Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Cookie Jarring, Saat Kamu Hanya Jadi 'Kue di Toples' Dalam Hubungan

Hestianingsih - wolipop
Jumat, 18 Jan 2019 08:02 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Cookie-jarring sedang jadi istilah perkencanan yang tren di 2019. Foto: iStock
Jakarta - Baru-baru ini muncul istilah baru dalam dunia perkencanan yang, sayangnya, mengandung makna kurang mengenakkan. Istilah cinta 'cookie-jarring' sedang marak diperbincangkan di 2019 ini. Apa itu?

Praktik 'cookie-jarring' sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru di dunia perkencanan. Namun istilah itu baru muncul ke permukaan setelah booming-nya aplikasi kencan online semacam Tinder atau Badoo.

Pernah atau sedang dekat dengan seseorang selama beberapa lama, tapi kamu tidak yakin arah hubungan akan ke mana? Pada suatu waktu kalian sangat intens berkirim pesan atau ketemuan untuk kencan, tapi di waktu lainnya dia jadi sangat cuek bahkan tidak ada satu pesan teks pun selama berhari-hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kamu pun mulai mempertanyakan, apakah si dia serius ingin bersama denganmu? Apakah kedekatan ini eksklusif hanya antara kamu dan dia saja? Sampai akhirnya kamu mengetahui kenyataan bahwa selama ini dia juga dekat dengan beberapa orang dan kamu hanya menjadi opsi yang ke sekian.

Jika itu terjadi padamu, maka kamu telah di-cookie-jarred. Istilah ini digunakan ketika sebuah hubungan tidak berhasil, orang tersebut selalu punya opsi lain yang bisa dia ambil.

Bayangkan sebuah toples yang isinya dipenuhi cookie atau kue kering. Ketika satu cookie habis dimakan, maka tidak usah khawatir karena masih ada cookies lainnya di dalam toples untuk dinikmati, dan begitu seterusnya.

"Cookie-jarring adalah sebuah kegelisahan yang timbul karena kebutuhan untuk selalu merasa aman dan diinginkan. Kalau kamu sedang dekat dengan seseorang dan ingin membuat dirimu merasa sedikit lebih aman, kamu akan mencari perhatian dari (beberapa) orang yang potensial jadi pasangan. Ini bisa jadi masalah dalam jangka panjang karena bisa memengaruhi perasaan semua yang terlibat," kata pakar percintaan Eugenie Legendre, seperti dikutip dari Mirror.

Eugenie menjelaskan bahwa ada kemungkinan pelaku 'cookie-jarring' tidak menyadari apa yang mereka lakukan dan tidak bisa mengenali perasaan mereka sendiri. Tapi bagi yang menjadi 'korban' dari perilaku ini, alias pihak yang menjadi 'kue di dalam toples', bisa sangat melelahkan pikiran dan perasaan.


Siapa yang tidak lelah jika kita terus menerus bertanya-tanya tentang kejelasan status hubungan dan menunggu jawaban pasti dari seseorang yang sedang dekat dengan kita?

"Kalau kamu tidak juga mendapatkan jawabannya dan mengharapkan tipe hubungan asmara yang berbeda, maka sebaiknya pergi saja," saran Eugenie.

Tipe hubungan yang seperti 'kue di dalam toples' ini sebenarnya cukup mudah dikenali. Datang dan pergi begitu saja, terkadang perhatian tapi juga bisa menjadi sangat cuek tanpa alasan yang jelas, bisa menjadi ciri praktik 'cookie-jarring'.

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa memperlakukan orang lain seperti 'kue di dalam toples' bukanlah masalah dan sah-sah saja jika ingin berkencan dengan beberapa orang sekaligus. Namun akan terasa menyakitkan begitu salah satu pihak tahu, bahwa dia hanyalah pilihan kedua, ketiga, atau bahkan mungkin keempat.

Jika kamu curiga atau merasa sedang dijadikan 'kue dalam toples', maka tidak ada salahnya menanyakan langsung padanya tentang kejelasan hubungan kalian. Apabila tidak ada tanda-tanda dia mau berkomitmen pada satu orang saja, baik untuk pacaran atau menikah, mungkin memang kamu yang harus melepaskannya dan mencari orang yang benar-benar serius. (hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads