Nadiem Makarim Curhat Susahnya Jadi Mendikbud
Selasa, 30 Mar 2021 13:21 WIB
Dalam siaran Instagram kemarin malam, YouTuber Jerome Polin banyak bertanya mengenai realita profesi seorang Menteri Pendidikan kepada Nadiem Makarim. Mantan bos Gojek itu pun mengungkap sulitnya jadi Mendikbud yang dicita-citakan mahasiswa Universitas Waseda tersebut. Diakuinya profesi itu semakin tidak mudah di tengah pandemi Corona.
"Saya nggak pernah mimpi jadi menteri apalagi pendidikan jadi waktu saya menerima tugas ini saya lumayan kaget. Pertama karena saya menteri paling muda jadi hampir semua (menteri yang lain) generasi orangtua saya, pertama kali gabung dari swasta ke pemerintahan juga pertama kali di bidang pendidikan walau passion memang sudah lama karena setiap kali ngomong sama Pak Presiden ujung-ujungnya mikir SDM dan cara yang paling suistanable itu melalui pendidikan," ungkap Nadiem.
Ayah tiga anak itu pun mengakui jika tanpa pandemi saja tugasnya sudah sangat susah dan kini ia mengalami 10 kali lipat kesulitan. "Saya bukan cari popularitas atau menempuh karier tapi memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak Indonesia. Kesuksesan saya adalah kalau bisa mencetak banyak Jerome," lanjutnya.
Jerome yang dikenal lewat akun YouTube Nihongo Mantappu itu lalu menanyakan apa menjadi motivasi Nadiem selama menjalani profesi Menteri Pendidikan yang tidak mudah. Suami Franka Franklin tersebut lalu menjelaskan jika anak-anaknyalah yang mendorong prianya untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia.
"Motivasi terbesar saya adalah anak-anak saya, mereka mau besar di negara Indonesia yang kayak apa. Karena saya punya bayi tiga perempuan jadi sekaligus jadi guru PAUD di rumah. Saya ingin punya generasi baru yang memikirkan semua permasalahan di Indonesia dengan akal kritis dan jiwa sosial tinggi. Memastikan generasi berikutnya mendapatkan kesempatan yang baru, punya pola pikir baru. Karena masalah terlalu rumit untuk kita prediksi jadi kita butuh generasi yang jauh lebih fleksibel dan adaptable, jadi pembelajar sepanjang hayat," kata pria 36 tahun itu.
Kepada Jerome Polin, Nadiem pun mengungkap kemampuan apa saja yang dibutuhkan untuk bisa menjadi menteri. Menurutnya, menjadi menteri bukanlah mengenai penguasaan bidang tapi kemampuan manajerial. Selain itu, menteri juga harus mendorong timnya untuk berani mengritik juga berani untuk digeser atau diserang oleh publik. Dan satu hal yang paling penting adalah integritas.
"Menurut saya kemampuan manajerial terlebih dahulu, bisa nggak getting things done. Itu adalah sebuah kompetensi gimana caranya ngumpulin orang me-manage satu tim untuk mencapai satu goal, gimana cara running meeting, setting target, menciptakan budaya di mana bawahan berani protes dan men-challenge saya, saya perlu tim yang berani bilang opini, bilang saya salah kalau nggak saya nggak ada guna,"
"Dan yang terpenting adalah integritas, kalau tidak semuanya sama aja bohong. Itu nomor satu dari kepemimpinan. Kalo nggak punya integritas tinggi ada berbagai macam tarikan ke arah-arah yang nggak benar. Makanya dalam sistem pendidikan kita pengenalan moralitas, spiritualitas, integritas, dan kode etik kadang nggak dijelasin itu yang akan kita teken," ujar Nadiem kepada mahasiswa yang sedang belajar ilmu Matematika Terapan di Jepang itu.
Terakhir, lulusan Sekolah Bisnis Harvard tersebut memberikan pesannya pada anak-anak di Indonesia. "Optimisme dijaga dan jangan pernah berhenti berjuang, lakukan pergerakan tanpa disuruh. Jangan pernah berhenti belajar, cari dari mana pun, cari dari manapun. Itu kuncinya kesuksesan. Adalah jadi pembelajar sepanjang hidup.
"Generasi (yang menghadapi pandemi ini) akan menjadi generasi yang udah tahan banting, mengerti kita nggak bisa ambil remeh kebebasan dan kesenangan di negara kita, apapun bisa jadi bencana yang menghilangkan itu. Generasi yang bersyukur spiritual daya integritas tinggi, dan jiwa sosial terbaik," harap pria yang sering dipanggil Mas Menteri itu kepada Jerome Polin.
(ami/ami)