Bak CSI, Kisah Wanita Pembersih TKP Pembunuhan yang Akrab dengan Mayat
Rabu, 05 Sep 2018 15:56 WIB
Queensland's Gold Coast - Ketika kebanyakan orang meninggalkan rumah untuk bekerja di kantor, gedung pemerintah, toko, hingga restoran, tapi tidak dengan wanita asal Australia ini. Ia memiliki pekerjaan yang sangat berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya karena berkaitan dengan adegan kejahatan dan kematian.
Brea Marshall adalah pembersih trauma forensik, merupakan salah satu yang pertama di tempat kejadian perkara (TKP) setelah terjadi kematian. Ia bertugas menilai kerusakan, berurusan dengan orang-orang tercinta yang berduka dan secara harfiah membersihkan TKP dan mayat.
Ibu dua anak ini mengungkapkan kepada Daily Mail, bahwa awalnya ia mengambil alih bisnis pembersihan karpet dan restorasi saat ayahnya menderita stroke. Brea kemudian mendapat telepon yang meminta jasanya untuk membersihkan TKP kriminal dan ia menganggapnya sebagai pengalaman yang besar. Wanita asal Queensland's Gold Coast, Australia ini menyadari ada peluang pasar untuk jenis pekerjaan ini. Menurutnya tak ada yang melakukannya secara profesional di wilayahnya.
Baca Juga : Kisah Dani, Wanita Cantik yang Dulu Gelandangan Kini Jadi Miliuner
"Kamu tidak akan pernah tahu seberapa besar dan kecil pekerjaan itu akan terjadi, atau keparahan emosi bagi orang-orang yang terlibat," ungkapnya.
Mengikuti naluri instingnya, Brea meminta stafnya untuk mengikuti kursus pelatihan bersertifikat nasional untuk pembersihan biohazard, termasuk TKP, trauma dan kematian, bunuh diri, serta pembersihan cairan darah dan tubuh. Bisnisnya itu pun segera menjadi penyedia layanan pilihan untuk organisasi-organisasi besar seperti Queensland Rail dan kepolisian daerah.
"Pekerjaan itu bisa berupa pembersihan sederhana dengan hanya sedikit darah, atau kematian tanpa pengawasan yang telah membusuk selama lebih dari seminggu dalam cuaca lembab," kata Brea.
Wanita berusia 34 tahun ini juga bercerita tentang panggilan pekerjaan paling sulit yang pernah dialaminya. Yakni saat ia pergi ke apartemen studio seorang lansia yang meninggal di pertengahan musim panas. Mayat itu ditemukan setelah lebih dari empat minggu meninggal.
Baca Juga : Niat Cari Kerja, Wanita Ini Malah Dijebak untuk Nikahi Pria Tak Dikenal
"Tetangga mengeluh bau dan akhirnya seseorang harus menendang pintu ke bawah. Aku tidak pernah dalam hidupku mencium bau seperti itu, kebanyakan orang tidak menyadari apa yang terjadi pada tubuhmu ketika kamu mati. kami harus mengeluarkan seluruh properti, proses yang mengerikan yang memakan waktu lebih dari dua minggu," ujar Brea.
Pada pengalaman Brea, bunuh diri adalah penyebab kematian paling umum untuk tugas yang ia kerjakan. Menurutnya, peristiwa yang sangat publik itu jadi sangat traumatis bagi siapapun di daerah sekitarnya. Pekerjaannya sebagai seorang pembersih forensik itu pun membawanya menilai tentang perspektif kehidupan.
"Itu membuat saya benar-benar percaya bahwa kematian adalah fakta kehidupan. Membuat saya memeluk anak-anak saya lebih erat. Juga kamu tidak akan pernah ingin salah satu orang yang Anda cintai mati sendirian," terangnya. (agm/agm)
Brea Marshall adalah pembersih trauma forensik, merupakan salah satu yang pertama di tempat kejadian perkara (TKP) setelah terjadi kematian. Ia bertugas menilai kerusakan, berurusan dengan orang-orang tercinta yang berduka dan secara harfiah membersihkan TKP dan mayat.
Ibu dua anak ini mengungkapkan kepada Daily Mail, bahwa awalnya ia mengambil alih bisnis pembersihan karpet dan restorasi saat ayahnya menderita stroke. Brea kemudian mendapat telepon yang meminta jasanya untuk membersihkan TKP kriminal dan ia menganggapnya sebagai pengalaman yang besar. Wanita asal Queensland's Gold Coast, Australia ini menyadari ada peluang pasar untuk jenis pekerjaan ini. Menurutnya tak ada yang melakukannya secara profesional di wilayahnya.
Baca Juga : Kisah Dani, Wanita Cantik yang Dulu Gelandangan Kini Jadi Miliuner
![]() |
"Kamu tidak akan pernah tahu seberapa besar dan kecil pekerjaan itu akan terjadi, atau keparahan emosi bagi orang-orang yang terlibat," ungkapnya.
Mengikuti naluri instingnya, Brea meminta stafnya untuk mengikuti kursus pelatihan bersertifikat nasional untuk pembersihan biohazard, termasuk TKP, trauma dan kematian, bunuh diri, serta pembersihan cairan darah dan tubuh. Bisnisnya itu pun segera menjadi penyedia layanan pilihan untuk organisasi-organisasi besar seperti Queensland Rail dan kepolisian daerah.
"Pekerjaan itu bisa berupa pembersihan sederhana dengan hanya sedikit darah, atau kematian tanpa pengawasan yang telah membusuk selama lebih dari seminggu dalam cuaca lembab," kata Brea.
Wanita berusia 34 tahun ini juga bercerita tentang panggilan pekerjaan paling sulit yang pernah dialaminya. Yakni saat ia pergi ke apartemen studio seorang lansia yang meninggal di pertengahan musim panas. Mayat itu ditemukan setelah lebih dari empat minggu meninggal.
Baca Juga : Niat Cari Kerja, Wanita Ini Malah Dijebak untuk Nikahi Pria Tak Dikenal
"Tetangga mengeluh bau dan akhirnya seseorang harus menendang pintu ke bawah. Aku tidak pernah dalam hidupku mencium bau seperti itu, kebanyakan orang tidak menyadari apa yang terjadi pada tubuhmu ketika kamu mati. kami harus mengeluarkan seluruh properti, proses yang mengerikan yang memakan waktu lebih dari dua minggu," ujar Brea.
![]() |
Pada pengalaman Brea, bunuh diri adalah penyebab kematian paling umum untuk tugas yang ia kerjakan. Menurutnya, peristiwa yang sangat publik itu jadi sangat traumatis bagi siapapun di daerah sekitarnya. Pekerjaannya sebagai seorang pembersih forensik itu pun membawanya menilai tentang perspektif kehidupan.
"Itu membuat saya benar-benar percaya bahwa kematian adalah fakta kehidupan. Membuat saya memeluk anak-anak saya lebih erat. Juga kamu tidak akan pernah ingin salah satu orang yang Anda cintai mati sendirian," terangnya. (agm/agm)