Buat yang Nyinyir, Ini Alasannya Cewek Masa Kini Perlu Berpendidikan Tinggi
Anggi Mayasari - wolipop
Jumat, 11 Agu 2017 15:09 WIB
Jakarta
-
Banyak persepsi yang muncul di masyarakat bahwa wanita tidak perlu sekolah tinggi karena nantinya bakal menjadi ibu rumah tangga yang harus mengurus anak dan suami. Padahal pendidikan tinggi bagi seorang wanita akan sangat berpengaruh untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas.
Pandangan dan penilaian negatif tentang pendidikan tinggi bagi wanita yang kemudian berakhir menjadi ibu rumah tangga inipun menjadi perdebatan di tengah masyarakat sosial. Menurut psikolog Ayoe Sutomo persepsi seperti itu adalah hal yang lumrah dan tak akan pernah berhenti mengingat manusia adalah makhluk sosial yang apapun dilakukannya akan selalu menjadi penilaian bagi orang lain.
"Emangnya jadi ibu rumah tangga kenapa? Kembali ke masing-masing individu bagaimana ia mengaplikasikan ilmu yang didapatkan. Jika memang pilihannya menjadi ibu rumah tangga yang benar-benar pure ibu rumah tangga yang tidak melakukan bisnis hanya mengurus anak, tentunya ibu yang rajin belajar dengan ibu yang malas belajar itu akan memiliki kualitas pengasuhan yang berbeda," tutur Ayoe saat dihubungi Wolipop, Kamis (10/8/2017)
Ayoe juga mengungkapkan bahwa wanita berpendidikan tinggi diasumsikan memiliki pandangan yang lebih luas tentang bagaimana mengasuh anak dan bagaimana memanfaatkan konsep pernikahan yang sifatnya baik.
"Kalau misalnya ada yang bilang sayang gelarnya, toh nanti pasti ada juga yang bilang ih ngurusin kerjaan mulu anaknya nggak diurus suaminya kapan diurus itu nggak akan selesai-selesai. Jadi balik lagi ke perempuan itu sendiri mau pilih yang mana tapi catatannya dia harus nyaman, dia harus bahagia dan itu merupakan pilihan dia," jelasnya.
Menjadi wanita karier ataupun menjadi ibu rumah tangga, kedua-duanya adalah hal positif. Hanya saja ketika memutuskan untuk menjadi wanita karier, ia harus siap dengan segala konsekuensi yang ada untuk bisa membagi waktunya dengan baik antara urusan pekerjaan dan mengurus buah hati.
"Jadi ketika memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga adalah asas dasar pilihannya, keinginannya, dan ia bahagia menjalani ini bukan karena suami nyuruh. Atau kata orangtua suami kalau kerja nggak bisa ngurus anak, akhirnya dia jadi ibu rumah tangga padahal sebenarnya ingin kerja. Itu nggak sehat dan merusak secara pribadi, secara psikologis rusak, merusak hubungan dengan pasangan dan dengan anak. Segala sesuatu yang didasari dengan unhappiness kan nggak enak," terang Ayoe.
Menurut psikolog yang juga presenter di salah satu acara televisi swasta ini wanita zaman sekarang seharusnya memiliki prinsip untuk tetap bersekolah setinggi mungkin. Karena pembelajaran yang didapat wanita saat menempuh pendidikan serta pola pandang atau cara berpikir saat bertemu dengan orang lain akan sangat membantu sekali untuk menciptakan generasi-generasi yang cerdas.
"Permasalahan ilmu itu kemudian akan diaplikasikan di dunia kerja atau dengan rela hati dan penuh kesenangan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja its okay. Toh ketika dia menjadi ibu rumah tangga itu menjadi suatu pekerjaan yang sangat mulia," ungkap Ayoe
"Ketika dia mendedikasikan diri untuk menjadi seorang ibu yang bekerja hal itu akan bermanfaat bagi pekerjaaannya dan dia dengan sadar harus pandai membagi waktu dengan keluarga. Yang penting dasarnya adalah pilihan itu dibuat dengan bahagia," pungkasnya. (agm/agm)
Pandangan dan penilaian negatif tentang pendidikan tinggi bagi wanita yang kemudian berakhir menjadi ibu rumah tangga inipun menjadi perdebatan di tengah masyarakat sosial. Menurut psikolog Ayoe Sutomo persepsi seperti itu adalah hal yang lumrah dan tak akan pernah berhenti mengingat manusia adalah makhluk sosial yang apapun dilakukannya akan selalu menjadi penilaian bagi orang lain.
"Emangnya jadi ibu rumah tangga kenapa? Kembali ke masing-masing individu bagaimana ia mengaplikasikan ilmu yang didapatkan. Jika memang pilihannya menjadi ibu rumah tangga yang benar-benar pure ibu rumah tangga yang tidak melakukan bisnis hanya mengurus anak, tentunya ibu yang rajin belajar dengan ibu yang malas belajar itu akan memiliki kualitas pengasuhan yang berbeda," tutur Ayoe saat dihubungi Wolipop, Kamis (10/8/2017)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalnya ada yang bilang sayang gelarnya, toh nanti pasti ada juga yang bilang ih ngurusin kerjaan mulu anaknya nggak diurus suaminya kapan diurus itu nggak akan selesai-selesai. Jadi balik lagi ke perempuan itu sendiri mau pilih yang mana tapi catatannya dia harus nyaman, dia harus bahagia dan itu merupakan pilihan dia," jelasnya.
Menjadi wanita karier ataupun menjadi ibu rumah tangga, kedua-duanya adalah hal positif. Hanya saja ketika memutuskan untuk menjadi wanita karier, ia harus siap dengan segala konsekuensi yang ada untuk bisa membagi waktunya dengan baik antara urusan pekerjaan dan mengurus buah hati.
"Jadi ketika memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga adalah asas dasar pilihannya, keinginannya, dan ia bahagia menjalani ini bukan karena suami nyuruh. Atau kata orangtua suami kalau kerja nggak bisa ngurus anak, akhirnya dia jadi ibu rumah tangga padahal sebenarnya ingin kerja. Itu nggak sehat dan merusak secara pribadi, secara psikologis rusak, merusak hubungan dengan pasangan dan dengan anak. Segala sesuatu yang didasari dengan unhappiness kan nggak enak," terang Ayoe.
Menurut psikolog yang juga presenter di salah satu acara televisi swasta ini wanita zaman sekarang seharusnya memiliki prinsip untuk tetap bersekolah setinggi mungkin. Karena pembelajaran yang didapat wanita saat menempuh pendidikan serta pola pandang atau cara berpikir saat bertemu dengan orang lain akan sangat membantu sekali untuk menciptakan generasi-generasi yang cerdas.
"Permasalahan ilmu itu kemudian akan diaplikasikan di dunia kerja atau dengan rela hati dan penuh kesenangan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja its okay. Toh ketika dia menjadi ibu rumah tangga itu menjadi suatu pekerjaan yang sangat mulia," ungkap Ayoe
"Ketika dia mendedikasikan diri untuk menjadi seorang ibu yang bekerja hal itu akan bermanfaat bagi pekerjaaannya dan dia dengan sadar harus pandai membagi waktu dengan keluarga. Yang penting dasarnya adalah pilihan itu dibuat dengan bahagia," pungkasnya. (agm/agm)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
7 Keuntungan Menjadi Perawat Home Care Dibanding Perawat Rumah Sakit
Mengenal Manfaat Lanyard Id Card dan Rekomendasi Tempat Memesannya
Motivasi Kerja Mulai Pudar? Bangkitkan Lagi dengan 5 Langkah Ini
Mooryati Soedibyo, Pionir Jamu dan Kosmetik Tradisional di Indonesia
Petinju Wanita Nangis Setelah Dipukul 278 Kali, Netizen Salut Semangatnya
Most Popular
1
Ramalan Zodiak 7 Desember: Libra Lebih Peka, Sagitarius Hati-hati Terjebak
2
Sosok Influencer 'Human Barbie' yang 27 Kali Oplas, Kematiannya Mencurigakan
3
TikTok Viral Verificator
Pernikahan Viral Serba 9, Mahar Emas 99 Gram Hingga Uang Jujuran Rp 99,9 Juta
4
Jakarta X Beauty 2025
Yuk Daur Ulang Kemasan Kosmetik dan Skincare Bekas di Jakarta X Beauty 2025
5
Konsultasi Tarot
Suka Sama Suka Tapi Belum Juga 'Ditembak', Kapan Kami Resmi Pacaran?
MOST COMMENTED











































