Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Gen Z Pilih Menikah demi Uang, Ini Alasan Tak Terduga di Baliknya

Kiki Oktaviani - wolipop
Sabtu, 14 Jun 2025 21:01 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Pinjaman Uang
Ilustrasi
Jakarta -

Gen Z tidak percaya dengan ide bahwa cinta datang pada pandangan pertama, namun hadir saat melihat saldo rekening. Romansa di tahun 2025 tampaknya makin jauh dari kisah manis ala drama Korea dan justru lebih mirip merger bisnis.

Generasi muda kini melihat hubungan seperti konsolidasi korporat, di mana yang diperhitungkan bukan hanya perasaan, tapi juga aset dan latar belakang keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kekayaan menjadi semakin penting dalam pernikahan," ungkap Dr. Eliza Filby, peneliti lintas generasi, kepada Newsweek.

"Pernikahan kini adalah penyatuan dua 'bank orang tua'. Ini bukan sekadar cinta, tapi penyatuan dua dinasti," tambah penulis buku Inheritocracy: It's Time to Talk About the Bank of Mum and Dad itu.

ADVERTISEMENT

Menurut Filby, Gen Z berpikir bahwa peluang hidup dan masa depan kini tak lagi ditentukan semata oleh pendidikan atau penghasilan pribadi, melainkan sumber kekayaan orang tua.

"Bank orang tua" kini menjadi salah satu kekuatan besar dalam ekonomi, terutama di Amerika Serikat, dengan triliunan dolar yang mengalir lewat hadiah, properti, dan warisan. Sebuah studi dari Legal & General tahun 2018 bahkan menempatkannya sebagai pemberi pinjaman hipotek terbesar ketujuh di AS.

"Jalur menuju kedewasaan, seperti pindah dari rumah orang tua, menjadi mandiri secara finansial, menikah, hingga punya anak sekarang sangat mahal hingga kebanyakan anak muda tak bisa melakukannya tanpa dukungan keluarga," jelas Filby.

Tak heran, makin banyak Gen Z yang sedang kesulitan finansial mulai mencari pasangan bukan hanya karena cinta, tapi juga demi stabilitas jangka panjang. Amber Brooks, pemimpin redaksi situs kencan DatingNews.com, menyebut bahwa generasi muda kini jauh lebih blak-blakan soal bagaimana karier atau gaya hidup pasangan bisa memengaruhi masa depan mereka.

"Mereka bukan dangkal, mereka strategis," kata Brooks.

Singkatnya, jika dulu orang mencari pasangan lewat obrolan santai di kafe, kini Gen Z ingin tahu isi rekening pensiunmu sebelum tahu warna favoritmu. Pergeseran ini jelas kontras dengan kisah cinta klasik penuh bunga dan drama.

Anak-anak muda saat ini lebih memilih menjadi power couple daripada sekadar mengejar cinta buta. Dan ya, mereka tidak keberatan jika semua ini terdengar transaksional.

"Dulu kita percaya pada meritokrasi, bahwa pendidikan dan kerja keras otomatis membawa kemakmuran. Tapi zaman sudah berubah," jelas Filby.

(kik/kik)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads