Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tewas Dianiaya Anak Anggota DPR, Dini Disebut Terjebak Toxic Relationship

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 09 Okt 2023 16:15 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Kebersamaan Ronald Tannur dan Dini sebelum Dini tewas dianiaya Ronald
Ronald dan Dini. Foto: Tangkapan layar Tiktok
Jakarta -

Gregorius Ronald Tannur (Ronald) melakukan penganiayaan terhadap kekasihnya, Dini Sera Afrianti (Dini), yang berujung pada kematian. Keduanya disebut menjalin hubungan selama 5 bulan sebelum peristiwa memilukan itu terjadi pada 4 Oktober 2023.

Psikolog klinis dan forensik Riza Wahyuni, SPsi. MSi., menyebut bahwa hubungan Ronald -yang merupakan anak anggota DPR RI Fraksi PKB Edward Tannur- dan Dini bisa dibilang toxic relationship. Sebab korban sempat curhat di akun TikTok bahwa dia kerap mendapat perlakuan kasar dari Ronald.

"Cwe nya mati-matian jaga hati buat cwo nya, eh cwo nya mati-matian buat matiin cwe nya," begitu tulis Dini dalam video yang diunggah ke TikTok @bebyandine pada Selasa (3/10/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim Kuasa Hukum keluarga Andini, Dimas Yemahura Al Farauq mengatakan, selama ini Dini atau Andini memang kerap mendapatkan perlakuan kasar dari Ronald. Meski telah mendapatkan penganiayaan berulang kali, Andini tak pernah memberi kabar kepada keluarganya di Sukabumi, Jawa Barat.

Toxic relationship terjadi ketika sebuah relasi atau hubungan bukan lagi media yang membuat seseorang bertumbuh, tapi justru menimbulkan rasa terkekang, lelah, tidak berharga dan tersakiti berulang-ulang. Sering kali seseorang atau pasangan tidak menyadari bahwa dia sedang terjebak dalam toxic relationship karena dianggap 'umum' terjadi dalam sebuah hubungan.

ADVERTISEMENT

Psikolog klinis dewasa Alfath Hanifah Megawati, M.Psi. menjelaskan dalam toxic relationship, perilaku yang tidak sehat itu masih mungkin untuk dimaklumi kemunculannya, karena dianggap umum terjadi dalam relasi. Misalnya adalah kecemburuan. Bahkan pasangan dalam relasi sehat sangat mungkin merasakan cemburu.

"Namun, pada toxic relationship, kemunculannya berulang (misalnya: cemburu terus menerus) dan reaksi yang berlebihan (misalnya: karena cemburu, kita tidak diperbolehkan berteman dengan siapapun). Kemungkinan untuk memaklumi perilaku karena dianggap umum terjadi pada relasi, yang membuat toxic relationship menjadi sulit untuk dikenali, bahkan untuk ditinggalkan," jelasnya.

Psikolog yang akrab disapa Ega ini kembali menjelaskan bahwa toxic relationship umumnya ditandai dengan pola yang merusak dan menyakiti pasangan, baik dilakukan secara sepihak, atau satu sama lain. Pola yang paling sering terlihat dari toxic relationship adalah merendahkan pasangan, mengontrol atau memanipulasi, pasif-agresif, tidak mengapresiasi, kecurigaan berlebihan, tidak memberikan ruang bagi pasangan untuk menjalin relasi dengan orang di sekitarnya, dan hanya peduli pada kebutuhan diri sendiri.

Perlu diingat bahwa toxic relationship berbeda dengan abusive relationship yang cenderung mengarah pada kekerasan fisik maupun verbal. Namun toxic relationship sangat berpotensi berkembang jadi abusive relationship.

"Bisa dikatakan bahwa toxic relationship berbeda dengan abusive relationship, tapi toxic relationship sangat mungkin berkembang menjadi abusive relationship," terang psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.

"Abusive relationship mempunyai perilaku tidak sehat yang lebih ekstrem dan tidak umum ditemui pada relasi yang sehat," pungkasnya.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads