Hillary Clinton Kalah di Pilpres AS, Ini Dampaknya Bagi Para Wanita Bekerja
Rahmi Anjani - wolipop
Kamis, 01 Des 2016 07:45 WIB
Jakarta
-
Kemenangan Donald Trump terhadap Hillary Clinton dalam Pilpres Amerika Serikat beberapa waktu lalu mengejutkan banyak orang. Tak sedikit yang menyanyangkan bahkan marah ketika mengetahui pebisnis kontroversial tersebut menggantikan Barack Obama sebagai pemimpin Negeri Paman Sam.
Pemilihan presiden itu juga menjadi momen menyedihkan bagi banyak wanita di Amerika Serikat khususnya, dan dunia pada umumnya. Bahkan menurut riset, mereka jadi merasa kurang percaya diri dalam pekerjaan.
Penelitian dilakukan oleh InHerSight pasca kekalahan Hillary. Hasil riset menyebutkan 76 persen wanita jadi merasa tidak bersemangat dalam karier mereka setelah menyaksikan mantan ibu negara itu tidak berhasil menjadi presiden wanita pertama Amerika Serikat. Kekalahan itu pun seperti membuktikan jika wanita masih mengalami problema seksisme dan isu gender dalam pekerjaan.
Baca Juga: Makna Tersembunyi di Balik Busana Warna Ungu yang Dipakai Hillary Clinton
Menurut studi, 45 persen responden merasa karier mereka lebih buruk secara signifikan, 31 persen lainnya mengaku cukup merasa buruk, 16 persen tidak merasakan perubahan, dan hanya 8 persen yang berpikir karier mereka akan lebih baik setelah pemilu.
Memang banyak wanita tidak senang akan terpilihanya Trump. Sebagian responden merasa kepemimpinan Trump akan berdampak negatif pada pekerjaan mereka. Mereka pun takut kebijakan Trump tidak mendukung isu-isu keluarga, terkait cuti kerja dan perlindungan anak.
Sementara sisanya mengaku sedih melihat ketidakmampuan Hillary memenangkan pemilu 2016. Menurut mereka, hal itu mengindikasikan warga Amerika yang belum siap melihat wanita berkuasa.
"Aku tahu negara ini punya masalah dengan seksisme dan wanita berkuasa tapi ini lebih buruk dari yang kukira," kata seorang responden.
Baca Juga: Dukung Hillary Clinton, Model Ini Keluar dari Agensi Model Milik Donald Trump
"Dia bisa melaju hingga jauh tetapi tetap harus kalah oleh pria yang lebih tidak masuk kualitfikasi untuk pekerjaan itu. Ini yang kami lalui setiap harinya," ungkap responden lain.
Seksisme --kepercayaan bahwa satu jenis kelamin lebih baik dari yang lain-- dalam karier memang menjadi permasalahan tersendiri di beberapa negara. Berdasarkan banyak riset, diketahui jika wanita lebih jarang dipromosikan oleh manajemen perusahaan daripada pria. Studi lain mengungkap, lamaran kerja fiktif di mana nama wanita diganti dengan nama pria lebih banyak mendapat tawaran wawancara. Bahkan dua dari tiga wanita dalam industri teknologi pernah dilecehkan secara seksual. (ami/hst)
Pemilihan presiden itu juga menjadi momen menyedihkan bagi banyak wanita di Amerika Serikat khususnya, dan dunia pada umumnya. Bahkan menurut riset, mereka jadi merasa kurang percaya diri dalam pekerjaan.
Penelitian dilakukan oleh InHerSight pasca kekalahan Hillary. Hasil riset menyebutkan 76 persen wanita jadi merasa tidak bersemangat dalam karier mereka setelah menyaksikan mantan ibu negara itu tidak berhasil menjadi presiden wanita pertama Amerika Serikat. Kekalahan itu pun seperti membuktikan jika wanita masih mengalami problema seksisme dan isu gender dalam pekerjaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut studi, 45 persen responden merasa karier mereka lebih buruk secara signifikan, 31 persen lainnya mengaku cukup merasa buruk, 16 persen tidak merasakan perubahan, dan hanya 8 persen yang berpikir karier mereka akan lebih baik setelah pemilu.
Memang banyak wanita tidak senang akan terpilihanya Trump. Sebagian responden merasa kepemimpinan Trump akan berdampak negatif pada pekerjaan mereka. Mereka pun takut kebijakan Trump tidak mendukung isu-isu keluarga, terkait cuti kerja dan perlindungan anak.
Sementara sisanya mengaku sedih melihat ketidakmampuan Hillary memenangkan pemilu 2016. Menurut mereka, hal itu mengindikasikan warga Amerika yang belum siap melihat wanita berkuasa.
"Aku tahu negara ini punya masalah dengan seksisme dan wanita berkuasa tapi ini lebih buruk dari yang kukira," kata seorang responden.
Baca Juga: Dukung Hillary Clinton, Model Ini Keluar dari Agensi Model Milik Donald Trump
"Dia bisa melaju hingga jauh tetapi tetap harus kalah oleh pria yang lebih tidak masuk kualitfikasi untuk pekerjaan itu. Ini yang kami lalui setiap harinya," ungkap responden lain.
Seksisme --kepercayaan bahwa satu jenis kelamin lebih baik dari yang lain-- dalam karier memang menjadi permasalahan tersendiri di beberapa negara. Berdasarkan banyak riset, diketahui jika wanita lebih jarang dipromosikan oleh manajemen perusahaan daripada pria. Studi lain mengungkap, lamaran kerja fiktif di mana nama wanita diganti dengan nama pria lebih banyak mendapat tawaran wawancara. Bahkan dua dari tiga wanita dalam industri teknologi pernah dilecehkan secara seksual. (ami/hst)
Home & Living
Suka Dekor Natal Klasik? Snow Globe Kereta Christmas Music Box Ini Wajib Kamu Lirik
Home & Living
3 Pilihan Hampers Natal yang Praktis untuk Rayakan Momen Bersama Orang Terkasih
Home & Living
Carramica Hampers Xmas Pine Florette: Hadiah Natal yang Bikin Sesuatu Jadi Spesial!
Home & Living
Dekorasi Natal Simple tapi Estetik? Ini 3 Item yang Wajib Kamu Punya Biar Rumah Auto Meriah!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
7 Keuntungan Menjadi Perawat Home Care Dibanding Perawat Rumah Sakit
Mengenal Manfaat Lanyard Id Card dan Rekomendasi Tempat Memesannya
Motivasi Kerja Mulai Pudar? Bangkitkan Lagi dengan 5 Langkah Ini
Mooryati Soedibyo, Pionir Jamu dan Kosmetik Tradisional di Indonesia
Petinju Wanita Nangis Setelah Dipukul 278 Kali, Netizen Salut Semangatnya
Most Popular
1
Potret Istri Keempat Raja Thailand Cetak Sejarah di SEA Games, Raih Emas
2
Ramalan Zodiak 21 Desember: Capricorn Banyak Tantangan, Aquarius Jangan Diam
3
Nyamar Jadi Cowok, Seol In Ah Incar Im Siwan di Drakor My Guilty Human
4
Kaleidoskop 2025
Ini Brand Hijab yang Menguasai Tren 2025, dari Lafiye hingga Na The Label
5
Ketika Kain Perca Bertemu Budaya Dayak di Bali Fashion Trend 2025
MOST COMMENTED











































