Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Prediksi Tren Skincare 2026 dari Dokter Kulit, Wajib Kamu Coba

Kiki Oktaviani - wolipop
Kamis, 04 Des 2025 08:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi skincare
Foto: Getty Images/heckmannoleg
Jakarta -

Tren skincare datang dan pergi seiring waktu. Kita pernah mencoba slugging dengan petroleum jelly di tahun 2020, skin cycling di 2023, sampai rutinitas super rumit ala Korea dengan 10 langkah yang sempat viral beberapa tahun lalu. Menurut sejumlah dokter kulit, di 2026, tren skincare mengarah dengan formulasi yang lebih canggih.

1. Perawatan Bibir dengan Peptide

Seiring bertambah usia, bibir kehilangan volume dan muncul garis-garis halus di sekitar area mulut. Selama ini, filler bibir dan lip gloss jadi solusi utama. Tapi tak semua orang nyaman dengan prosedur invasif atau sensasi terbakar yang dihasilkan plumper tradisional. Akhirnya muncullah lip peptide treatments, solusi baru yang lebih lembut.

Ilustrasi skincareIlustrasi skincare Foto: Getty Images/heckmannoleg

Menurut Whitney Bowe, MD, dermatolog dan pendiri Dr. Whitney Bowe Beauty, banyak produk ini menggunakan peptida khusus bernama matrikines, yaitu turunan protein seperti kolagen dan elastin. Bila ukurannya kecil, peptida ini dapat menembus lebih dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini akan menstimulasi sel untuk memproduksi lebih banyak kolagen dan elastin. Ini membantu meningkatkan definisi dan mengembalikan struktur sehat bibir seiring waktu.," kata Dr. Bowe, seperti dikutip dari Womens Health Magazine.

Tidak seperti plumper lama yang menggunakan menthol, capsaicin, atau cinnamon, yang bekerja dengan mengiritasi bibir, formulasi baru ini jauh lebih nyaman. Memang hasilnya tidak instan, tapi lebih baik untuk kesehatan jaringan bibir.

2. Milky Toners

Ilustrasi skincare

Foto: Getty Images/heckmannoleg

Dulu, toner identik dengan sensasi perih dan kulit yang seperti tertarik karena kandungan alkoholnya. Fungsinya untuk menyeimbangkan pH setelah mencuci wajah, tapi kadang malah merusak skin barrier.

Milky toner hadir sebagai versi baru yang lebih bersahabat.
Banyak di antaranya mengandung ceramide, hyaluronic acid, dan bahan-bahan hidrasi lainnya.

"Formulanya lebih lembut dan bebas alkohol, sehingga bagus untuk menambah kelembapan dan memperkuat skin barrier," jelas Dendy Engelman, MD, dermatolog bersertifikat dari Schafer Clinic Fifth Avenue, New York.

3. Skincare untuk Pengguna Ozempic

Skincare Anti-Aging

Foto: Getty Images/Prostock-Studio

Obat penurun berat badan berbasis GLP-1, seperti Ozempic sedang sangat populer, tapi banyak pengguna mengalami perubahan kulit yang tak diinginkan, sering disebut 'Ozempic Face'.

"Mereka datang ke klinik setelah kehilangan 10 kg, tubuhnya senang, tapi wajahnya tampak seperti menua seratus tahun," ujar Dr. Engelman.

Penelitian menunjukkan obat GLP-1 dapat engurangi lemak wajah, melemahkan skin barrier, menurunkan produksi kolagen,
dan mengurangi massa otot wajah. Karena itu, kini banyak brand mengembangkan skincare khusus untuk pengguna GLP-1. Formulanya biasanya mengandalkan hyaluronic acid, antioksidan, retinoid, glycerin, squalane, dan peptides.

"Sebagian besar hanya marketing spin dari bahan anti-aging yang sudah ada," kata Hadley King, MD.

Para ahli sepakat bahwa skincare saja tidak cukup untuk mengatasi perubahan drastis akibat GLP-1. Kombinasi dengan prosedur estetika seperti filler biasanya lebih efektif.

4. Retinol untuk Tubuh

Ilustrasi skincare

Foto: Getty Images/heckmannoleg

Retinol bukan hanya bermanfaat untuk wajah. Kini semakin banyak body lotion, body wash, hingga moisturizer tubuh yang mengandung retinol, dan popularitasnya diprediksi meninggal di 2026.

"Retinol dapat meningkatkan skin turnover sehingga tekstur kulit di dada, lengan, dan punggung lebih halus," jelas Lisa
Akintilo, MD, dermatolog dari NYU Langone Health.

Retinol juga merangsang produksi kolagen dan elastin, membantu menjaga kekencangan kulit tubuh.

5. Neurocosmetics

Ilustrasi skincare

Foto: Getty Images/heckmannoleg

Hubungan kulit dan otak ternyata sangat erat. Dr. King menjelaskan bahwa secara embrio, kulit berasal dari jaringan yang sama dengan sistem saraf, sehingga ada banyak faktor yang saling berkaitan. Stres terbukti dapat melemahkan skin barrier, mempercepat munculnya garis halus, memicu produksi minyak berlebih, dan membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan oksidatif.

Neurocosmetics adalah produk skincare yang memanfaatkan hubungan ini dengan memasukkan bahan yang diklaim dapat meningkatkan suasana hati sekaligus kesehatan kulit. Contoh bahan skincare yang berhubungan dengan neurocosmetics adalah Lavender, yang dalam beberapa studi dinilai dapat menurunkan stres melalui aromanya. Ada juga europhroline dari biji indigo liar, yang diteliti dapat membantu mengurangi produksi kortisol pada sel kulit.

Namun, para ahli mengingatkan bahwa studi besar yang membuktikan efek membangkitkan mood melalui kulit masih terbatas. Meski begitu, Dr. Akintilo menyimpulkan bahwa rutinitas skincare yang kamu nikmati dapat meningkatkan kualitas hidup, serotonin, menurunkan kortisol, dan mendukung kesehatan mental.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads