Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Berawal dari Filter Medsos, Wanita Ini Oplas Wajah dan Berakhir Menyesal

Vina Oktiani - wolipop
Kamis, 18 Des 2025 19:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Aspen Brook
Foto: Instagram/@aspenbrookpotter
Jakarta -

Di era media sosial, banyak orang tanpa sadar sering membandingkan penampilannya dengan versi 'sempurna' seperti saat menggunakan filter di kamera ponsel. Filter wajah yang awalnya hanya untuk hiburan, perlahan bisa memengaruhi cara seseorang menilai dirinya sendiri. Hal inilah yang dialami seorang wanita bernama Aspen Brook hingga membawanya pada keputusan operasi kosmetik yang kini ia sesali.

Melansir Hindustan Times, Aspen membagikan pengalamannya melalui akun Instagram pada 26 Agustus. Dalam unggahan tersebut, ia menampilkan video kondisi wajah sebelum dan sesudah operasi.

Pada cuplikan awal, wajah Aspen terlihat normal dan kencang. Namun setelah prosedur dilakukan, wajahnya tampak membengkak cukup parah. Ia menuliskan keterangan, "Momen ketika kamu sadar telah membuat kesalahan besar."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Instagram]

ADVERTISEMENT

Dalam penjelasannya, Aspen mengaku mulai menggunakan filter Instagram dan Snapchat sejak usia 13 tahun. Tanpa ia sadari, kebiasaan tersebut perlahan membentuk persepsi dirinya sendiri.

Saat berusia 20 tahun, ia meyakini bahwa dirinya memiliki dagu berlipat, meski faktanya tidak demikian. Keyakinan itulah yang mendorongnya menjalani operasi untuk memperbaiki sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diperbaiki.

Aspen menyadari bahwa filter media sosial telah mengubah cara pandangnya tentang kecantikan. Ia tidak lagi melihat kenyataan di cermin, melainkan fokus pada kekurangan yang diciptakan oleh filter.

Saat menonton kembali video lama dirinya, ia merasa sedih karena menyadari bahwa operasi bukan solusi. Yang ia butuhkan saat itu adalah penerimaan diri dan pemulihan mental.

Pengalaman pahit tersebut terasa semakin membekas setelah Aspen menjadi seorang ibu. Ia mengaku kini jauh lebih waspada terhadap dampak media sosial, terutama untuk putrinya. Aspen tidak ingin anaknya tumbuh dengan perasaan harus mengubah diri demi memenuhi standar kecantikan palsu. Ia berharap sang anak bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya sudah cantik dan berharga apa adanya.

Dalam unggahan lain pada 28 Agustus, Aspen juga kembali menceritakan perjuangannya melawan body dan face dysmorphia. Ia sempat berpikir bahwa setelah operasi, ia akan merasa lebih cantik dan bahagia. Namun kenyataannya, perasaan itu tidak pernah datang. Justru muncul dorongan untuk terus mencari kekurangan lain dan mempertimbangkan operasi tambahan.

Aspen mengakui saat itu ia tidak menyadari betapa tidak sehat pola pikir tersebut. Kisah Aspen pun menjadi pengingat penting bahwa standar kecantikan di media sosial bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan keputusan hidup seseorang.

(vio/vio)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads