Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tayangan TV Ini Dikritik Karena Tampilkan Tutorial Makeup untuk Korban KDRT

Rahmi Anjani - wolipop
Sabtu, 03 Des 2016 10:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: 2M
Jakarta - Tutorial makeup ditampilkan agar wanita tampil lebih menarik dan percaya diri dengan riasan. Tentunya bukan untuk menutupi bekas luka apalagi yang terjadi karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tak heran, sebuah televisi dikecam pasca menampilkan tips merias wajah untuk wanita yang menjadi korban KDRT.

Tutorial itu tampil dalam sebuah acara televisi bernama Sabahiyat di stasiun Channel 2M. Dalam program yang tayang akhir November lalu tersebut seorang makeup artist tampak mendandani wanita dengan lebam di wajah. Selagi merias, makeup artist itu pun memberikan tips-tips agar luka tertutup secara sempurna.

"Setelah dipukul, bagian ini masih sensitif, jadi jangan ditekan. Gunakan foundation warna kuning pada bagian tersebut. Jika kamu menggunakan yang warna putih, luka bekas pukulan yang memerah akan selalu terlihat. Pastikan memakai bedak tabur untuk menyempurkan makeup jika kamu harus bekerja seharian, lukanya tidak akan tampak," ungkap makeup artist sekaligus presenter yang diketahui bernama Lilia Mouline.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah acara tersebut disiarkan. Banyak orang yang menyampaikan kritik, terutama melalui media sosial. Ratusan orang bahkan sudah mengajukan petisi untuk menuntut stasiun telivisi 2M yang dianggap menormalisasikan kekerasan. Para aktivis dan feminist Maroko pun menginginkan agar sangsi tegas diberikan pada program Sabahiyat.

"Jangan menutupi korban kekerasan dalam rumah tangga dengan makeup, kutuk pelakunya!," ungkap petisi.

Beberapa lama setelahnya, stasiun televisi 2M memberikan permintaan maaf dalam akun Facebook-nya. Dikatakan jika management mengakui ketidakpastasan tema dalam acara tersebut. Sementara Lilia sang makeup artist mengaku sajian itu dihadirkan untuk memberikan solusi kepada wanita sementara menunggu proses pengadilan.

"Kami di sini untuk memberikan solusi untuk wanita-wanita dalam waktu dua sampai tiga minggu yang mengesampingkan kehidupan sosial hingga luka sembuh. Wanita-wanita ini sudah menjadi subyek penghinaan moral dan tidak perlu orang lain memandangi mereka. Makeup membiarkan wanita melanjutkan hidup dengan normal selagi menunggu keadilan," kata Lilia kepada Morocco World News.

Kekerasan dalam rumah tangga memang menjadi masalah bagi banyak wanita di dunia. Menurut survey di tahun 2009, 63% wanita pernah mengalami kekarasan baik secara psikologi, fisik, seksual, hingga ekonomi. (ami/ami)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads