Sering Bertengkar dengan Suami karena Beda Pola Pikir, Harus Bagaimana?
wolipop
Senin, 25 Agu 2014 13:44 WIB
Jakarta
-
Dear Ibu Ratih, dalam setahun pernikahan kami seringkali terjadi pertengkaran. Suami lebih muda empat tahun dari saya. Kami mempunyai background yang bertolak belakang, saya berasal dari keluarga yang berkecukupan sedangkan suami sebaliknya. Karena keadaan ekonomi keluarganya, masa kecil suami lebih banyak hidup di jalan dan bekerja serabutan untuk biaya hidup dan sekolah. Kami menikah dapat dikatakan tanpa melalui proses pacaran, kami bertemu karena dikenalkan orangtua.
Satu bulan setelah perkenalan tersebut, suami melamar, saya menerimanya karena ingin berbakti kepada orangtua. Saya berpikir cinta akan tumbuh dengan berjalannya waktu tetapi setelah menjalani pernikahan ini saya seperti hampa, merasa lebih nyaman sendiri, pola pikir dan gaya hidup kami selalu bertentangan. Saya mencoba mengalah untuk menerima perbedaan tersebut tetapi hati saya seperti memberontak, saya semakin tidak bisa menerima perlakuan suami yang kadang berkata kasar dan membentak saya di depan karyawannya. Saya selalu menahan emosi untuk tidak terjadi pertengkaran karena tidak ingin menjatuhkan wibawanya di depan umum.
Suami selalu menghindar jika diajak untuk berkumpul dengan keluarga saya, selalu dengan alasan pekerjaan, pola waktu kerjanya tidak beraturan, sesukanya saja. Saya berusaha menasehatinya tetapi yang ada hanya pertengkaran. Suami terlalu ambisi untuk segera menjuwudkan keinginannya tidak peduli dengan perasaan istri karena sikapnya. Kadang saya ingin semua ini segera berakhir dengan perpisahan tetapi saya tidak ingin orangtua sedih dan kecewa. Apakah karena masa lalunya suami bersikap demikian ? Saya bingung apa yang sebaiknya saya lakukan? Mohon bantuan solusi untuk masalah ini ibu Ratih. Terima kasih.
(Sundari, 31 Tahun)
Jawab:
Dear Sundari yang baik,
Karakter kepribadian seseorang terbentuk dari interaksi antara faktor bawaan (genetik), pembelajaran (apa yang dipelajari dari lingkungan keluarga-pertemanan-masyarakat) dan pengalaman hidup sebelumnya. Karena masing-masing memiliki riwayat hidup dan kondisi keluarga yang berbeda maka melahirkan pola pikir dan gaya hidup yang berbeda. Perbedaan ini perlu dipahami, diterima dan dihargai bersama. Untuk menghadapi perbedaan ini buatlah kesepakatan bila itu menyangkut kepentingan bersama.
Namun demikian, perilaku berkata kasar dan membentak di depan umum tidaklah pantas untuk dilakukan karena kamu memiliki hak untuk dihormati, dihargai dan diperlakukan dengan layak/pantas. Menerima dan membiarkan diperlakukan demikian hanya akan membuat perlakuan yang sama berulang kembali di lain waktu. Kondisi ini bisa berdampak buruk untuk kesehatan mental diri kamu dan mengancam pernikahan kalian. Oleh karena itu kamu harus mengkonfrontasi pasangan atas perilakunya ini.
Jika suami masih dapat diajak berkomunikasi, carilah waktu dan tempat yang tepat untuk mengajaknya berdiskusi serius. Katakan kamu memiliki hal penting untuk dikatakan. Mulailah dengan memberitahukan bahwa kamu peduli dengannya namun kamu tidak senang dengan cara ia memperlakukan kamu, hal ini mempengaruhi perasaan kamu terhadapnya dan kamu khawatir hal ini dapat merusak hubungan kalian.
Bila ia mendengarkan, katakan bahwa kamu menghargai kerjasamanya dalam menjaga hubungan kalian. Tanyakan bila ia membutuhkan contoh-contoh mengenai perilaku yang kamu maksud. Bila ia marah dan menggunakan kata-kata kasar, katakan padanya dengan tegas dan mantap: “kamu menyakiti/menganiaya saya dengan kata-kata kamu. Hentikan saat ini juga.” Terus ingatkan kembali dirinya secara konsisten ketika ia mengulangi kembali perilaku yang bersifat merendahkan / tidak menghargai kamu.
Apabila diskusi bukanlah cara yang efektif maka lakukan konfrontasi langsung di saat perilaku tersebut dilakukannya. Katakan bahwa kamu tidak ingin ia berbicara dengan cara demikian, membentak kamu di depan umum termasuk penganiayaan emosional terhadap kamu dan kamu tidak layak diperlakukan demikian. Jangan terpancing untuk berdebat meskipun suami kamu membela diri dan membuat alasan. Tetaplah pada pernyataan kamu, ulangi kalimat yang sama.
Waktu akan menjawab bila konfrontasi yang dilakukan secara konsisten ini memiliki dampak pada suami kamu. Bila ia menyadari bahwa perilakunya tidak pantas dan berdampak buruk pada relasi kalian maka ia akan melakukan beberapa perubahan. Namun demikian tetap perhatikan emosi perasaan kamu, kenali dengan baik tanda-tanda dimana perasaan kamu berubah ke arah negatif, tidak sehat. Misalnya biasanya ceria namun tiba-tiba merasa cemas, stres berlarut-larut. Ambil kekuatan kamu kembali dengan menanamkan pada diri kamu bahwa kamu layak diperlakukan baik. Ingatlah bahwa kamu memiliki hak atas diri kamu sendiri dan tidak ada yang punya hak untuk memaksa bagaimana kamu harus berpikir, merasa dan berperilaku. Salam hangat Sundari.
(eny/eny)
Satu bulan setelah perkenalan tersebut, suami melamar, saya menerimanya karena ingin berbakti kepada orangtua. Saya berpikir cinta akan tumbuh dengan berjalannya waktu tetapi setelah menjalani pernikahan ini saya seperti hampa, merasa lebih nyaman sendiri, pola pikir dan gaya hidup kami selalu bertentangan. Saya mencoba mengalah untuk menerima perbedaan tersebut tetapi hati saya seperti memberontak, saya semakin tidak bisa menerima perlakuan suami yang kadang berkata kasar dan membentak saya di depan karyawannya. Saya selalu menahan emosi untuk tidak terjadi pertengkaran karena tidak ingin menjatuhkan wibawanya di depan umum.
Suami selalu menghindar jika diajak untuk berkumpul dengan keluarga saya, selalu dengan alasan pekerjaan, pola waktu kerjanya tidak beraturan, sesukanya saja. Saya berusaha menasehatinya tetapi yang ada hanya pertengkaran. Suami terlalu ambisi untuk segera menjuwudkan keinginannya tidak peduli dengan perasaan istri karena sikapnya. Kadang saya ingin semua ini segera berakhir dengan perpisahan tetapi saya tidak ingin orangtua sedih dan kecewa. Apakah karena masa lalunya suami bersikap demikian ? Saya bingung apa yang sebaiknya saya lakukan? Mohon bantuan solusi untuk masalah ini ibu Ratih. Terima kasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jawab:
Dear Sundari yang baik,
Karakter kepribadian seseorang terbentuk dari interaksi antara faktor bawaan (genetik), pembelajaran (apa yang dipelajari dari lingkungan keluarga-pertemanan-masyarakat) dan pengalaman hidup sebelumnya. Karena masing-masing memiliki riwayat hidup dan kondisi keluarga yang berbeda maka melahirkan pola pikir dan gaya hidup yang berbeda. Perbedaan ini perlu dipahami, diterima dan dihargai bersama. Untuk menghadapi perbedaan ini buatlah kesepakatan bila itu menyangkut kepentingan bersama.
Namun demikian, perilaku berkata kasar dan membentak di depan umum tidaklah pantas untuk dilakukan karena kamu memiliki hak untuk dihormati, dihargai dan diperlakukan dengan layak/pantas. Menerima dan membiarkan diperlakukan demikian hanya akan membuat perlakuan yang sama berulang kembali di lain waktu. Kondisi ini bisa berdampak buruk untuk kesehatan mental diri kamu dan mengancam pernikahan kalian. Oleh karena itu kamu harus mengkonfrontasi pasangan atas perilakunya ini.
Jika suami masih dapat diajak berkomunikasi, carilah waktu dan tempat yang tepat untuk mengajaknya berdiskusi serius. Katakan kamu memiliki hal penting untuk dikatakan. Mulailah dengan memberitahukan bahwa kamu peduli dengannya namun kamu tidak senang dengan cara ia memperlakukan kamu, hal ini mempengaruhi perasaan kamu terhadapnya dan kamu khawatir hal ini dapat merusak hubungan kalian.
Bila ia mendengarkan, katakan bahwa kamu menghargai kerjasamanya dalam menjaga hubungan kalian. Tanyakan bila ia membutuhkan contoh-contoh mengenai perilaku yang kamu maksud. Bila ia marah dan menggunakan kata-kata kasar, katakan padanya dengan tegas dan mantap: “kamu menyakiti/menganiaya saya dengan kata-kata kamu. Hentikan saat ini juga.” Terus ingatkan kembali dirinya secara konsisten ketika ia mengulangi kembali perilaku yang bersifat merendahkan / tidak menghargai kamu.
Apabila diskusi bukanlah cara yang efektif maka lakukan konfrontasi langsung di saat perilaku tersebut dilakukannya. Katakan bahwa kamu tidak ingin ia berbicara dengan cara demikian, membentak kamu di depan umum termasuk penganiayaan emosional terhadap kamu dan kamu tidak layak diperlakukan demikian. Jangan terpancing untuk berdebat meskipun suami kamu membela diri dan membuat alasan. Tetaplah pada pernyataan kamu, ulangi kalimat yang sama.
Waktu akan menjawab bila konfrontasi yang dilakukan secara konsisten ini memiliki dampak pada suami kamu. Bila ia menyadari bahwa perilakunya tidak pantas dan berdampak buruk pada relasi kalian maka ia akan melakukan beberapa perubahan. Namun demikian tetap perhatikan emosi perasaan kamu, kenali dengan baik tanda-tanda dimana perasaan kamu berubah ke arah negatif, tidak sehat. Misalnya biasanya ceria namun tiba-tiba merasa cemas, stres berlarut-larut. Ambil kekuatan kamu kembali dengan menanamkan pada diri kamu bahwa kamu layak diperlakukan baik. Ingatlah bahwa kamu memiliki hak atas diri kamu sendiri dan tidak ada yang punya hak untuk memaksa bagaimana kamu harus berpikir, merasa dan berperilaku. Salam hangat Sundari.
(eny/eny)
Home & Living
Hampers Tumbler Ini Bisa Jadi Pilihan Kado Natal Terbaik untuk Orang Tersayang
Health & Beauty
Limited Edition! Ada Catokan atau Hair Dryer, Pilih Hampers Natal Sesuai Kebutuhan
Hobbies & Activities
Secretlab TITAN Evo NEO Hybrid Leatherette - Stealth, Kursi Gaming Premium yang Serius Jaga Postur
Health & Beauty
Rambut Tetap Sehat & Lembut Meski Aktivitas Padat? Ini 3 Hair Oil yang Wajib Kamu Coba!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Menghadapi Kekasih yang Suka Berubah-ubah Sikap, Kadang Mesra dan Cuek
Si Dia Ngaku Tidak Mau Pacaran Dulu, Cuma Alasan atau Sungguhan?
Tidak Cocok dengan Keluarga Kekasih, Akankah Berpengaruh Setelah Menikah?
Cara Menghadapi Pacar yang Terlalu Baik Pada Wanita Lain
Cara Mengatasi Rasa Kesal Pada Ibu Mertua yang Sikapnya Mudah Berubah
Most Popular
1
8 Potret Kim Seon Ho-Go Yoon Jung, Cinlok di Can This Love Be Translated
2
Serba Serbi Pernikahan Kim Woo Bin-Shin Min Ah: Gaun, Menu & Souvenir
3
Madonna Liburan Bareng Pacar Brondong, Pamer Foto Tanpa Makeup di Usia 67
4
Momen Pangeran George Turun ke Dapur, Siapkan Makanan untuk Tunawisma
5
Sinopsis Jurassic World: Fallen Kingdom, Saat Dinosaurus Kembali Terancam
MOST COMMENTED











































