Aturan Berbusana yang Tepat Menurut Etika Profesional
Sabtu, 31 Okt 2015 16:07 WIB
Berpenampilan rapi menjadi salah satu aturan dasar dalam dunia pekerjaan. Untuk itu, seseorang harus memperhatikan penampilannya dari hal yang paling mendasar termasuk pilihan busana yang dikenakannya.
Dipaparkan oleh Tria Handayani selaku freelance trainer di sekolah kepribadian Duta Bangsa, dalam dunia profesional, memilih busana kerja hendaknya mengenali kelebihan dan kekurangan bentuk tubuh terlebih dahulu. Pilih juga model, warna, maupun motif pakaian yang sesuai usia dan status pekerjaan.
Untuk busana kerja wanita, umumnya merupakan setelan yang terdiri dari dua atau tiga potong busana. Misalnya saja padanan blus, blazer, dan rok berpotong lurus karena memberikan kesan anggun dan berwibawa.
Tria melanjutkan, material seperti shantung, viscose, sifon, dan katun bisa digunakan untuk pilihan busana pakaian. Sedangkan bahan linen, tweed, atau polyester menjadi material yang cocok untuk blazer atau jas. Adapun material yang kurang tepat digunakan untuk busana kerja adalah satin, beludru, brokat, dan bahan-bahan yang mengkilap.
Busana kerja secara keseluruhan terlihat kurang lengkap tanpa adanya aksesoris. Namun dalam penggunaan aksesori, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Dalam penggunaan perhiasan misalnya, hindari pemakaian anting yang berbandul dan kalung yang menjuntai panjang.
"Sebaiknya gunakan anting model giwang yang dijepit atau ditusuk dengan ukuran kecil. Untuk kalung, panjangnya disesuaikan dengan bentuk garis leher busan, jadi jarak dengan garis leher pakaian tidak terlalu dekat. Dan kalau sudah pakai kalung jangan pakai bros lagi," tutup wanita 36 tahun itu.
(int/aln)