Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Ini Pandangan Gen Z tentang Pernikahan, Tidak Takut Berkomitmen

Kiki Oktaviani - wolipop
Selasa, 18 Feb 2025 17:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi pasangan rayakan anniversary pernikahan
Ilustrasi Foto: Getty Images/iStockphoto/yacobchuk
Jakarta -

Generasi Z, yang lahir pada 1997 hingga 2012 memiliki pandangan yang unik terhadap pernikahan. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin penuh kehati-hatian dalam mengambil keputusan menikah, Gen Z lebih fleksibel dalam menyikapi pernikahan dan bahkan perceraian.

Jika dibandingkan dengan generasi millenial, Gen Z tidak melihat pernikahan sebagai sesuatu yang harus dijalani karena tekanan sosial atau norma tradisional. Sebaliknya, mereka menikah karena ingin, bukan karena merasa harus.

Charlie Sawyer, seorang spesialis media berusia 25 tahun, berbagi pandangannya soal pernikahan. Charlie membahas bahwa dia tidak takut dengan perceraian sehingga tidak takut menikah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Filosofi hidup anak muda sekarang mengakui bahwa perceraian adalah kemungkinan. Dan karena kami tidak melihat pernikahan sebagai sesuatu yang harus bertahan selamanya, kami lebih terbuka untuk mencobanya," ungkapnya kepada The Times.

ADVERTISEMENT

Gen Z pun tidak tertarik dengan hubungan intim dengan orang yang tidak mereka kenal atau 'cinta satu malam'. Mereka enggan bukan karena etika, namun efek dari media sosial.

"Kaum muda dibanjiri dengan pesan-pesan beracun seputar seks yang mengganggu merasakan kenikmatan," ungkap pakar seks Maria Yagoda dalam buku Laid and Confused: Why we allow sex and how to stop yang rilis pada 2023.

Survei yang dilakukan oleh The Times terhadap lebih dari 1.000 responden Gen Z menunjukkan bahwa 61% dari mereka masih menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang relevan. Namun, yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya adalah cara mereka menjalani pernikahan dengan lebih realistis dan tanpa ekspektasi yang berlebihan.

Selain itu, Gen Z juga lebih terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan. Mereka tidak lagi terpaku pada konsep pernikahan tradisional dan lebih fleksibel dalam mendefinisikan komitmen. Mereka memahami bahwa hubungan bisa datang dalam berbagai bentuk dan bahwa kebahagiaan tidak harus selalu mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh masyarakat.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads