Jabatan Tinggi Bikin Orang Kurang Empati, Termasuk Bos Anda?
Rahmi Anjani - wolipop
Senin, 03 Jul 2017 19:20 WIB
Jakarta
-
Merasa bos kejam dan tidak kasihan dengan kesusahan Anda? Sepertinya itu sudah menjadi nasib Anda sebagai bawahan. Apalagi menurut penelitian terbaru jabatan tinggi memang bisa buat orang jadi kurang empati terhadap orang yang lebih inferior. Apa penyebabnya?
Jabatan atau kekayaan memang bisa mengubah seseorang. Anda mungkin sering menemukan rekan yang jadi angkuh atau kurang empati ketika mereka naik pangkat. Hal tersebut ternyata memang banyak terjadi di lingkungan profesional meski tidak semuanya demikian. Berdasarkan riset yang dilakukan McMaster University Kanada hal tersebut bisa terjadi dikarenakan fungsi otak yang berubah seiring dengan kenaikan pangkat.
Para peneliti menganalisa para bos dengan teknik Transcranial Magnetic Stimulation untuk menstimulasi sel di otak. Sebanyak 45 CEO dan pemimpin yang menjadi responden pun diminta untuk membayang masa-masa ketika mereka merasa berkuasa, netral, dan tidak berdaya. Kemudian mereka juga diperintah untuk meremas bola demi mengetahui respon otak.
Di situ, terungkaplah jika area di mana otak berurusan dengan empati ternyata kurang responsif pada mereka. Sayangnya tidak diketahui secara jelas mengapa ini bisa terjadi.
"Banyak orang menyaksikan seorang kolega yang mendapat promosi ke tingkat eksekutif lalu melihat perbedaan dalam sikap mereka, dan tidak selalu dalam hal yang lebih baik. Kekuasaan sepertinya punya efek mendalam pada sistem neurokognitif yang mendasari perilaku," ungkap ketua peneliti Dr Sukhvinder Obhi.
Sebelumnya penelitian dengan tema serupa pernah dilakukan. Riset yang dilakukan profesor Dacher Keltner di UC Barkeley itu menemukan orang yang berkuasa mengalami gangguan di otak. Dikatakan jika mereka jadi lebih impulsif, tidak sadar akan risiko, hingga kurang bisa beradaptasi dengan sudut pandang orang lain.
Kasus yang paling serius adalah bahwa jabatan bisa memicu kondisi 'Hubris Syndrome' di mana orang jadi terlalu percaya diri, lepas dari realita hingga suka menghina orang lain. Semoga saja kita bukan termasuk orang yang seperti ini ketika nanti naik pangkat. Peneliti pun punya saran jika Anda ingin menghindari sikap demikian yakni dengan meminta orang untuk menegur Anda jika sudah keterlaluan, menghargai kejujuran tanpa minta balasan, dan menjaga koneksi sosial. (ami/ami)
Jabatan atau kekayaan memang bisa mengubah seseorang. Anda mungkin sering menemukan rekan yang jadi angkuh atau kurang empati ketika mereka naik pangkat. Hal tersebut ternyata memang banyak terjadi di lingkungan profesional meski tidak semuanya demikian. Berdasarkan riset yang dilakukan McMaster University Kanada hal tersebut bisa terjadi dikarenakan fungsi otak yang berubah seiring dengan kenaikan pangkat.
Para peneliti menganalisa para bos dengan teknik Transcranial Magnetic Stimulation untuk menstimulasi sel di otak. Sebanyak 45 CEO dan pemimpin yang menjadi responden pun diminta untuk membayang masa-masa ketika mereka merasa berkuasa, netral, dan tidak berdaya. Kemudian mereka juga diperintah untuk meremas bola demi mengetahui respon otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak orang menyaksikan seorang kolega yang mendapat promosi ke tingkat eksekutif lalu melihat perbedaan dalam sikap mereka, dan tidak selalu dalam hal yang lebih baik. Kekuasaan sepertinya punya efek mendalam pada sistem neurokognitif yang mendasari perilaku," ungkap ketua peneliti Dr Sukhvinder Obhi.
Sebelumnya penelitian dengan tema serupa pernah dilakukan. Riset yang dilakukan profesor Dacher Keltner di UC Barkeley itu menemukan orang yang berkuasa mengalami gangguan di otak. Dikatakan jika mereka jadi lebih impulsif, tidak sadar akan risiko, hingga kurang bisa beradaptasi dengan sudut pandang orang lain.
Kasus yang paling serius adalah bahwa jabatan bisa memicu kondisi 'Hubris Syndrome' di mana orang jadi terlalu percaya diri, lepas dari realita hingga suka menghina orang lain. Semoga saja kita bukan termasuk orang yang seperti ini ketika nanti naik pangkat. Peneliti pun punya saran jika Anda ingin menghindari sikap demikian yakni dengan meminta orang untuk menegur Anda jika sudah keterlaluan, menghargai kejujuran tanpa minta balasan, dan menjaga koneksi sosial. (ami/ami)
Health & Beauty
Pilih Toner Sesuai Kondisi Kulit! Anua Punya Beberapa Opsi untuk Berbagai Kebutuhan Kulitmu
Home & Living
Bikin Momen Natalmu Lebih Hangat dengan Hampers Mug yang Bikin Senyum!
Home & Living
Ide Kado Natal Elegan & Fungsional: Aveline Sendok Garpu Natal Set Gift vs Domov Krisa Christmas Stainless Steel Hampers!
Health & Beauty
Gigi Menguning Karena Kopi? KLAR Teeth Whitening Mask Jadi Solusi Praktis Anti Ngilu
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
7 Keuntungan Menjadi Perawat Home Care Dibanding Perawat Rumah Sakit
Mengenal Manfaat Lanyard Id Card dan Rekomendasi Tempat Memesannya
Motivasi Kerja Mulai Pudar? Bangkitkan Lagi dengan 5 Langkah Ini
Mooryati Soedibyo, Pionir Jamu dan Kosmetik Tradisional di Indonesia
Petinju Wanita Nangis Setelah Dipukul 278 Kali, Netizen Salut Semangatnya
Most Popular
1
8 Momen Konser Reuni F4, Jerry Yan Bawa Kalung Meteor Garden Kenang Barbie Hsu
2
Most Pop: Penampilan Davina Karamoy, Sosoknya Sedang Jadi Sorotan
3
13 Drama China Romantis di Netflix yang Bikin Baper dan Ketagihan
4
Cara Pakai Cushion Supaya Makeup Awet Seharian, Ini Triknya
5
Moon Ga Young Tanggapi Kontroversi Gaya Seksi, Pakai Lingerie di Bandara
MOST COMMENTED











































