Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Terjerat Kebohongan Kekasih yang Mengaku Duda

wolipop
Jumat, 19 Des 2014 07:33 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

dok. Thinkstock
Jakarta -

Selama enam tahun ini saya berpacaran dengan seorang laki-laki yang mengaku berstatus duda. Tidak hanya dengan saya saja mengaku begitu, tetapi juga kepada keluarga besar saya. Bahkan memperlihatkan foto kopi akta cerainya ke saya. Singkat cerita, ternyata kenyataannya tidak begitu. Dua minggu yang lalu, ibu saya sendiri yang mencari informasi tentang pacar saya yang ternyata masih memiliki istri dan dua anak.

Saya hancur dan sangat sedih mengingat dari awal menjalin hubungan, dia selalu menjanjikan pernikahan. Keluarga besar pun marah besar dan menanyakan kepada saya mengenai gaya berpacaran kami yang sudah terlalu jauh. Saya malu dan takut mengecewakan orang tua saya jika saya mengakuinya. Belum lagi saya juga tidak tega jika istri mantan pacar mengetahui hal ini. Dan sekarang saya jadi stres sendiri, karena di satu sisi sebenarnya saya ingin mantan pacar saya itu bertanggung jawab. Mohon sarannya harus bagaimana saya. Terima kasih ibu atas perhatiannya.

Raisa, 26 tahun

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jawab:
Dear Raisa, Menikah dengan seseorang merupakan sebuah keputusan besar yang akan mempengaruhi masa depan orang yang bersangkutan. Sebuah pernikahan harus dilakukan atas dasar kesiapan mental dan finansial. Kesiapan mental meliputi kesiapan untuk membina keluarga, kesiapan menjadi orangtua, kesiapan memiliki anak. Sementara kesiapan finansial penting untuk dapat memenuhi kebutuhan akan kehidupan yang layak, termasuk menyediakan pendidikan yang berkualitas untuk anak. Meski demikian paling mendasar adalah memilih pasangan menikah harus sangat berhati-hati, carilah yang memenuhi empat kriteria berikut ini: dapat dipercaya, layak dicintai, bersikap respect terhadap kamu dan kamu terhadapnya, dan dapat saling membuat kalian berdua bersama-sama bertumbuh/berkembang menjadi lebih baik.

Menikah dengan orang yang tidak dapat dipercaya dapat berakibat pada konflik rumah tangga yang berkepanjangan dan tidak bahagia baik untuk pasangan suami istri tersebut maupun untuk anak. Tidak jarang pasangan yang mengalami kekerasan emosional – psikologis maupun fisik dari pernikahan yang demikian. Untuk itu, sebagai saran, Raisa pertimbangkan dengan matang apakah langkah menuntut tanggung jawab untuk menikah dengan sah oleh mantan pacar yang berdasarkan cerita kamu tidak dapat bertanggung jawab atas ucapan dan tindakannya (dengan berbohong dan mengabaikan istri – anaknya saat ini ) adalah keputusan yang tepat. Akankah peristiwa terhadap istri dan anak mantan pacar tersebut terulang kembali kepada kamu bila kamu menikah dengannya? Siapkah kamu akan hal ini atau ada bentuk tanggung jawab lain yang dapat kamu minta darinya? Seperti misalnya bila saat ini kamu hamil dan kamu berencana membesarkannya sendiri, kamu dapat meminta tanggung jawabnya untuk memberikan dana melahirkan dan membesarkan anak.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan dari hidupnya namun ada yang memilih untuk melarikan diri dengan tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan dan ada yang menghadapinya. Menghadapi rasa malu dan takut, bersikap jujur pada orangtua, meminta maaf bila salah dan menghadapi kekecewaan orangtua merupakan tindakan yang dewasa dan bertanggung jawab. Berikutnya belajar dari kesalahan dan menata hidup yang lebih baik dengan menjaga, merawat diri, menentukan dan menyiapkan standard kehidupan yang baik, bangkit fokus untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menghasilkan untuk mencapai pengembangan dan kesejahteraan (diri & keluarga) yang optimal dari waktu ke waktu. Salam hangat Raisa.  

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads