Psikolog Ungkap Alasan Sebagian Orang Tak Ingin PSBB Berakhir, Kamu Juga?
Rahmi Anjani - wolipop
Rabu, 13 Mei 2020 13:01 WIB
Jakarta
-
(ami/ami)
Strategi PSSB untuk menekan angka penyebaran Corona sudah berlangsung selama sebulan. Bahkan sebelum PSBB diterapkan, sebagian pekerja telah WFH yang kini sudah berjalan kurang lebih dua bulan. Dampak masa karantina ini pun berbeda pada setiap orang. Tak sedikit yang merasa jenuh tapi tentu ada saja yang malah tak mau ini berakhir. Mengapa demikian?
Psikolog Sains Dr Kimberley Norris mengatakan ada lima tahapan psikologi selama isolasi karena COVID-19; Bingung dan panik, Masa bulan madu, Benci, Reuni, dan Reintegrasi. Pandemi ini memang membuat warga dunia mengalami roller coaster emosi karena kekhawatiran. Hal itu lah yang membuat sebagian orang belum siap untuk kembali ke kehidupan normal.
Sudah sekitar dua bulan menghambat aktivitas banyak orang, kini muncul rencana untuk membiarkan orang-orang di bawah 45 tahun untuk mulai bekerja. Meski masih bwlum pasti, beberapa orang mungkin merasa khawatir jika aturan baru itu akan segera diterapkan. Ahli pun mengatakan bawah pergi ke luar, menghadiri meeting, hingga naik kendaraan umum memang bisa membuat orang yang sedang mengalami masalah mental merasa terbebani.
"Dari apa yang kami dengar mengenai masalah kesehatan mental, beberapa orang merasa sangat kesulitan dengan isolasi karena berbagai alasan dan beberapa orang tidak siap secara mental untuk kembali bekerja penuh," kata Professor Paula Brough dari Griffith University.
Karena itu, Paula menyarankan agar perusahaan memberi perhatian pada para pekerja ketika nanti mereka benar-benar harus kembali bekerja. Selain konseling, dianjurkan pula untuk memberikan fleksibilitas untuk tetap bekerja dari rumah beberapa minggu pertama.
"Jangan merasa seolah kamu perlu langsung terlibat kembali dengan jam kerja yang panjang. Jika kamu perlu hari-hari kerja yang lebih pendek atau bekerja di rumah untuk menyesuaikan diri, aku pikir itu baik-baik saja dan aku ingin mendorong perusahaan untuk memfasilitasi," tambahnya.
Paula mengatakan jika kembali pelan-pelan adalah cara terbaik untuk menyiasati transisi dari WFH menjadi bekerja normal. Jika ketika nanti waktunya kembali ke perusahaan sudah tiba, menurutnya normal untuk merindukan masa-masa karantina. Berdasarkan penelitian, isolasi justru bisa meningkatkan rasa toleransi, perspektif hidup baru, dan kepercayaan diri.
"Ketika orang-orang punya kesempatan untuk duduk dan berpikir, itu membiarkan mereka untuk mencari tahu apa yang penting untuk mereka, untuk fokus dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka. Itu sebenarnya bisa menghasilkan endorphin pada otak," tutur Paula.
Pandemi Corona memang mengubah hidup banyak orang. Masa-masa 'dikurung' mengubah pandangan orang mengenai interaksi dan memprioritaskan diri. Meski memang banyak merugikan tapi periode ini bisa membuat seseorang jadi lebih baik dalam mengatasi masalah di masa depan.
"Semakin sering kamu melakukan ini, semakin baik kamu melakukannya karena kamu menciptakan strategi mengatasi (masalah) yang berbeda setiap saat. Kamu membangun kebiasaan untuk membantu kamu mengatasi (masalah)," katanya.
Psikolog Sains Dr Kimberley Norris mengatakan ada lima tahapan psikologi selama isolasi karena COVID-19; Bingung dan panik, Masa bulan madu, Benci, Reuni, dan Reintegrasi. Pandemi ini memang membuat warga dunia mengalami roller coaster emosi karena kekhawatiran. Hal itu lah yang membuat sebagian orang belum siap untuk kembali ke kehidupan normal.
Sudah sekitar dua bulan menghambat aktivitas banyak orang, kini muncul rencana untuk membiarkan orang-orang di bawah 45 tahun untuk mulai bekerja. Meski masih bwlum pasti, beberapa orang mungkin merasa khawatir jika aturan baru itu akan segera diterapkan. Ahli pun mengatakan bawah pergi ke luar, menghadiri meeting, hingga naik kendaraan umum memang bisa membuat orang yang sedang mengalami masalah mental merasa terbebani.
Karena itu, Paula menyarankan agar perusahaan memberi perhatian pada para pekerja ketika nanti mereka benar-benar harus kembali bekerja. Selain konseling, dianjurkan pula untuk memberikan fleksibilitas untuk tetap bekerja dari rumah beberapa minggu pertama.
"Jangan merasa seolah kamu perlu langsung terlibat kembali dengan jam kerja yang panjang. Jika kamu perlu hari-hari kerja yang lebih pendek atau bekerja di rumah untuk menyesuaikan diri, aku pikir itu baik-baik saja dan aku ingin mendorong perusahaan untuk memfasilitasi," tambahnya.
"Ketika orang-orang punya kesempatan untuk duduk dan berpikir, itu membiarkan mereka untuk mencari tahu apa yang penting untuk mereka, untuk fokus dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka. Itu sebenarnya bisa menghasilkan endorphin pada otak," tutur Paula.
Pandemi Corona memang mengubah hidup banyak orang. Masa-masa 'dikurung' mengubah pandangan orang mengenai interaksi dan memprioritaskan diri. Meski memang banyak merugikan tapi periode ini bisa membuat seseorang jadi lebih baik dalam mengatasi masalah di masa depan.
"Semakin sering kamu melakukan ini, semakin baik kamu melakukannya karena kamu menciptakan strategi mengatasi (masalah) yang berbeda setiap saat. Kamu membangun kebiasaan untuk membantu kamu mengatasi (masalah)," katanya.
Elektronik & Gadget
Bikin Sejuk Dimanapun Kamu! Intip 3 Rekomendasi Kipas Mini Portable Di Bawah 200 Ribu
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
Vivo iQOO 15: Flagship Baru Super Kencang dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 & Layar 144Hz
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Most Pop: Trik Pegawai Curangi Absensi Pakai Foto Wajah, Padahal Bolos Kerja
Kisah Idol KPop Jadi Supir Taksi, Tak Sangka Gajinya Bisa Sampai Puluhan Juta
Sosok Zhong Huijuan, Mantan Guru Kimia yang Jadi Wanita Terkaya Asia 2025
Terbongkar! Modus Pegawai Pakai Foto Wajah Padahal Bolos Kerja
Daftar Hard Skill yang Bakal Ramai Dicari Perusahaan di 2026
Most Popular
1
9 Potret Thalia 'Rosalinda' Tak Menua Bak Vampir, Ini Rahasia Awet Mudanya
2
9 Aktor Drama China Pendek yang Wajah Gantengnya Sering Muncul di HP
3
8 Cara Menyadarkan Teman yang Cinta Buta, Tanpa Merusak Persahabatan
4
Gelar Miss Universe Finland 2025 Dicopot Usai Unggahan Rasis
5
Putih Jadi Warna 2026, Pantone Dihujani Kritik dan Tuduhan Tonedeaf
MOST COMMENTED











































